Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum pandemi COVID-19 , sejumlah virus tercatat telah menyerang kehidupan manusia. Mereka berpindah dari hewan ke manusia dan memicu wabah yang cukup besar,
ADVERTISEMENT
Dilansir Live Science, berikut beberapa virus yang diketahui telah mematikan yang pernah menginfeksi manusia dan merenggut banyak nyawa.
Virus Ebola
Virus Ebola pertama yang diketahui menyerang manusia menyerang secara bersamaan di Republik Sudan dan Republik Demokratik Kongo pada tahun 1976. Ia menyebar melalui kontak dengan darah, cairan tubuh lainnya, atau jaringan dari orang atau hewan yang terinfeksi.
Menurut Elke Muhlberger, ahli virus Ebola dan profesor mikrobiologi di Universitas Boston, Amerika Serikat (AS), strain Ebola yang diketahui bervariasi secara dramatis dalam tenggat waktu mereka.
Salah satu strainnya, Ebola Reston, bahkan tidak membuat orang sakit. Tetapi strain lain, Bundibugyo, tingkat kematiannya mencapai hingga 50%, dan strain Sudan 71%.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), wabah yang sedang berlangsung di Afrika Barat ini dimulai pada awal 2014, dan merupakan wabah penyakit terbesar dan paling kompleks hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Pada Desember 2020, vaksin Ebola, Ervebo telah disetujui oleh Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA). Vaksin ini membantu mempertahankan diri dari virus ebola Zaire. Persediaan secara global sudah tersedia mulai Januari 2021.
Virus Marburg
Para ilmuwan pertama kali mengidentifikasi virus Marburg pada tahun 1967, ketika wabah kecil terjadi di antara pekerja laboratorium di Jerman. Menurut WHO virus ini awalnya berasal dari monyet terinfeksi yang diimpor dari Uganda.
Gejala virus Marburg dapat menyebabkan demam berdarah – artinya orang yang terinfeksi mengalami demam tinggi, dan pendarahan di seluruh tubuh yang dapat menyebabkan syok, kegagalan organ, dan kematian.
Pada wabah pertama (1967), tingkat kematian karena virusnya sendiri adalah 24%. Namun saat pada wabah 1998-2000 di Republik Demokratik Kongo, persentase kasus mencapai 83%, dan 100% pada wabah 2017 di Uganda.
Influenza
Data WHO mengungkap selama musim flu biasa, 650.000 orang di seluruh dunia dapat meninggal karena penyakit ini. Namun terkadang, ketika jenis flu baru muncul, ia akan menghasilkan penyebaran penyakit yang lebih cepat dan seringkali menyebabkan tingkat kematian yang lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Sejarah mencatat, pandemi flu (flu Spanyol) yang paling mematikan dimulai pada tahun 1918. Ia membuat sakit hingga 40% populasi dunia sakit, dan menewaskan sekitar 50 juta orang.
"Saya pikir mungkin kejadian seperti wabah flu tahun 1918 bisa terjadi lagi," kata Muhlberger.
SARS-CoV
Menurut Journal of Virology, kemungkinan virus ini muncul pada kelelawar awalnya, Ia kemudian melompat ke mamalia nokturnal yang disebut musang sebelum akhirnya menginfeksi manusia.
Setelah memicu wabah di China, SARS menyebar ke 26 negara di seluruh dunia, menginfeksi lebih dari 8000 orang dan membunuh lebih dari 770 selama beberapa bulan.
Penyakit ini menyebabkan demam, kedinginan dan nyeri tubuh –hingga berkembang menjadi pneumonia.
ADVERTISEMENT
Meskipun memiliki perkiraan tingkat kematian 9,6%, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) tidak mencatat kasus baru SARS yang dilaporkan sejak awal 2000-an.
SARS-CoV-2
SARS-CoV-2 termasuk dalam keluarga besar virus yang sama dengan SARS-CoV, yang dikenal sebagai coronavirus. Ia pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019 di kota Wuhan, China.
Virus itu yang dipercaya berasal dari kelelawar ini mendorong karantina luas di Wuhan dan kota-kota terdekat. Pembatasan perjalanan ke dan dari negara-negara yang terkena dampak juga dilakukan untuk menekan kasus baru.
Gejala umum SARS-CoV-2, atau COVID-19 adalah demam, batuk, kehilangan rasa atau bau dan sesak napas dan gejala yang lebih serius termasuk kesulitan bernapas, nyeri dada dan kehilangan mobilitas.
Sejak kemunculannya, virus ini telah menyebabkan lebih dari empat juta kematian di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT