news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Seperti di Hadits dan Alkitab, Sungai Efrat di Timur Tengah Terus Mengering

13 Maret 2023 11:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi Sungai Efrat terkini yang semakin mengering.  Foto: John Wreford/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Sungai Efrat terkini yang semakin mengering. Foto: John Wreford/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sungai Efrat dan Tigris di Timur Tengah terus kehilangan air. Pemerintah sudah mengeluarkan peringatan keduanya bisa mengering pada 2040.
ADVERTISEMENT
Bagi umat Muslim, Sungai Efrat memiliki keistimewaan sendiri. Sebab, dalam hadits nabi disebutkan bahwa jika sungai ini mengering, bisa menjadi pertanda kiamat.
Mengutip jurnal Kaidah Dalam Interaksi dan Interpretasi Terhadap Nas-nas Tanda Hari Kiamat tulisan Lukmanul Hakim Sudahnan (2019: 80), dalam hadits Riwayat Muslim Rasulullah berkata:
“Kiamat tidak akan terjadi hingga sungai Efrat mengering airnya hingga tersingkap gunung emas, maka manusia pun saling berperang untuk memperebutkannya, dan terbunuh 99 orang dari setiap 100, dan semua yang bertikai mengatakan: sayalah yang akan selamat (sehingga mendapatkan emas)”. HR. Muslim.
Sementara dalam Alkitab dikatakan ketika Sungai Efrat mengering maka hal-hal yang sangat besar akan terjadi, bahkan meramalkan kedatangan kedua Yesus Kristus. Dalam Wahyu 16:12 berbunyi:
ADVERTISEMENT
“Malaikat keenam menuangkan mangkuknya ke sungai besar Efrat, dan airnya dikeringkan untuk mempersiapkan jalan bagi raja-raja dari Timur."
Peta Negara Irak yang dilalui Sungai Efrat dan Tigris. Foto: olenadesign/Shutterstock
Terlepas dari Hadits dan Alkitab, faktanya Sungai Efrat memang terus kehilangan airnya. Sungai Efrat dan Tigris membelah Suriah dan Irak. Saat ini kedua sungai tersebut bermuara ke Teluk Persia.
Selama ribuan tahun, sungai kembar telah menjadi sumber kehidupan manusia, dimanfaatkan untuk pertanian dan sebagai sumber air minum bagi kota-kota besar yang berkembang di Mesopotamia, wilayah yang dianggap sebagai tempat lahir beberapa peradaban paling awal.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, sistem sungai Tigris-Efrat semakin mengering. Sebuah laporan pemerintah pada 2021 menyebut sungai Tigris dan Efrat akan benar-benar kering pada 2040. Ini disebabkan oleh penurunan permukaan air dan kekeringan yang didorong oleh perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Satelit kembar Gravity Recovery and Climate Experiment (GRACE) milik NASA berhasil mengumpulkan gambar area sungai Tigris dan Efrat pada 2013 dan menemukan bahwa cekungan kedua sungai telah kehilangan 144 kilometer kubik air tawar sejak 2003.
Peziarah Muslim Syiah mendinginkan diri di sungai Efrat, saat dalam perjalanan menuju Kerbala di Najaf, Irak, Rabu (14/9/2022). Foto: Thaier Al-Sudani/Reuters
"Data GRACE menunjukkan tingkat penurunan penyimpanan air total yang mengkhawatirkan di lembah sungai Tigris dan Efrat, yang saat ini memiliki tingkat kehilangan penyimpanan air tanah tercepat kedua di Bumi, setelah India," kata Jay Famiglietti, peneliti utama studi dan ahli hidrologi dan profesor di UC Irvine sebagaimana dikutip IFL Science.
Jika seluruh sistem sungai ini kering, maka bisa menyebabkan bencana bagi wilayah sekitar. Untuk mendapatkan air bersih, jutaan orang di Turki, Suriah, dan Irak sangat bergantung pada Tigris dan Efrat. Saat sungai-sungai mulai goyah, ketegangan internasional untuk mendapatkan akses air akan memanas.
ADVERTISEMENT
Kurangnya akses air bersih, negara-negara yang menggantungkan hidupnya pada Tigris dan Efrat akan menghadapi krisis kesehatan masyarakat. Sebuah laporan studi yang terbit di British Medical Journal (BMJ) menyebut saat ini banyak sekali keadaan darurat kesehatan yang terjadi di Irak karena masyarakatnya kurang mendapatkan air bersih.
“Diare, cacar air, campak, demam tifoid, dan kolera saat ini menyebar di seluruh Irak karena krisis air, dan pemerintah tidak lagi memberikan vaksin kepada warganya,” Naseer Baqar, aktivis iklim dan koordinator lapangan di Tigris River Protectors Association di Irak, kepada BMJ.