Sepak Terjang Mantan Menteri Jokowi Temukan Suplemen untuk Lawan Corona

14 Juli 2020 6:39 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rhea Health Tone Oil. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Rhea Health Tone Oil. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Dua mantan menteri Jokowi periode pemerintahan Kabinet Kerja (2014-2019), Rudiantara yang menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika, dan Eko Putro Sandjojo, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, pada 17 Mei lalu mengumumkan bahwa keduanya bersama sedang menggarap suplemen imun tubuh yang diharapkan bisa menjaga kesehatan selama pandemi corona.
ADVERTISEMENT
Kini, suplemen itu sudah selesai dibuat. Ada pula inisiatif untuk memberikannya ke sejumlah pasien positif COVID-19. Sebagaimana suplemen pada umumnya, Rhea Health Tone (RHT) telah melakukan serangkaian uji lab, termasuk uji in vitro dan in vivo yang dilakukan di Armenia.
Suplemen Rhea Health Tone diciptakan oleh PT Rhea Pharmaceutical Science, sebuah perusahaan riset Indonesia yang memiliki laboratorium di Singapura dan Armenia. Eko Putro Sandjojo adalah passive holder atau investor di perusahaan tersebut.
Armenia ditunjuk menjadi tempat uji coba karena fasilitas yang sangat mendukung, termasuk fasilitas penyulingan lima komponen esensial oil sebagai bahan dasar pembuatan suplemen RHT.
Ilustrasi laboratorium Foto: jarmoluk via Pixabay
Pada awalnya, suplemen ini dikembangkan untuk memelihara sejumlah kesehatan, seperti menjaga tekanan darah, penyumbatan pembuluh darah, dan mencegah atau mengurangi potensi terkena kanker dengan meregulasi ACE-2 yang ada di sel tubuh.
ADVERTISEMENT
ACE-2 sendiri dikenal sebagai "pintu masuk" virus corona SARS-CoV-2 ke tubuh manusia. Virus penyebab penyakit COVID-19 ini memasuki sel yang diinfeksinya melalui suatu reseptor di permukaan sel yang disebut Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE-2).
Eko kemudian berinisiatif untuk memberikan RHT kepada pasien COVID-19, walaupun pada awalnya ini dikembangkan bukan untuk penyakit COVID-19. Dia menyatakan, ketika suplemen ini diberikan kepada sejumlah pasien COVID-19 di Armenia, mereka yang terpapar corona sembuh dalam waktu 5 hingga 7 hari, yan tentu saja pasien ini juga mengkonsumsi obat yang diberi dokter. Hasil tes PCR pasien setelah mengkonsumsi suplemen menunjukkan negatif virus corona.
“Kebetulan, COVID-19 masuk ke sel tubuh melalui ACE-2. Sederhananya begini, dengan memperkuat ACE-2, virus corona tidak bisa masuk sehingga tak akan mendapatkan inang dan dalam waktu tertentu virus itu akan mati dengan sendiri,” ujar Eko, saat dihubungi kumparan, pada Senin (13/7).
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT), Eko Putro Sandjojo. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Eko mengklaim, Kementerian Kesehatan Armenia sudah memberikan surat semacam rekomendasi atau anjuran bahwa RHT bisa dijadikan terapi untuk pasien COVID-19.
ADVERTISEMENT
“Tapi karena ini adalah suplemen, saya tidak bisa mengklaim bahwa ini bisa menyembuhkan penyakit. Karena suplemen sifatnya hanya membantu,” kata Eko.
Eko bilang RHT sudah diberikan kepada sejumlah pasien di Indonesia. Sebanyak 9 orang pasien corona di salah satu rumah sakit di Lampung dinyatakan negatif virus corona setelah beberapa hari diberi suplemen RHT.
Selain itu, 7 orang pasien COVID-19 di RS Tulang Bawang Barat Lampung juga dinyatakan sembuh dari corona setelah tiga hari diberi RHT.
“Faktanya, teman-teman yang terkena COVID-19 dan suplemen ini, rata-rata mereka sembuh. Tapi sekali lagi, ya, saya tidak bisa klaim. Jadi suplemen ini cuma tambahan saja, tetap pasien harus minum obat yang diberikan dokter,” kata Eko.
Petugas kesehatan mengambil sampel lendir dari seorang pedagang di Pasar Gembrong, Jakarta Pusat, Rabu (24/6). Foto: Livia Kristianti/ANTARA
Untuk bisa mengklaim bahwa suplemen RHT dapat dijadikan obat COVID-19, pihaknya harus melakukan uji klinis lebih lanjut. Sejauh ini, RHT dapat izin edar dari BPOM Indonesia klasifikasi suplemen kesehatan.
ADVERTISEMENT
Saat ini, uji klinis sedang dilakukan di Rumah Sakit Persahabatan. Diberikan pada orang sehat, terutama bagi petugas kesehatan yang berada di garda depan melawan COVID-19 sebagai proteksi. Uji klinis juga dilakukan di sejumlah institusi lain, seperti RS Hasan Sadikin, RS Wisma Atlet, dan Universitas Padjadjaran, di mana Rudiantara menjabat sebagai Ketua Majelis Wali Amanat Unpad.
Eko punya rencana, RHT akan diberikan secara cuma-cuma kepada seluruh rumah sakit yang ada di Indonesia setelah uji klinis selesai dilakukan. “Pertama, niat kita cuma ingin datangkan RHT dan menyumbangkan ke seluruh rumah sakit di Indonesia. Tujuannya adalah karena kalau COVID-19 ini berlarut-larut, PSBB enggak bisa dibuka seperti normal lagi, itu ekonomi kita akan berat,” kata Eko.
ADVERTISEMENT
“Untuk sekarang, kalau ada rumah sakit yang minta saya kasih gratis. Tapi, kalau enggak minta, ya, saya enggak kasih. Karena ada dokter yang enggak mau pakai karena belum ada clinical trial-nya. Sayang kalau dikasih tapi enggak dipakai. Jadi kalau minta saja saya kasih gratis.”
Konsumsi suplemen perlu pertimbangan dan anjuran dari dokter. drh. Retno Murwanti, selaku dosen di Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, menyarankan agar seseorang menghindari mengkonsumsi suplemen untuk keperluan pengobatan tertentu. Cara terbaik adalah dengan melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter, karena setiap orang memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda.
Retno menekankan bahwa suplemen harus dikonsumsi ketika tubuh membutuhkannya. "Jika diperlukan, bacalah label kemasan terlebih dahulu untuk mengetahui bahan yang terkandung, jumlah konten, dan bahan tambahan lainnya," jelasnya dilansir dari situs UGM.
ADVERTISEMENT
Efektivitas dan keamanan suplemen dapat dinilai dari kandungan kimia produk, cara kerjanya dalam tubuh, dosis penggunaan, dan proses pembuatan. Jika tidak tepat maka dapat menyebabkan efek yang tidak terduga.