news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Selama Pandemi, LIPI Temukan 8 Spesies Baru Tumbuhan Unik Asli Indonesia

9 Mei 2021 17:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Etlingera tjiasmantoi. Foto: Wisnu Handoyo Ardi/LIPI
zoom-in-whitePerbesar
Etlingera tjiasmantoi. Foto: Wisnu Handoyo Ardi/LIPI
ADVERTISEMENT
Selama pandemi virus corona, peneliti dari Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya (PPKTKR) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), berhasil menemukan delapan spesies baru tumbuhan asli Indonesia.
ADVERTISEMENT
Peneliti LIPI Destario Metusala menemukan empat spesies tumbuhan baru yang telah diberi nama ilmiah, terdiri dari Bulbophyllum acehense, Dendrobium rubrostriatum, Nepenthes putaiguneung, dan Dendrobium sagin.
Sementara peneliti LIPI lain bernama Wisnu Handoyo Ardi berhasil menemukan empat spesies baru lainnya, yakni Begonia enoplocampa, Begonia tjiasmantoi, Begonia sidolensis, dan Etlingera tjiasmantoi.

1. Bulbophyllum acehense

Bulbophyllum acehense. Foto: Destario Metusala/LIPI
Bulbophyllum acehense merupakan tumbuhan anggrek epifit yang tumbuh alami di pegunungan hutan Aceh Tengah, Propinsi NAD. Anggrek Bulbophyllum acehense memiliki perbungaan tunggal yang bermunculan dari bagian ruas-ruas rhizomnya.
Bunganya berwarna kuning cerah mengkilap berlilin dengan corak halus garis kuning yang lebih pekat. Walaupun ukuran bunganya hanya berkisar 1,7-2 cm. Namun memiliki bentuk unik yang mana bagian lateral sepalnya terpilin kuat ke belakang.
ADVERTISEMENT
Spesies anggrek baru ini juga memiliki keunikan pada bagian bibir bunganya yang menekuk tajam ke bawah seperti pengait. Epithet spesies menggunakan nama provinsi Aceh sebagai petunjuk bahwa kawasan Aceh memiliki keunikan diversitas anggrek yang tinggi.

2. Dendrobium rubrostriatum

Dendrobium rubrostriatum. Foto: Destario Metusala/LIPI
Dendrobium rubrostriatum juga merupakan anggrek epifit yang tumbuh menempel di kulit batang pepohonan. Susunan daunnya berevolusi secara unik membentuk seperti gergaji pipih dengan panjang total mencapai 43 cm.
Perbungaan muncul dari batang semu pipih di bagian ujung. Meski ukuran bunga tergolong kecil, yaitu lebarnya hanya berkisar 0,65-0,75 cm, akan tetapi memiliki kombinasi warna bunga yang cukup mencolok.
Sepal petal bunga berwarna dasar krem dengan garis-garis memanjang merah keunguan. Spesies baru ini ditemukan di hutan dataran rendah Kalimantan Barat pada ketinggian 200-300 m.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, observasi selanjutnya menunjukkan bahwa sebaran spesies baru ini mencapai kawasan Sarawak dan Sabah di Malaysia. Penelitian ini memerlukan waktu panjang hingga 6 tahun lamanya demi memperoleh data-data spesies pembanding yang akurat.

3. Nepenthes putaiguneung

Nepenthes putaiguneung. Foto: Dee Dee Al Farishy/LIPI
Nepenthes putaiguneung adalah spesies tumbuhan karnivora yang lebih akrab disebut kantung semar atau periuk monyet. Penelitian Nepenthes baru ini merupakan kolaborasi dengan Dee Dee Al Farishy yang saat itu sebagai mahasiswa biologi Universitas Indonesia dengan Dr. Destario Metusala sebagai salah satu pembimbingnya.
Nepenthes putaiguneung memiliki kantung bawah berukuran tinggi 12-13 cm dan lebar 1,5-2,3 cm dengan bibir peristome berwarna merah mengkilap serta berusuk pendek (0,3-0,5 mm). Sedangkan kantung bagian atas lebih ramping berukuran tinggi 8,5-15 cm dan lebar 1,4-2 cm, serta berbibir kehijauan dengan rusuk yang sangat pendek (< 0,3 mm) sehingga tidak nampak jelas.
ADVERTISEMENT
Nama epithet “putaiguneung” berasal dari bahasa lokal Kerinci, yaitu “putai” (puteri) dan “guneung” (gunung) yang merujuk dari keanggunan sosok spesies dataran tinggi ini yang menyerupai puteri gunung. Spesies baru ini diduga endemik Pulau Sumatera dan memerlukan perlindungan khusus dari perubahan habitat serta ancaman pengkoleksian tak terkendali.

4. Dendrobium sagin

Dendrobium sagin. Foto: Reza Saputra/LIPI
Dendrobium sagin adalah anggrek spesies baru berbunga indah dari hutan alami di Papua Barat. Penelitian anggrek spesies baru ini merupakan hasil kolaborasi dengan Reza Saputra, staf pengendali ekosistem hutan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Papua Barat.
Spesies baru anggrek D. sagin memiliki bunga yang berukuran cukup besar dengan rentang lebar antara 3-4 cm. Bunganya berwarna putih bersih dengan semburat kekuningan. Bibir bunganya yang kekuningan berbentuk obreniform dengan rambut-rambut tegak di bagian tengah helaian.
ADVERTISEMENT
Kendati berbunga indah dan berwarna cerah, sayangnya masa mekar bunga anggrek D. sagin ini tidak bertahan lama, yaitu sekitar 1-2 hari saja. Nama epithet “sagin” diambil dari bahasa lokal suku Moi di Papua Barat yang memiliki arti “rambut”, yaitu merujuk pada tonjolan khas menyerupai rambut di bagian bibir bunganya.

5. Begonia enoplocampa

Begonia enoplocampa. Foto: Wisnu Handoyo Ardi/LIPI
Begonia enoplocampa adalah Begonia yang hanya dijumpai di Pulau Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Tumbuhan Begonia enoplocampa mudah dikenali dengan batang yang berupa rhizome, daun berbentuk bundar telur melebar dengan tepian daun bergigi hingga bercangap.
Bunga spesies ini berwarna putih dengan jumlah perhiasan bunga yaitu empat helai tenda bunga pada bunga jantan, dan tiga helai tenda bunga pada bunga betina. Selain itu spesies ini memiliki bakal buah bersayap tiga berwarna putih.
ADVERTISEMENT
Nama spesies baru Begonia ini diambil dari Bahasa Yunani, yaitu énoplos (ένοπλος = senjata, bersenjata) dan kámpë (κάμπη = ulat), merujuk pada karakter rhizome dan daun penumpunya dengan rambut yang bercabang-cabang, yang jika diperhatikan seksama akan sangat mirip dengan ulat hijau berduri yang gatal.

6. Begonia tjiasmantoi

Begonia tjiasmantoi. Foto: Wisnu Handoyo Ardi/LIPI
Begonia tjiasmantoi merupakan spesies endemik pulau Sulawesi. Spesies ini hanya dapat ditemukan di wilayah kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat. Tumbuhan Begonia tjiasmantoi adalah salah satu Begonia yang terunik di Sulawesi karena memiliki kombinasi karakter yang jarang ditemukan di Begonia spesies lainnya di Sulawesi, yaitu berperawakan kecil dengan tinggi hanya sekitar 15 cm.
Daun berbentuk elips dengan warna kecoklatan disertai hijau terang pada permukaan atas daunnya. Sedangkan pada permukaan bawah daunnya berwarna merah marun. Bunga berwarna kuning, yang merupakan warna yang sangat langka untuk-spesies-spesies Begonia yang berasal dari Asia.
ADVERTISEMENT
Sayangnya keberadaan spesies endemik ini semakin terancam karena habitatnya yang sebagian besar telah dikonversi menjadi perkebunan kopi. Nama spesies ini diberikan sebagai penghargaan kepada filantropis lingkungan Wewin Tjiasmanto, dari Yayasan Konservasi Lahan Basah atas dukungannya terhadap pelestarian flora di Indonesia.

7. Begonia sidolensis

Begonia sidolensis. Foto: Wisnu Handoyo Ardi/LIPI
Begonia sidolensis merupakan spesies endemik Sulawesi Tengah yang hanya dapat dijumpai di sekitar kawasan puncak Gunung Sidole, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Spesies ini merupakan salah satu hasil kolaborasi penelitian dengan mahasiswa Universitas Tadulako, Eka Putri Dayanti.
Spesies ini sangat berbeda dengan spesies-spesies Begonia lainnya di Sulawesi karena memiliki beberapa karakter unik. Di antaranya adalah perawakan yang kecil dengan batang yang tumbuh menjalar di atas permukaan tanah.
ADVERTISEMENT
Daun kecil berbentuk bundar telur berwarna kemerahan disertai bercak atau semburat berwarna hijau keperakan. Bunga berwarna merah muda dan berukuran relatif besar jika dibandingkan dengan proporsi ukuran daunnya. Nama epithet spesies ini menggunakan nama Gunung di mana spesies ini tumbuh dan ditemukan, yaitu Gunung Sidole.

8. Etlingera tjiasmantoi

Etlingera tjiasmantoi. Foto: Wisnu Handoyo Ardi/LIPI
zoom-in-whitePerbesar
Etlingera tjiasmantoi. Foto: Wisnu Handoyo Ardi/LIPI
Etlingera tjiasmantoi merupakan salah satu spesies dari suku jahe-jahean (Zingiberaceae) yang saat ini hanya ditemukan di hutan pegunungan wilayah Tentena, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Spesies ini merupakan salah satu hasil dari kegiatan ekspedisi Sulawesi yang dilakukan pada tahun awal 2020 sebelum merebaknya pandemi di Indonesia.
Jenis baru ini di deskripsi bersama peneliti Zingiberaceae dari Pusat Penelitian Biologi, Dr. Marlina Ardiyani. Spesies Etlingera tjiasmantoi terlihat mirip dengan kerabatnya Etlingera flexuosa, namun dapat dengan mudah dibedakan pada tangkai anak daunnya yang lebih panjang, buah yang berbentuk bulat telur sungsang dan tidak berduri.
ADVERTISEMENT
Nama spesies ini diberikan sebagai penghargaan kepada filantropis lingkungan Wewin Tjiasmanto, dari Yayasan Konservasi Lahan Basah atas dukungannya terhadap pelestarian flora di Indonesia. Penelitian diterbitkan di jurnal nasional Reinwardtia.
Spesies baru tumbuhan unik dari Indonesia ini telah diterbitkan pada jurnal ilmiah nasional maupun internasional di sepanjang tahun 2020.