Sejak Lama, Ilmuwan Ini Ramal Amerika Serikat Alami Kekacauan Sosial Tahun 2020

22 Juli 2020 7:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Demonstran Black Lives Matter bentrok dengan petugas NYPD di Jembatan Brooklyn, New York, Rabu (15/7). Foto: Yuki Iwamura/AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Demonstran Black Lives Matter bentrok dengan petugas NYPD di Jembatan Brooklyn, New York, Rabu (15/7). Foto: Yuki Iwamura/AP Photo
ADVERTISEMENT
Pada 2012 lalu, seorang ilmuwan ahli ekologi, biologi evolusi dan matematika di Connecticut University, Peter Turchin, membuat sebuah ramalan berani. Ia menyebut Amerika Serikat bakal mengalami kekacauan dan kekerasan pada tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Kini, ramalan atau prediksi Turchin tampaknya menjadi kenyataan. Sejak awal tahun 2020 hingga saat ini, sederet peristiwa pergolakan terjadi di negara yang dipimpin Donald Trump itu.
Selain pandemi virus corona yang semakin mempolarisasi orang Amerika di sepanjang garis pantai, pembunuhan polisi terhadap George Floyd--orang kulit hitam-- beberapa waktu lalu telah memicu protes besar-besar dari gerakan Black Lives Matter di seluruh dunia, hingga menimbulkan kerusuhan di beberapa kota.
Bukan tanpa dasar Turchin meramalkan masalah serius di tahun 2020. Dalam artikelnya yang terbit pada tahun 2012 dalam Journal of Peace Research, ia menganalisis kekerasan politik, termasuk kerusuhan, penggantungan dan terorisme di Amerika Serikat antara 1780 dan 2010.
Hasilnya, ia menemukan dua pola: Pertama, tren panjang perdamaian yang diikuti dengan meningkatnya kekerasan yang berlangsung sekitar 200 hingga 300 tahun, ditandai dengan perdamaian pada awal tahun 1800-an, kemudian terjadi pergolakan pada pertengahan tahun hingga akhir tahun 1800, dan perdamaian terwujud kembali pada pertengahan 1900-an.
Demonstran Pro-NYPD menari di dekat Balai Kota New York, Rabu, 15 Juli 2020, di New York, Rabu (15/7). Foto: Yuki Iwamura/AP Photo
Berdasarkan kurva yang ia teliti, tampaknya pola yang sama akan terus berulang sekitar setiap 50 tahun sekali. Jika dihitung sederhananya begini, kekerasan memuncak sekitar tahun 1870, 1920, dan 1970. Ini berarti, puncak kekerasan berikutnya bakal jatuh pada tahun 2020.
ADVERTISEMENT

Siklus kekerasan

Menurut Turchin, bukan kebetulan pergolakan terjadi dalam siklus 50 tahun sekali. Sebab, berdasarkan catatan sejarah, siklus yang sama juga berlaku di beberapa negara lainnya. Masalah sosial seperti ketimpangan sosial ekonomi telah memicu peningkatan kerusuhan sipil dari waktu ke waktu dan menciptakan puncak kekerasan.
Akibat trauma, masyarakat kemudian akan kembali mengalihkan perhatiannya demi meredam kekerasan. Perdamaian pun tercipta selama kurang lebih 20 hingga 30 tahun. Pada titik itu, masalah akan kembali muncul dan menciptakan pergolakan. Ini terjadi secara berulang dari generasi ke generasi.
Sejak makalahnya diterbitkan, terjadi perdebatan ihwal apakah siklus 50 tahunan itu benar-benar berlaku, dan apa alasan yang berpotensi menciptakan siklus kekerasan tersebut?
ADVERTISEMENT
Pada 2012, seorang filsuf sains, Lehman College Massimo Pigliucci dari City University of New York, mengatakan bahwa 230 tahun sejarah AS tidak cukup untuk menarik kesimpulan ihwal siklus pergolakan dan kekerasan.
Pengunjung merayakan akhir pekan di pantai Osage di Danau Ozarks, Missouri, Amerika Serikat. Foto: Twitter / Lawler50 / via REUTERS
Menurut Ilona M. Otto, sosiolog dan ekonom di Potsdam Institute, kekerasan naik dan turun setelah periode pergolakan, orang-orang membuat kelompok atau lembaga, untuk menangani masalah mereka.
“Setelah beberapa waktu, tantangan baru muncul dan lembaga-lembaga itu tidak lagi cocok untuk menangani masalah baru ini,” ujar Otto kepada Live Science. Jika lembaga tidak cukup fleksibel untuk berubah, hasilnya bisa berupa revolusi atau perang.
Terlepas dari perdebatan siklus gejolak tersebut, Turchin mengatakan bahwa kondisi sosial saat ini sudah memenuhi syarat terjadi pergolakan di AS. Penurunan standar hidup bagi masyarakat, meningkatkan persaingan dan konflik intra-elit. Persaingan intra-elit adalah pertempuran untuk kekayaan dan sumber daya di antara elit global yang punya pengaruh besar pada dunia politik.
ADVERTISEMENT
“Tren ini tidak hilang dan terus berkembang ke arah yang tidak menguntungkan. Ini berarti bahwa akan ada lebih banyak pergolakan yang disebabkan oleh berbagai faktor,” ujar Turchin.