Sampah Roket China 21 Ton Terjun Tak Terkendali ke Bumi, Ini Prediksi Jatuhnya
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Roket Long March 5B diluncurkan dari pulau Hainan pada 29 April lalu. Ia membawa modul Tianhe, yang akan menjadi stasiun luar angkasa pertama China dengan kapasitas tiga awak. Peluncuran Tianhe adalah yang pertama dari 11 misi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan mega proyek tersebut.
Sialnya, setelah berhasil mengorbit, sisa pecahan inti tahap utama roket, yang diyakini memiliki berat sekitar 21 ton akan turun kembali ke Bumi dalam kondisi tidak terkendali. Beberapa ahli khawatir bisa mendarat di daerah berpenghuni.
US Space Command memproyeksikan pecahan roket akan jatuh sekitar 8 Mei mendatang. Posisi jatuhnya tidak dapat ditentukan sampai beberapa jam, ia masuk atmosfer Bumi.
Menurut laporan Reuters, pasukan Skuadron 18th Space Control di Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg, sekitar 257 km barat laut Los Angeles, sedang melacak roket tersebut dan akan segera merencanakan pembaruan lokasinya saat turun. Skuadron tersebut melacak lebih dari 27.000 objek buatan manusia di luar angkasa, kebanyakan dari mereka berada di orbit rendah.
ADVERTISEMENT
Prediksi Lokasi Jatuhnya Sisa Roket China ke Bumi
Ahli astrofisika, Jonathan McDowell, mengatakan puing-puing roket memiliki potensi berbahaya, karena kemungkinan akan lolos dari pembakaran setelah menembus atmosfer dengan kecepatan hipersonik. Hal ini pernah terjadi pada Mei 2020, ketika potongan-potongan dari roket Long March 5B China menghujani Pantai Gading, merusak beberapa bangunan, meskipun tidak ada korban luka.
Meskipun begitu, ada kabar baik roket akan jatuh ke laut, mengingat bahwa 70 persen dunia ditutupi oleh lautan. Pecahan roket akan menjadi hujan puing yang setara dengan kecelakaan pesawat kecil, menurut McDowell.
Tak diperhitungkan
Berdasarkan orbitnya saat ini, jejak puing kemungkinan jatuh di suatu tempat sejauh utara New York (AS), Madrid (Spanyol) atau Beijing (China). Bisa juga mengarah ke selatan Chili dan Wellington, Selandia Baru, atau di mana saja di antaranya.
ADVERTISEMENT
McDowell mengatakan sebagian besar negara telah berusaha merancang pesawat ruang angkasa sedemikian rupa untuk menghindari entri ulang atau masuk kembali ke Bumi dalam kondisi tidak terkendali, sejak potongan besar stasiun luar angkasa NASA Skylab jatuh dari orbit pada Juli 1979 dan mendarat di Australia.
"Itu membuat perancang roket China terlihat malas karena mereka tidak membahas ini," pungkas McDowell yang menyebut situasi tersebut sebagai kelalaian.
***
Saksikan video menarik di bawah ini: