Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
DKI Jakarta menjadi salah satu daerah di Indonesia yang memiliki jumlah kasus positif COVID-19 terbanyak. Sempat dikatakan sebagai wilayah episentrum penyebaran virus corona, Jakarta menjadi kota pertama yang menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
ADVERTISEMENT
Aturan ini diberlakukan untuk menekan aktivitas warga di luar rumah. Diharapkan, physical distancing alias menjaga jarak fisik bisa terwujud lewat adanya aturan PSBB.
Namun, riset menemukan aktivitas publik di DKI Jakarta justru semakin tinggi selama masa PSBB tahap kedua yang berjalan mulai dari 24 April hingga 22 Mei 2020. Sementara itu, PSBB tahap pertama diberlakukan dari tanggal 10 sampai 24 April 2020.
Peneliti dan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono, melakukan riset terkait tren kasus corona di DKI Jakarta serta kasualitasnya dengan jumlah orang yang tetap tinggal di rumah. Data orang yang tinggal di rumah diambilnya dari Big Data Google dengan sampel penduduk Jakarta yang menggunakan perangkat Android.
Dari grafik bulan Maret-April-Mei, terlihat jumlah orang yang tinggal di rumah sejak diberlakukan PSBB di Jakarta awalnya terus menanjak. Kenaikan itu juga selaras dengan penurunan laporan jumlah kasus baru COVID-19 harian.
ADVERTISEMENT
"Bila kita memperhatikan kenaikan proporsi penduduk yang tinggal di rumah di atas 0.55, dua minggu kemudian diikuti penurunan laporan jumlah kasus per hari," kata Pandu kepada kumparan, Jumat (15/5).
Namun, kenaikan tidak berlangsung lama, memasuki PSBB fase ke-2 dan bulan Ramadhan cenderung mengalami penurunan. Akibatnya, penurunan kasus juga tertahan dan kurva mendatar.
"Tetapi kenaikan jumlah yang tinggal di rumah hanya mendekati 0.6 saja dan cenderung menurun. Maka penurunan kasus tertahan dan kurva mendatar. Selama Ramadhan juga penduduk cenderung keluar rumah, ngabuburit, dan cari takjil misalnya," ungkap dia.
Menurut Pandu, saat memasuki bulan Ramadhan, jumlah penduduk yang keluar rumah kembali meningkat tipis. Meski masih cenderung mendatar, jumlah pertumbuhan kasus positif di DKI masih belum konsisten atau fluktuatif.
Pandu juga mengingatkan meningkatnya jumlah warga yang beraktivitas di luar rumah pada saat PSBB beberapa pekan terakhir ini merupakan bukti tidak keseriusannya pemerintah untuk menerapkan suatu kebijakan. Tanpa pengawasan, PSBB akan sulit dilakukan.
ADVERTISEMENT
Pola yang sama juga terlihat dari pemantauan pergerakan pengguna seluler Telkomsel. Dirut Telkomsel, Setyanto Hantoro menjelaskan dari pemantauan pergerakan pelanggan Telkomsel, pada awalnya pelaksanaan PSBB di Jakarta cukup berhasil. Hal itu terlihat dari pergeseran komposisi penggunaan data pelanggan di rumah dan di kantor.
"Sebelum PSBB, 60 persen pelanggan menggunakan telepon selulernya di rumah dan 40 persen di kantor. Setelah PSBB, penggunaan di kantor menurun 20 persen menjadi tinggal 20 persen. Jadi komposisi penggunaan di rumah dan kantor menjadi 80:20. Data itu pada 3-4 minggu pertama PSBB," jelas Setyanto, dalam keterangan resminya.
Namun, menurut Dirut Telkomsel itu pada dua pekan terakhir, terlihat perubahan menuju komposisi awal. "Mungkin orang sudah bosan di rumah dan mulai kembali bergerak keluar," katanya.
ADVERTISEMENT
Pemantauan mobilitas warga Jakarta di dalam kota
Meningkatnya aktivitas warga Jakarta juga terlihat dari pemantauan olah data CCTV dengan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Untuk hal ini, Pemprov DKI jakarta bekerja sama dengan Nodeflux untuk memantau mobilitas warga, baik yang berjalan kaki, maupun naik kendaraan selama penerapan kebijakan PSBB.
Kedua lembaga ini melakukan pemantauan dengan menggunakan data yang diperoleh dari sekitar 1.500 stream CCTV publik yang telah memenuhi kriteria dari total 2.672 CCTV publik yang ada di Jakarta. CCTV itu tersebar di 44 kecamatan di DKI Jakarta mulai pukul 06.00 sampai 22.00 WIB. Data diperbarui setiap satu jam sekali.
Teknologi AI akan mendeteksi tiap objek orang dan kendaraan yang tertangkap CCTV. Data hasil deteksi diperoleh secara sampling dari frame CCTV dalam kurun waktu tertentu, kemudian dihitung rata-rata jumlah objek yang terdeteksi oleh AI. Dari data tersebut dapat memberikan gambaran mengenai kepadatan aktivitas publik dalam tiap waktu dan pada area tertentu.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil pemantauan di situs corona.jakarta.go.id dalam tiga hari terakhir pada rentang waktu 16-18 Mei 2020, rata-rata kepadatan orang di ruang publik mencapai 600-700 orang. Artinya, masih banyak warga Jakarta yang berkeliaran di luar rumah.
Pada Jumat (15/5) rata-rata 732 orang keluar rumah. Esok harinya, sedikit menurun 648 orang, kemudian meningkat pada Minggu (17/5), yaitu 747 orang. Jumlah kendaraan, baik motor, mobil, bus, dan truk yang bergerak dipantau CCTV juga cukup besar, data yang terbesar adalah kendaran mobil.
Jumlah rata-rata kendaraan yang melintas di wilayah Jakarta pada Jumat (15/5) sebanyak 256.776. kemudian Sabtu (16/5) mengalami kenaikan menjadi 250.615, lalu Minggu (17/5) kembali meningkat di angka 270.321.
Namun, data yang fantastis adalah lonjakan rata-rata kendaraan pada Rabu (13/5) mencapai 353.422. Kemudian, menurun di hari Kamis (14/5) sebesar 337.212 dan kembali naik di hari Kamis (15/5) capai 339.793 kendaraan lalu lalang di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Pemantauan mobilitas warga Jakarta keluar daerah
Selain pantauan mobilitas di dalam kota Jakarta, selama PSBB ternyata banyak warganya yang eksodus ke luar daerah. Hal ini berdasarkan data milik LotaData di situsnya yang menunjukan sejumlah warga Jakarta keluar dari wilayah sebelum dan selama PSBB diberlakukan.
Pola perpindahan warga Jakarta ke kota-kota lain berdasarkan penelitian LotaData terhadap 9.608.000 juta perangkat smartphone yang dikumpulkan. Sebelum PSBB diberlakukan yaitu pada Maret, ada penurunan warga Jakarta ke daerah lain.
Penurunan terjadi sejak pekan pertama hingga pekan keempat Maret. Namun, data kembali melonjak pada pekan terakhir Maret. Setelah PSBB tahap pertama diberlakukan pada 10 sampai 24 April, jumlah warga Jakarta yang pergi dari ke luar kota menurun. Pergerakan ke luar DKI kembali terlihat meningkat pada pekan ketiga April dan memasuki PSBB tahap ke-2.
ADVERTISEMENT
Selama Maret, warga Jakarta paling banyak pergi keluar tiga wilayah, yaitu Surabaya (15,63 persen), Semarang (10,05 persen), dan Bandung (6,79 persen). Di bulan Maret memang terjadi lonjakan eksodus warga DKI Jakarta, karena belum adanya penerapan PSBB dan hanya sekadar imbauan untuk tidak mudik. Pada bulan Maret juga kasus COVID-19 pertama di indonesia diumumkan.
Kini dengan adanya aturan baru, yaitu Pergub No. 47 Tahun 2020 tentang Pembatasan Berpergian Keluar dan/atau Masuk Provinsi DKI Jakarta dalam Upaya Pencegahan Virus Corona. Setiap orang yang ingin keluar masuk wilayah Jakarta harus memiliki Surat Izin Keluar/Masuk (SIKM) yang dapat diurus secara online.
Namun, perlu diingat, tidak sembarang orang bisa mendapatkan surat izin tersebut, karena memiliki kriteria khusus. Adapun kriteria yang dimaksud adalah warga yang masuk dalam daftar 11 sektor usaha yang diizinkan, petugas negara, dan kelompok lain yang diizinkan. Selain itu, serta warga yang dalam keadaan darurat, seperti sakit atau keluarga meninggal bisa mengajukan izin.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.