Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
ADVERTISEMENT
Selama berabad-abad, telah banyak orang yang berusaha memahami senyuman Mona Lisa yang diabadikan di lukisan karya seniman tersohor Leonardo da Vinci. Sekarang, sebuah riset berhasil menemukan temuan baru atas senyuman misterius itu.
ADVERTISEMENT
Riset itu dilakukan oleh tim ilmuwan dan ahli saraf di University of Cincinnati (UC). Hasilnya telah dipublikasikan di jurnal Cortex pada April 2019 lalu. Menurut temuan mereka, ternyata senyuman Mona Lisa adalah palsu belaka. Ini karena senyuman perempuan itu asimetri alias tidak seimbang.
"Hasil riset kami mengindikasikan bahwa kebahagiaan hanya diekspresikan pada sisi kiri (senyuman) saja. Berdasarkan beberapa teori emosi neuropsikologi, kami menafsirkan senyum asimetri Mona Lisa sebagai senyum palsu, yang diduga juga bisa muncul ketika subjek berbohong," jelas Luca Marsili, instruktur neurologi dan ilmu kesehatan rehabilitasi di UC College of Medicine, dilansir Science Daily.
Dalam riset ini, Marsili beserta rekannya, Lucia Ricciardi dari St George's, University of London, dan Matteo Bologn dari Sapienza University of Rome, mempelajari hasil pengamatan dari 42 orang atas lukisan Mona Lisa. Para responden itu diminta untuk menilai dan melaporkan enam emosi dasar mana yang muncul pada gambar Mona Lisa.
ADVERTISEMENT
Gambar Mona Lisa yang dipelajari itu tidak lengkap. Lukisan dibagi menjadi dua bagian. Satu bagian hanya menunjukkan sisi kiri senyuman Mona Lisa , bagian lainnya menunjukkan sisi kanan wajah perempuan itu.
Mereka menemukan bahwa ada 39 orang atau 92,8 persen responden yang menganggap senyuman di sisi kiri menunjukkan rasa bahagia. Namun yang menarik, tidak ada responden yang menganggap senyuman pada sisi kanan sebagai ekspresi rasa bahagia. Sebagian besar responden menganggap sisi kanan wajah Mona Lisa menunjukkan ekspresi netral.
Di samping itu, para peneliti juga mengatakan bahwa tidak ada aktivitas otot muka bagian atas di lukisan Mona Lisa. Mereka menjelaskan bahwa senyum asli menyebabkan bagian pipi naik dan otot di sekitar mata berkontraksi.
ADVERTISEMENT
Senyuman asli punya sebutan senyuman Duchenne. Nama ini berasal dari ahli saraf Prancis bernama Guillaume Duchenne. Sedangkan senyuman asimetri, menurut para peneliti, dikenal sebagai senyum non-Duchenne.
“(Senyuman Mona Lisa) mencerminkan suatu emosi palsu dan diduga terjadi ketika subjek sedang berbohong,” tulis para peneliti dalam risetnya.
“Mempertimbangkan rendahnya kemungkinan seorang model lukisan yang harus duduk tanpa bergerak selama berjam-jam bisa terus tersenyum dengan bahagia, penjelasan paling simpel adalah senyum asimetri Mona Lisa adalah manifestasi dari ‘rasa bahagia palsu’ meski Lleonardo telah berusaha membuat si model merasa bahagia,” lanjut mereka.
Para peneliti juga mengungkap kemungkinan lain. Kemungkinan itu adalah Leonardo secara sengaja melukiskan senyum asimetri tersebut, tiga abad sebelum Duchenne menulis dan mepublikasikan pembahasan tentang senyum tanpa emosi.
ADVERTISEMENT
Jika Leonardo benar-benar sengaja melukis senyum asimetri, maka para peneliti berspekulasi bahwa senyum Mona Lisa bisa saja menyimpan suatu pesan rahasia. Misalnya, ternyata Mona Lisa adalah potret diri tentang kepribadian atau kondisi psikologi Mona Lisa itu sendiri atau juga gambar tentang seseorang yang sudah mati sehingga tidak memiliki emosi.
“Dan meski senyum Mona Lisa terus menarik perhatian dari para pengamatnya, pesan sesungguhnya di balik senyuman itu tetap elusif dan harus dijelaskan, mungkin dengan bantuan ilmu pengetahuan emosi neuropsikologi,” imbuh para peneliti.