Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Apabila kamu berpikir bahwa puasa hanya akan membuatmu lapar, lemah dan mudah sakit, kamu sepertinya perlu mengubah pandanganmu itu. Sebab, menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Cell Stem Cell pada 3 Mei 2018, puasa ternyata justru bermanfaat karena dapat meningkatkan metabolisme dan mengembalikan kemampuan regenerasi sel-sel punca di usus.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan bertambahnya usia, sel-sel punca usus manusia akan semakin kehilangan kemampuan untuk beregenerasi. Ini bisa menjadi masalah. Sebab, sel-sel punca tersebut merupakan sumber untuk terbentuknya sel-sel baru di usus.
Akibatnya, apabila seseorang mengalami infeksi gastrointestinal atau kondisi lain yang mempengaruhi usus, maka orang tersebut akan menjadi lebih sulit untuk sembuh.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh para ahli biologi dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) ini, ditemukan bahwa puasa dapat meningkatkan secara pesat kemampuan regenerasi sel-sel punca pada tikus, baik tikus yang muda maupun tikus yang tua.
Para peneliti menggunakan tikus sebagai hewan percobaan dan mereka mengondisikan agar tikus tersebut melakukan diet puasa selama 24 jam.
Hasilnya, pada tikus-tikus yang berpuasa, sel-sel mulai memecah asam lemak, bukan glukosa. Perubahan ini memicu sel-sel punca jadi lebih regeneratif dan mengaktifkan sakelar metabolisme di usus.
Meningkatnya sistem metabolisme di usus ini dapat membantu orang-orang tua yang terkena infeksi gastrointestinal untuk segera pulih atau bahkan membantu para pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi.
ADVERTISEMENT
“Berpuasa memiliki banyak efek pada usus, termasuk meningkatkan regenerasi untuk melawan penyakit yang menyerang usus, seperti infeksi ataupun kanker,” kata Omer Yilmaz, asisten profesor biologi MIT yang juga merupakan salah satu peneliti senior dalam riset ini, dilansir Science Daily .
“Memahami bagaimana puasa dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, termasuk peran sel-sel punca dewasa dalam regenerasi usus, perbaikan, dan penuaan, adalah minat mendasar laboratorium saya," tambah pria yang juga merupakan anggota Koch Institute for Integrative Cancer Research itu.
David Sabatini, profesor biologi MIT yang juga merupakan peneliti senior dalam riset ini mengatakan bahwa penelitian ini telah memberikan bukti bahwa puasa menginduksi sakelar metabolik di sel-sel punca usus, dengan memanfaatkan karbohidrat untuk membakar lemak.
ADVERTISEMENT
"Menariknya, mengalihkan sel-sel ini ke oksidasi asam lemak telah meningkatkan fungsi mereka secara signifikan,” ujar Sabatini.
Peneltian Lebih Lanjut
Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah mengetahui bahwa puasa atau asupan kalori rendah terkait dengan peningkatan umur panjang pada manusia dan organisme lain. Yilmaz dan rekan-rekannya kemudian tertarik untuk mengeksplorasi efek puasa pada tingkat molekuler, khususnya di usus.
Sel-sel punca usus bertanggung jawab untuk menjaga lapisan usus, yang biasanya memperbarui dirinya sendiri setiap lima hari. Ketika cedera atau infeksi terjadi, sel-sel punca adalah kunci untuk memperbaiki kerusakan. Seiring bertambahnya usia, kemampuan regeneratif sel-sel induk usus menurun, sehingga dibutuhkan waktu lebih lama bagi usus untuk pulih.
"Lebih-lebih lagi selama penuaan, fungsi batang usus menurun sehingga mengganggu kemampuan usus untuk memperbaiki dirinya sendiri setelah mengalami kerusakan," kata Yilmaz.
ADVERTISEMENT
Dalam penelitian ini, Yilmaz dan para kolega menemukan cara cepat untuk mengembalikan kemampuan regenerasi di usus tersebut, yakni dengan diet puasa selama 24 jam.
Namun para peneliti juga menemukan bahwa terapi obat dapat merangsang regenerasi sel-sel punca tanpa mengharuskan pasien berpuasa. Sebab bagi sebagian orang, puasa adalah kegiatan yang sulit dilakukan.
Jika nantinya terapi obat seperti itu bisa diterapkan pada manusia, maka kelompok yang bisa mendapat manfaat dari perawatan semacam itu adalah pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi karena kemoterapi sering merusak sel-sel usus.
Selain itu, terapi obat semacam ini juga bisa membantu orang-orang tua yang mengalami infeksi usus atau gangguan pencernaan lainnya yang merusak lapisan usus.
Para peneliti berencana untuk meneliti lebih lanjut potensi keefektifan dari perawatan semacam ini. Selain itu, mereka juga berharap untuk mempelajari apakah puasa mempengaruhi kemampuan regeneratif pada sel-sel punca di jenis jaringan lain selain usus.
ADVERTISEMENT