Senin, 22 Juli 2024, Jadi Hari Terpanas Sepanjang Masa

26 Juli 2024 13:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cuaca panas. Foto: FREDERIC J. BROWN/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cuaca panas. Foto: FREDERIC J. BROWN/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Senin, 22 Juli 2024 lalu, menjadi hari paling panas sepanjang sejarah Bumi. Beberapa wilayah ikut dilanda gelombang panas serta kebakaran hutan yang dahsyat.
ADVERTISEMENT
Data dari Layanan Perubahan Iklim Copernicus (Copernicus Climate Change Service/C3S) menunjukkan suhu rata-rata global harian sebesar 17,15 derajat Celsius. Angka ini 0,06 derajat Celsius lebih panas dari rata-rata suhu Bumi sehari sebelumnya, Minggu (21/7).
"Inilah yang -dikatakan (klimatologi)- akan terjadi jika dunia terus (menggunakan) batu bara, minyak, dan gas," kata Joyce Kimutai, ilmuwan iklim dari Imperial College London, pada Rabu (24/7), dilansir ScienceAlert.
"Suhu akan terus meningkat (kecuali) hingga kita berhenti membakar bahan bakar fosil dan mencapai emisi nol bersih."
Ilmuwan khawatir pola pemanasan yang meluas ini akan terjadi di masa depan, bahkan meningkat. Hal itu bisa terjadi karena kurva di atas menunjukkan setiap tahun di bulan Juni merupakan masa ketika suhu Bumi menunjukkan angka tertinggi.
ADVERTISEMENT
Bumi mengalami periode panas luar biasa yang belum pernah terjadi sebelumnya. Meski begitu, tren peningkatan suhu akan relatif turun seiring dengan lewatnya puncak musim panas tahun ini.
Pemanasan global menyebabkan peristiwa cuaca ekstrem menjadi lebih lama, lebih kuat, dan lebih sering terjadi. Tahun ini, beberapa wilayah di dunia diwarnai oleh sejumlah aktivitas fenomena alam besar di seluruh dunia.
Suhu panas global pada Senin (22/7) lalu dirasakan di banyak benua, termasuk Asia, Amerika Utara, dan Eropa. Gelombang panas dan kebakaran hutan telah menimbulkan kerusakan dalam beberapa minggu terakhir.
Catatan Copernicus sudah ada sejak tahun 1940, tetapi sumber data iklim lainnya seperti inti es, lingkaran pohon, dan kerangka karang memungkinkan para ilmuwan untuk memperluas kesimpulan mereka menggunakan bukti dari masa lalu yang jauh lebih dalam.
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan iklim mengatakan periode yang sedang kita alami saat ini kemungkinan adalah periode terhangat yang pernah dialami Bumi selama 100.000 tahun terakhir.
Pembakaran bersumber bahan bakar fosil menjadi faktor utama perubahan iklim dan emisi gas rumah kaca yang memerangkap panas. Sayangnya, angka ini terus meningkat meskipun ada upaya global untuk memperlambat kenaikan suhu.