Seorang Bayi Berhasil Bertahan Hidup meski Terlahir Tanpa Tengkorak

3 Oktober 2019 15:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi baru lahir. Foto: Jarmoluk/Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi baru lahir. Foto: Jarmoluk/Pixabay
ADVERTISEMENT
Seorang bayi di New Jersey, Amerika Serikat, berhasil bertahan hidup meski terlahir dengan kondisi langka. Bayi laki-laki ini terlahir tanpa tengkorak yang membuat otaknya tidak terlindungi. Kondisi ini disebut exencephaly, kondisi yang biasanya membuat bayi terlahir meninggal.
ADVERTISEMENT
Bayi ini diberi nama Lucas oleh kedua orang tuanya. Ia terlahir awal tahun ini dan telah divonis dokter tidak bisa bertahan lama setelah lahir. Tapi, Lucas sekarang telah berusia tujuh bulan, diperbolehkan tinggal di rumahnya, dan menunjukkan perkembangan yang normal.
Meski begitu, Tim Vogel, direktur bedah saraf pediatrik North Jersey Brain and Spine Center, yang menangani Lucas, mengatakan bahwa bocah itu akan tetap memerlukan dukungan jangka panjang.
"Saya pikir Lucas melampaui harapan kami. Kami telah melihatnya, dia sudah bisa makan, mencoba merangkak, dan bisa melakukan berbagai terapi fisik," kata Vogel kepada CNN, memuji perkembangan Lucas.
"Dia sangat unik. Kebanyakan anak yang terlahir dengan kondisi ini meninggal setelah beberapa jam," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Lucas memang hebat. Newsweek melaporkan bahwa hingga sebelum Lucas, tidak ada bayi yang diketahui bisa bertahan hidup jangka panjang dengan kondisi tersebut.
Bahkan, Santa Maria, ibu dari Lucas, disarankan dokter untuk menggugurkan bayinya di usia 10 minggu kehamilan. Tapi, Maria memutuskan untuk melahirkan Lucas. Adapun suaminya, Augusto, telah mempersiapkan pemakaman Lucas.
Ketika Lucas lahir, Vogel dan timnya melakukan sebuah operasi untuk menutup bagian otak si bayi yang terekspos. Mereka harus memotong bagian otak yang disebut basal ganglia, yang tidak terbentuk dengan sempurna di rahim. Bagian otak itu bertugas mengatur pergerakan motorik, mempelajari fungsi eksekutif, emosi, dan sejumlah perilaku lain.
Ilustrasi otak manusia. Foto: Shutterstock
Tim dokter berharap bahwa sisa otak Lucas bisa mengambil alih tugas dari segmen otak yang diangkat itu. Harapan ini dilandaskan pada hasil sebuah riset di Journal of Neuroscience yang menunjukkan otak anak-anak memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri secara luar biasa.
ADVERTISEMENT
"Setelah menghabiskan waktu satu minggu di NICU (Neonatal intensive care unit), Lucas sudah diperbolehkan pulang ke rumahnya dan bisa bernapas sendiri," kata Vogel.
Vogel dan timnya meyakini tengkorak Lucas akan tumbuh seiring bertambahnya umur bocah itu. Rencananya, Vogel akan memindahkan beberapa lapisan di otak si bayi untuk mengisi bagian lain. Ini untuk membuat kepala Lucas berbentuk bulat.