Satelit NASA Deteksi Suara Dengung Misterius di Luar Angkasa, Ini Rekamannya

14 Mei 2021 9:09 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Voyager 1, wahana luar angkasa milik NASA. Foto: NASA/JPL-Caltech
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Voyager 1, wahana luar angkasa milik NASA. Foto: NASA/JPL-Caltech
ADVERTISEMENT
Salah satu wahana luar angkasa tertua milik lembaga antariksa AS, NASA, mendeteksi suara dengung misterius. Suara yang berasal dari luar tata surya kita itu terekam oleh Voyager 1.
ADVERTISEMENT
Satelit tersebut diluncurkan NASA pada 5 September 1977 dengan menggunakan roket Titan-Centaur. Meski dirancang bertahan selama lima tahun, Voyager 1 rupanya mampu mengorbit hingga lebih dari 43 tahun dan masih mampu mengirim data perjalanannya di luar angkasa, termasuk suara dengung misterius ini.
Voyager 1, yang telah terbang melewati Jupiter pada 1979, Saturnus pada 1980, kemudian bergerak melewati tepi dan perbatasan tata surya yang disebut heliopause pada Agustus 2012, mendeteksi kehadiran suara misterius gelombang plasma. Temuan ini pun sudah ditulis dalam studi terbaru yang terbit di jurnal Nature Astronomy.
Tim astronom yang dipimpin peneliti Cornell University mempelajari data yang dikirim oleh wahana NASA itu dari jarak 14 miliar mil atau sekitar 22,5 kilometer. Dari data tersebut ditemukan emisi gas antarbintang luar angkasa.
Ilustrasi Voyager 1, wahana luar angkasa milik NASA. Foto: NASA/JPL-Caltech
"(Suara dengung) ini sangat redup dan monoton, karena berada dalam bandwidth frekuensi yang sempit," kata Stella Koch Ocker, astronom di Cornell University, seperti dikutip CNN. "Kami mendeteksi dengung gas antarbintang yang samar dan terus-menerus."
ADVERTISEMENT
Setelah memasuki antariksa di luar tata surya, instrumen sistem gelombang plasma di satelit Voyager 1 mendeteksi osilasi dalam gas yang disebabkan oleh Matahari. Namun ilmuwan juga memperhatikan bahwa di antara letusan itu, ada tanda dengung yang stabil dan terus-menerus.
Suaranya bisa kamu dengar dalam rekaman di bawah ini.
"Media (suara dengung emisi gas) antarbintang seperti hujan yang tenang atau lembut," jelas James Cordes, astronom George Feldstein di Cornell University. "Dalam kasus ledakan Matahari, itu seperti mendeteksi ledakan petir dalam badai dan kemudian kembali menjadi hujan lembut."
Para ahli astronomi berpendapat ada lebih banyak aktivitas tingkat rendah pada emisi gas antarbintang ini, memungkinkan mereka untuk memantau lebih dalam distribusi spasial plasma di luar angkasa. Data Voyager 1 juga dapat membantu peneliti memahami interaksi antara gas antarbintang dan angin Matahari, aliran partikel bermuatan yang mengalir dari bintang.
ADVERTISEMENT
"Kami tidak pernah memiliki kesempatan untuk mengevaluasinya. Sekarang kami tahu bahwa kami tidak memerlukan peristiwa kebetulan yang berkaitan dengan Matahari untuk mengukur plasma antarbintang," ungkap Shami Chatterjee, peneliti Cornell University.
****
Saksikan video menarik di bawah ini: