Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1

ADVERTISEMENT
Sebagian besar dari kita mungkin pernah berlari lebih dari 1,5 km, yang lain bahkan bisa menyelesaikan lari 10K. Sementara atlet ultramarathon bisa berlari hingga 42,2 kilometer. Seberapa jauh sebenarnya manusia dapat berlari tanpa henti?
ADVERTISEMENT
Untuk menjawab pernyataan tersebut, pertama kita harus mendefinisikan apa sebenarnya arti dari "berhenti." Dean Karnazes, pemegang rekor tak resmi untuk lari terjauh tanpa tidur, dapat berlari sejauh 563 km, ditempuh selama tiga setengah hari pada 2005.
Pada 2023, pelari Harvey Lewis memecahkan rekor baru dalam jenis lomba lari jarak jauh yang disebut lari backyard ultra. Dalam jenis kompetisi ini, pelari menyelesaikan putaran sejauh 6,7 km setiap jam. Lewis berlari 108 putaran dalam waktu yang sama (setara dengan 4,5 hari), dengan total jarak 724 km, hanya menyisihkan beberapa menit di akhir setiap jam (putaran) untuk beristirahat sebelum memulai lagi.
Karena pelari ultramaraton sering mengambil jeda waktu untuk istirahat, makan, mengikat tali sepatu, pergi ke kamar mandi, atau tidur, tidak ada catatan resmi untuk lari terjauh tanpa henti yang pernah dicapai manusia . Kalau ada, mungkin alam akan menjadi tantangan terbesar.
ADVERTISEMENT
“Saya pikir kencing akan menjadi faktor pembatas di sana,” kata Jenny Hoffman, pelari ultra dan fisikawan di Harvard University.
Selain istirahat untuk kebutuhan biologis, manusia memiliki beberapa sifat yang memungkinkan kita untuk tampil baik dalam lari marathon, kata Guillaume Millet, seorang ahli fisiologi olahraga di Jean Monnet University di Saint-Etienne, Prancis.
Manusia memiliki otot bokong yang relatif besar untuk membantu mendorong tubuh ke depan, kemampuan untuk menyimpan energi elastis di tendon dan otot, dan ligamen leher yang kuat untuk menjaga otak tetap stabil saat berlari. Manusia juga beradaptasi dengan baik untuk berlari di cuaca panas karena dapat mengatur suhu tubuh melalui keringat.
“Bahkan jika suhu eksternal cukup tinggi, kita mampu mempertahankan suhu inti tubuh kita relatif rendah, dan ini merupakan keuntungan besar dibandingkan dengan sebagian besar spesies,” kata Millet sebagaimana dikutip Live Science.
ADVERTISEMENT
Meski manusia mengalami adaptasi ini, kita tidak pernah berevolusi secara khusus untuk berlari dalam jarak yang sangat jauh.
“Selama keberadaan kita, hingga saat ini manusia harus bekerja sangat keras untuk bertahan hidup,” kata Lieberman. “Jika Anda berlari dengan benar dan tidak cedera serta mendapatkan bahan bakar cukup, sungguh menakjubkan apa yang dapat dilakukan tubuh, tetapi bukan itu yang seharusnya kita lakukan. Itulah yang membuat adaptasi normal menjadi sangat ekstrem.”
Beberapa faktor fisik, seperti cedera, kelelahan otot, atau kurang tidur, dapat memaksa pelari untuk berhenti dan beristirahat untuk mendapatkan lagi tenaga. Namun, ketahanan mental juga berperan untuk bisa berlari jarak jauh. Agar dapat terus bergerak selama berhari-hari, pelari harus mampu menahan rasa sakit dan kelelahan.
ADVERTISEMENT
“Kita mengembangkan kemampuan luar biasa untuk memaksa diri melakukan berbagai hal luar biasa. Kita harus mau melakukannya,” kata Daniel Lieberman, ahli biologi evolusi di Harvard University. “Jadi menurut saya, hal terpenting tentang manusia yang membatasi daya tahan adalah mental.”
Mereka yang memaksakan diri untuk melakukan hal ekstrem memerlukan latihan intensif agar tidak cedera. Sebelum lari lintas benua, Hoffman berlatih lari sejauh 322 km per minggu, memastikan diri memiliki kebugaran untuk berolahraga dalam jangka waktu lama dan kekuatan tulang untuk menahan hentakan berulang-ulang di trotoar.
Meski demikian, semakin banyak orang mencoba ultramarathon setiap tahun, dengan partisipasi melonjak 1.676 persen antara 1996 hingga 2020. Seiring dengan meningkatnya popularitas olahraga ini, pelari baru akan menentang rekor lama.
ADVERTISEMENT
"Saya pikir batas itu akan terus (naik)," kata Hoffman.