Sekjen PBB: Kita Berada di Jalan Raya Menuju Neraka Iklim

12 November 2022 16:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perubahan iklim. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perubahan iklim. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kalimat itulah yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, dalam upacara pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) iklim COP27 yang berlangsung di Sharm el-Sheikh, Mesir, pada Senin (7/11).
Menurut Guterres, kerusakan iklim di Bumi adalah tantangan yang sulit ditangani, lebih sulit dari masalah lain yang dihadapi dunia saat ini, yakni invasi Rusia ke Ukraina.
“Hanya dalam beberapa hari, populasi planet kita akan melewati ambang batas baru. Anggota ke-8 miliar dari keluarga manusia akan lahir... Apa yang akan kita katakan pada anak ketika mereka bertanya apa yang kita lakukan untuk planet ini?” kata Gutteres.
“Kita berada dalam pertarungan hidup dan mati, dan kita kalah. Emisi gas rumah kaca terus meningkat. Suhu global terus meningkat. Dan planet kita dengan cepat mendekati titik kritis yang akan membuat kekacauan iklim tidak dapat diubah,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, Guterres optimis perubahan iklim masih bisa ditekan jika manusia mau berubah. Guterres bilang, karena aktivitas manusia adalah faktor utama dalam kekacauan iklim ini, maka aktivitas manusia pula yang bisa mengeluarkan kita dari jurang kehancuran.
Salah satunya caranya adalah dengan melakukan apapun yang bisa membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C, yakni mencapai emisi nol bersih global pada tahun 2050. Guterres juga berbicara soal salah satu aspek yang paling kontroversial dan secara historis banyak diabaikan dari pembicaraan iklim COP: uang.
Dalam KTT iklim bersejarah itu, untuk pertama kalinya topik “kerugian dan kerusakan” akhirnya menjadi agenda di COP. Ini artinya pembicaraan iklim harus melibatkan diskusi negara-negara kaya untuk membantu negara-negara miskin mengatasi kerusakan terkait pemanasan global.
ADVERTISEMENT
“Kehilangan dan kerusakan tidak bisa lagi disapu di bawah karpet. Ini adalah keharusan moral. Ini adalah pertanyaan mendasar tentang solidaritas internasional dan keadilan iklim. Mereka yang paling sedikit berkontribusi pada krisis iklim menuai angin puyuh yang ditaburkan oleh orang lain,” kata Guterres.
Kita membutuhkan semua tangan di dek untuk aksi iklim yang lebih cepat dan lebih berani. Sebuah jendela peluang tetap terbuka, tetapi hanya seberkas cahaya sempit yang tersisa. Pertarungan iklim global akan menang atau kalah dalam dekade penting ini–dalam pengawasan kita. Satu hal yang pasti: mereka yang menyerah pasti akan kalah. Jadi, mari kita berjuang bersama, dan mari kita menang.”