Sembuh dari Virus Corona, Istri Tom Hanks Ungkap Efek Samping Obat Klorokuin

Tom Hanks dan Rita Wilson. Foto: AFP/Mandel Ngan

Tom Hanks dan istrinya, Rita Wilson, resmi dinyatakan sembuh dari virus corona yang dideritanya pada Maret 2020 lalu di Australia. Wilson menceritakan pengalamannya selama mengidap COVID-19 dan diobati dengan obat antimalaria klorokuin yang justru memberikan efek samping.

Saat menjalani perawatan medis di Negeri Kangguru, Wilson mengaku diberi obat antimalaria klorokuin. Senyawa kimia turunannya, hydroxychloroquine, telah dipromosikan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebagai pengobatan potensial untuk pasien COVID-19.

Kedua obat ini memang tengah diteliti oleh para ilmuwan, namun belum ada bukti ilmiah bahwa baik klorokuin maupun senyawa turunannya dapat bekerja melawan virus corona SARS-CoV-2.

“Saya merasa sangat sakit, tidak nyaman, tidak ingin disentuh, dan kemudian demam pun dimulai,” ujar perempuan berusia 63 tahun itu di acara The Talk with Gayle King, dikutip Sky News.

Ilustrasi klorokuin. Foto: Shutter Stock

Aktris sekaligus penyanyi itu menambahkan, dirinya juga menggigil hebat, gejala sakit yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Sembilan hari setelah hasil tes positif keluar, demamnya mencapai suhu tertinggi, hampir 39 derajat Celcius.

Wilson sendiri tidak yakin bagaimana obat klorokuin memengaruhi penyakit COVID-19 yang diidapnya. Meski demamnya menurun, pengobatan tersebut juga turut memberikan efek samping bagi tubuhnya, mulai dari mual hingga sulit berjalan.

"Saya hanya bisa memberitahu Anda bahwa saya tidak tahu apakah obat itu bekerja atau apakah itu hanya waktu (yang kebetulan bersamaan) demam saya reda, tetapi demam saya (memang) reda," ujar Wilson.

"Ototku terasa sangat lemah," katanya. “Saya pikir orang harus sangat mencermati obat itu. Kita tidak benar-benar tahu apakah (obat) itu membantu dalam kasus ini," lanjutnya.

Sementara sang suami, Tom Hanks, disebut Wilson memiliki gejala yang lebih ringan. Keduanya langsung pulang kembali ke Los Angeles, California, AS, usai dinyatakan sembuh dan menjalani isolasi mandiri di rumah.

Sebelumnya, sebuah uji coba klorokuin di Brazil dihentikan lebih awal dari jadwal yang seharusnya karena alasan keamanan. Sebabnya, pasien virus corona COVID-19 yang dijadikan objek uji coba mengalami gangguan irama detak jantung yang bisa berpotensi fatal setelah diberi klorokuin dalam dosis tinggi.

Menurut laporan The New York Times, dokter penyakit menular dan ahli keamanan obat mengatakan penelitian ini memberikan bukti lebih lanjut bahwa klorokuin dan hidroksiklorokuin, dua obat malaria yang digunakan untuk pasien COVID-19, dapat menimbulkan bahaya yang signifikan bagi beberapa pasien, khususnya masalah detak jantung abnormal.

"Bagi saya, penelitian ini menyampaikan satu informasi yang bermanfaat, yaitu bahwa klorokuin menyebabkan peningkatan abnormalitas pada elektrokardiogram yang bergantung pada dosis yang dapat membuat orang rentan terhadap kematian jantung mendadak," kata David Juurlink, ahli penyakit dalam dan kepala divisi farmakologi klinis di University of Toronto, dikutip dari The New York Times.

***

kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!