Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Sebuah riset mengungkap manfaat kapalan yang timbul akibat berjalan tanpa alas kaki. Menurut hasil riset ini, kapalan punya fungsi melindungi kaki dan memberikan rasa nyaman yang lebih tinggi dibanding sepatu.
ADVERTISEMENT
Laporan hasil riset ini telah dipublikasikan di jurnal Nature pada 26 Juni 2019. Dalam riset ini para peneliti memaparkan bahwa kapalan di kaki memberikan perlindungan tanpa mengganggu sensitivitas atau gaya berjalan seseorang.
Adapun sepatu justru menurunkan sensitivitas pada kaki. Selain itu, sepatu juga mengubah dampak gaya benturan saat melangkah dari telapak kaki ke sendi-sendi di atas kaki.
Tim peneliti menekankan bahwa temuan mereka tidak berarti jalan tanpa alas kaki lebih sehat dibanding jalan dengan sepatu atau sandal. Riset mereka lebih mempelajari soal evolusi manusia.
Mereka menjelaskan bahwa faktanya, manusia berevolusi untuk berjalan tanpa alas kaki dan bahwa berjalan tanpa alas kaki, secara mekanis, berbeda dengan jalan lengkap dengan alas kaki. Menurut para peneliti, hal ini mungkin mengimplikasikan bahwa berjalan tanpa alas kaki bisa mempengaruhi kesehatan jangka panjang.
ADVERTISEMENT
"Sangat menyenangkan untuk mengungkap bagaimana tubuh kita berevolusi untuk berfungsi," ujar Daniel Lieberman, profesor biologi evolusi manusia di Harvard University sekaligus anggota tim peneliti dalam riset ini, kepada Live Science.
"Manfaat indrawi dari berjalan tanpa alas kaki mungkin memiliki implikasi kesehatan. Tapi, ini perlu dipelajari lebih jauh," lanjut.
Tim periset menjelaskan bahwa sejak pertama kali muncul, yakni sekitar 200 ribu tahun lalu, manusia lebih sering hidup tanpa alas kaki. Bahkan, penemuan alas kaki tertua saja hanya berumur 8 ribu tahun, meski para peneliti menambahkan bahwa memang ada bukti tidak langsung atas penggunaan alas kaki semacam sandal yang berumur puluhan ribu tahun sebelumnya.
Karena kapalan adalah solusi evolusi untuk melindungi kaki, maka tim Lieberman mempelajari bagaimana kapalan bisa berbeda dengan sepatu dalam membantu pijakan dan memberi rasa nyaman. Ia dan timnya mempelajari kaki kapalan dari 100 lebih orang dewasa, kebanyakan dari Kenya.
ADVERTISEMENT
Sekitar setengah dari responden sering berjalan tanpa alas kaki. Sementara setengah sisanya sering menggunakan alas kaki, seperti sepatu dan sandal.
Tim peneliti menemukan bahwa bagi mereka yang sering berjalan tanpa alas kaki, ketebalan kapalan di kaki tidak mengganggu sensitivitas rabaan telapak kaki mereka. Bahkan, tim periset juga mengatakan bahwa kapalan tidak hanya berfungsi sebagai bantalan kaki saja seperti sepatu atau sandal. Kapalan bisa melindungi kaki dari panas atau bahkan objek tajam, serta memberikan rasa aman dan nyaman.
Selain itu, kapalan juga tidak mengganggu kemampuan kaki untuk merasakan permukaan tanah saat berjalan. Sementara sepatu membuat sensasi menyentuh tanah ini jadi hilang.
Penjelasannya, berjalan tanpa alas kaki membuat reseptor indra di kaki tetap bisa merasakan permukaan tanah. Sensor ini lalu mengirimkan sinyal ke otak.
ADVERTISEMENT
Sinyal itu, sensasi merasakan Bumi, mungkin membantu mereka yang berjalan tanpa alas kaki untuk tetap seimbang, memperkuat otot, dan menciptakan hubungan saraf yang lebih kuat antara kaki dengan otak.
"Kami menyarankan agar anak diajak untuk berjalan tanpa alas kaki di atas rumput yang lembab. Tujuannya untuk merangsang saraf yang sampai ke otak demi perkembangan si anak," kata Thomas Milani, salah satu anggota riset.
Di samping itu, para peneliti juga menemukan bahwa berjalan dengan sepatu melembutkan dampak awal langkah kaki, yakni meringankan gaya benturan pada telapak, tapi pada akhirnya justru memberikan lebih banyak gaya pada persendian di atas bagian kaki seperti lutut dan pinggul. Hal ini menunjukkan bahwa berjalan dengan sepatu mungkin memiliki implikasi kesehatan juga pada lutut dan pinggul.
Batasan riset
ADVERTISEMENT
Bagaimanapun, riset ini masih harus dipelajari lebih lanjut. Sebab, riset ini masih memiliki sejumlah batasan.
Menurut seorang ahli bernama Zehr, sensitivitas rabaan telapak kaki para responden dalam riset dipelajari saat mereka berada dalam kondisi tidak berjalan. Penilaian juga dilakukan dengan menggunakan alat yang mengirimkan getaran langsung ke bagian sol. Jadi hasil temuan ini mungkin akan berbeda saat orang benar-benar berjalan.
"Sistem saraf adalah sistem yang kerjanya sangat bergantung pada tugasnya, jadi input indrawi mungkin akan memberikan efek berbeda ketika orang sedang duduk, berdiri, berjalan, dan berlari," kata Zehr.
Selain itu, tidak semua orang sebaiknya berjalan nyeker atau tanpa alas kaki. Sebab, orang-orang dengan diabetes dan neuropati perifer bisa mengalami luka di kakinya tanpa menyadari kondisinya itu.
ADVERTISEMENT
Sekarang tim peneliti ingin mendalami alternatif gaya berjalan selain dari berjalan tanpa alas kaki. Mereka hendak mempelajari seberapa efektifnya penggunaan sandal tipis yang mungkin juga bisa lebih memberikan stimulasi rabaan pada telapak kaki dibanding sepatu normal.