Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Sejarah Kafan Turin, Kain yang Diyakini Pernah Digunakan Yesus Kristus
25 Desember 2021 11:06 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Di setiap agama atau keyakinan ada saja barang-barang sakral yang dipercaya pernah digunakan oleh orang-orang suci, tak terkecuali umat Kristiani. Bagi mereka, kain kafan Turin adalah benda suci, karena diyakini pernah digunakan untuk menutupi tubuh Yesus Kristus yang terbaring setelah diturunkan dari salib untuk kemudian dimakamkan.
ADVERTISEMENT
Sebagian orang percaya kafan Turin punya gambar serta bekas-bekas darah milik Yesus . Saat ini, kain tersebut ditaruh di Katedral Santo Yohanes Pembaptis di Turin (Torino dalam bahasa Indonesia), sebuah kota di Italia bagian utara.
Adapun ukuran kafan Turin sekitar 4,2 meter x 1,1 meter dan pada kain tersebut terdapat gambar seorang laki-laki. Laki-laki dalam kain tersebut dilukiskan sebagai seseorang yang memiliki janggut, kumis, rambut sebahu, dan badan dengan tinggi sekitar 1,70 meter hingga 1,88 meter.
Gambar kain kafan Turin pertama kali diambil pada 28 Mei 1898 oleh Secondo Pia, fotografer dari Italia. Sejarah mengenai dari mana asal usul kafan Turin sampai saat ini masih belum diketahui.
Namun, berdasarkan sebuah dokumen bernama Hungarian Pray Manuscript yang ditulis tahun 1192, kain kafan itu ada di Konstantinopel. Manuskrip itu juga berisi gambar saat Yesus sedang dikuburkan dan gambar pada manuskrip tersebut persis dengan gambar yang terdapat pada kain kafan Turin.
Dari Konstantinopel, kafan Turin diduga dicuri oleh tentara Perang Salib hingga akhirnya sampai ke Eropa. Geoffrey de Charny, seorang tentara dari Prancis, menulis surat kepada Paus Clement VI dan mengatakan bahwa ia ingin membangun sebuah gereja di Lirey, Prancis, sebagai ucapan syukur. Ia juga mengatakan bahwa kafan Yesus ada di tangannya.
ADVERTISEMENT
Menurut D’Arcis Memorandum, tahun 1355 adalah tahun pertama kafan itu diperlihatkan untuk umum di Lirey. Pada 1578, kain kafan tersebut dibawa ke Turin, Italia, untuk selamanya disimpan di sana dan beberapa kali diperlihatkan untuk umum.
Setiap kali diperlihatkan untuk umum, para peziarah berbondong-bondong datang untuk menyaksikan kafan yang dipercaya digunakan oleh Yesus tersebut. Pada masa Perang Dunia II, kain kafan Turin sempat dipindahkan secara diam-diam ke Napoli untuk diamankan. Namun akhirnya kain tersebut dikembalikan lagi ke Turin pada 1946.
Bercak Darah di Kafan Turin
Meski terus menarik perhatian peziarah yang ingin melihatnya, keaslian dari kain kafan Turin sebenarnya masih dipertanyakan. Bahkan jauh sebelum adanya pengujian ilmiah terhadap kain kafan tersebut, para ahli agama sudah mempertanyakan keasliannya.
ADVERTISEMENT
Sementara berdasarkan hasil penanggalan radiokarbon menunjukkan bahwa kafan Turin kemungkinan tidak berasal dari masa Yesus Kristus. Melainkan berasal dari antara tahun 1260 hingga 1390 Masehi, 12 abad setelah kematian Yesus.
Tenunan dan kain yang digunakan untuk kafan Turin bisa saja berasal dari masa keberadaan Yesus ataupun dari Abad Pertengahan. Yang pasti, pada kain ditemukan pigmen yang berasal dari Timur Tengah, kendati bukti tersebut tidaklah cukup untuk membenarkan keaslian kain kafan Turin.
Faktanya, dalam studi baru yang dilakukan Matteo Borrini, Ph.D dari School of Natural Sciences and Psychology, Liverpool John Moores University, dan Luigi Garlaschelli dari Italian Committee for the Investigation of Claims of the Pseudosciences, menunjukkan bahwa bercak darah yang ada di kain kafan Turin adalah palsu.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang diterbitkan di Journal of Forensic Science menjelaskan, para peneliti memeriksa pola bercak darah melalui teknik yang disebut Bloodstain Pattern Analyst (Analisis Pola Bercak Darah/BPA) dengan menggunakan darah manusia dan darah sintetis.
Hasilnya menunjukkan bahwa darah tersebut jatuh secara vertikal dan acak. Hal ini tentu kontras dengan kepercayaan selama ini bahwa Yesus dibaringkan kemudian ditutup dengan kafan.
Peneliti mengatakan, noda darah pada kafan Turin menunjukkan bahwa darah mengalir dari beberapa pose yang berbeda. Ada pola darah di tangan, dada, dan punggung. Bentuk noda darah pada kain kafan Turin pun dinilai tidak konsisten.
ADVERTISEMENT
“BPA darah yang terlihat pada sisi depan dada (luka tombak) menunjukkan bahwa kain kafan menunjukkan noda darah yang hanya dapat dihasilkan bila subjek berdiri. Sementara pendarahan di punggung, bila berasal dari mayat yang sama, terlihat tidak realistis.”