Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
ADVERTISEMENT
Berdasarkan catatan sejarah, kertas tisu toilet sudah ada sejak abad ke-16 Masehi di dunia barat. Di China, benda itu bahkan sudah ada sejak abad kedua Sebelum Masehi.
ADVERTISEMENT
Tren tisu toilet terus berkembang hingga hari ini. Tapi tak sedikit orang yang tidak menggunakannya. Alih-alih pakai tisu, penduduk Indonesia misalnya, lebih memilih menggunakan air untuk membersihkan pantat setelah buang air besar karena dinilai lebih bersih.
Di masa lalu, tisu toilet adalah barang yang sangat langka. Jadi, apa yang digunakan manusia purba untuk bilas atau menyeka kotoran pasca-buang air besar?
Tak mudah untuk mengetahuinya, bahkan menggunakan catatan arkeologi sekalipun, kata Susan Morrison, seorang profesor sastra abad pertengahan di Texas State University sekaligus penulis buku ‘Excrement in the Middle Ages; Sacred Filth and Chaucer’s Fecopoetics’.
“Sebagian besar materi tidak kami miliki karena bersifat organik dan hilang begitu saja,” kata Morrison kepada Live Science.
Kendati sulit ditemukan, para peneliti nyatanya berhasil menemukan beberapa sampel termasuk sejumlah jejak tinja dan penggambaran prekursor kertas toilet dalam seni dan sastra. Sepanjang peradaban manusia, orang-orang telah melakukan berbagai cara untuk membersihkan bagian tubuh dari kotoran setelah BAB, mulai dari memakai tangan, tongkol jagung, hingga salju.
ADVERTISEMENT
Menurut sebuah studi yang terbit pada 2006 di Journal of Archaeological Science: Reports, salah satu alat tertua yang digunakan untuk tujuan kebersihan adalah sebuah tongkat berasal dari China berusia 2.000 tahun. Tongat kebersihan atau tongkat bambu ini dibuat dari kayu atau bambu yang dibungkus dengan kain.
Sementara sebuah studi di jurnal BMJ menyebutkan, selama periode Yunani-Romawi dari abad 331 SM hingga 624 M, orang-orang pada masa itu juga membersihkan bokong mereka menggunakan tongkat yang disebut tersorium. Tersorium didesain dengan spons di salah satu ujungnya, disimpan di kamar mandi umum untuk digunakan bersama.
Namun, sejumlah ahli berpendapat bahwa tersorium sebenarnya tidak digunakan untuk pantat, tetapi untuk membersihkan tempat buang air besar atau toilet. Ketika tersorium kotor, manusia zaman dulu akan cara membuang tersorium ke dalam ember berisi air garam atau cuka. Bisa juga dengan mencelupkannya ke dalam air mengalir di bawah tempat duduk toilet.
Bangsa Yunani juga kemungkinan membersihkan pantat menggunakan potongan keramik berbentuk bulat dan lonjong atau lingkaran yang disebut pessoi. Ini diketahui setelah para arkeolog menemukan peninggalan pessoi dengan jejak kotoran di atasnya dan sebuah cangkir anggur kuno yang menampilkan gambar seorang pria sedang menyeka pantat menggunakan pessoi.
ADVERTISEMENT
Selain pessoi, orang Yunani juga menyeka pantat dengan ostraka, potongan keramik yang di atasnya ditulis nama musuh dengan tujuan untuk menghina mereka. Nama-nama itu akan dihapus jika mereka berhasil menaklukan musuhnya. Peneliti berpendapat, penggunaan keramik dalam jangka panjang telah merusak bokong orang-orang, menyebabkan iritasi kulit dan wasir.
Sementara di Jepang, pada abad ke-8 Masehi, orang menggunakan jenis tongkat kayu lain yang disebut chuugi untuk membersihkan bagian luar dan dalam anus. Selain tongkat, orang-orang purba menyeka pantat mereka menggunakan bahan lain seperti air, daun, rumput, batu, bulu binatang, dan kerang.
“Pada abad pertengahan, orang juga menggunakan lumut, sedimen, jerami, dan potongan permadani,” kata Morrison.
Itulah beberapa benda yang digunakan manusia zaman dulu untuk menyeka kotoran dari pantat mereka. Berani mencobanya? Sebaiknya tidak, karena sudah ada alat yang lebih higienis dan dapat memelihara kesehatan .
ADVERTISEMENT