news-card-video
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Sempat Buta, Pria Ini Bisa Melihat Lagi Berkat Transplantasi Sel Punca

12 Maret 2025 8:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Periksa Mata. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Periksa Mata. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Transplantasi sel punca berhasil mengubah hidup seorang pria di AS yang kehilangan salah satu penglihatan matanya akibat kecelakaan kembang api.
ADVERTISEMENT
Pria bernama Nick Kharufeh itu mengalami kecelakaan ketika sedang menikmati pertunjukan kembang api di jalan dekat rumah bibinya di California, pada Hari Kemerdekaan AS di tahun 2020 lalu.
Saat itu, pesta kembali api yang awalnya meriah justru menjadi malapetaka. Kembang api yang tidak terkendali keluar jalur dan meledak di tanah dekat Kharufeh berada, dan serpihan bahan peledak mengenai kornea mata kirinya.
Kecelakaan menyebabkan salah satu mata Kharufeh yang saat itu berusia 23 tahun mengalami buta total. Padahal dia sedang menjalani pelatihan selama 6 tahun untuk menjadi pilot.
“Ayah saya berada tepat di luar rumah dan hari masih gelap, jadi dia tidak bisa sepenuhnya mengetahui apa yang telah terjadi,” kata Kharufeh kepada Live Science. “Dan saya seperti, ‘Saya merasa tidak bisa melihat dengan mata kiri saya’.”
ADVERTISEMENT
Di rumah sakit, dokter awalnya khawatir mata Kharufeh telah hancur total dan perlu diangkat. Namun, setelah membersihkan serpihan dari matanya, dokter spesialis melihat bahwa selain korneanya, bagian mata Kharufeh yang lain tetap utuh.
Kharufeh akhirnya harus melakukan perawatan mata selama berbulan-bulan, termasuk bangun di malam hari untuk meneteskan obat ke mata, mengonsumsi obat untuk menghilangkan rasa sakit, dan menjalani beberapa operasi, seperti membersihkan sisa kotoran dan upaya untuk merekonstruksi kelopak matanya.
“Itu adalah beberapa bulan yang berat. Saya tidak keluar rumah, saya tidak memberi tahu siapa pun apa yang terjadi karena saya sedikit malu dengan apa yang saya alami, karena mata adalah jendela jiwa, jadi saya merasa identitas saya hilang begitu saja,” ujar Kharufeh.
ADVERTISEMENT
Belakangan, ibunya bercerita kepada Kharufeh tentang sebuah iklan yang pernah dilihatnya dari Mass Eye and Ear, sebuah rumah sakit pendidikan Harvard di Boston, Massachusetts. Rumah sakit tersebut sedang mencari relawan untuk berpartisipasi dalam uji klinis terapi sel punca baru bagi pasien dengan kerusakan kornea yang tidak dapat disembuhkan.
Perkembangan mata Nick Kharufeh sebelum dan sesudah menjalani transplantasi sel punca. Foto: Nature Communications
Terapi eksperimental yang disebut "cultivated autologous limbal epithelial cell transplantation" (CALEC), dilakukan dengan mengambil sel punca dari mata pasien yang sehat, menumbuhkannya menjadi lembaran sel di laboratorium, lalu mentransplantasikannya ke mata yang rusak. Setelah ditanamkan, lembaran sel baru ini membentuk permukaan tempat jaringan normal dapat tumbuh kembali.
Kharufeh memutuskan pindah ke Boston bersama ibunya untuk menjadi relawan transplantasi sel punca. Terapi eksperimental itu dimulai pada Januari di tahun 2021.
ADVERTISEMENT
“Awalnya saya ragu karena mereka harus melakukan operasi pada mata saya yang masih bagus, jadi saya benar-benar gugup,” kata Kharufeh.
Setelah transplantasi pertama dilakukan, Kharufeh melihat hasil positif. Dia ingat momen ketika masuk ke Airbnb miliknya di Massachusetts dan dapat melihat warna biru cerah pada selimutnya. Saat itu, ia baru pulih sekitar delapan bulan dari cedera akibat kembang api.
“Saya tidak akan pernah melupakan momen itu, dan kedengarannya sangat kecil. Itu seperti, ‘Oke, selimut biru kecil’. Namun pada saat itu, itu adalah segalanya bagi saya, dan saya benar-benar menangis begitu lama.”
Sebelum Kharufeh menjalani terapi CALEC, pengobatan tersebut awalnya telah melalui uji klinis kecil yang melibatkan empat pasien dengan kerusakan kornea. Uji coba tersebut hasilnya dibagikan pada 2018, menandai uji coba pertama terapi sel punca untuk mata di AS.
ADVERTISEMENT
Uji coba awal menunjukkan bahwa terapi sel punca aman dan mendapat hasil positif. Tim kemudian melakukan uji coba yang lebih besar dengan melibatkan 15 pasien, salah satunya adalah Kharufeh. Temuan uji coba yang lebih besar dipublikasikan pada 4 Maret 2025 di jurnal Nature Communications.
Secara keseluruhan, pengobatan terbukti efektif dalam memperbaiki kerusakan kornea yang menyebabkan kebutaan hingga 93%. Uji coba lanjutan masih akan dilakukan agar pengobatan ini disetujui secara resmi.
Kini, di usia 28 tahun setelah 5 tahun mengalami cedera, Kharufeh masih tinggal di Boston, tempat ia bekerja sebagai sales di sebuah perusahaan transportasi. Penglihatan mata kirinya belum sempurna, tapi ia mengaku hal ini tidak mengganggu kehidupan sehari-harinya. Jika ia menutup mata kanannya dengan tangan, ia masih bisa menemukan objek dan menavigasi dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
Pada April 2025, Kharufeh berencana untuk mengikuti Boston Marathon, membantu mengumpulkan uang bagi Mass Eye and Ear.
“Saya rasa terapi ini memberi saya kehidupan yang benar-benar baru,” kata Kharufeh tentang terapi sel punca.