Situasi di China Kini yang Perlahan Pulih dari Pandemi Virus Corona

24 Maret 2020 11:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasien gejala virus corona atau COVID-19 ringan melakukan olahraga senam di rumah sakit darurat pusat pameran di Wuhan, Hubei, China.  Foto: AFP/STR
zoom-in-whitePerbesar
Pasien gejala virus corona atau COVID-19 ringan melakukan olahraga senam di rumah sakit darurat pusat pameran di Wuhan, Hubei, China. Foto: AFP/STR
ADVERTISEMENT
China mulai berbenah. Negara itu perlahan mulai memulihkan diri dari wabah virus corona yang selama tiga bulan terakhir menghantui warganya.
ADVERTISEMENT
Situasi beranjak normal. Pemandangan orang berlalu lalang di jalan pun sudah kembali terlihat.
Saat COVID-19 masih ganas-ganasnya, mereka hanya bisa mengurung diri di rumah. Wuhan, yang merupakan sumber munculnya virus corona, tampak seperti kota mati. Warga hanya bisa berharap virus tak akan menyebar ke mana-mana dan berhenti menjangkiti korbannya.
Kini, semuanya berangsur pulih. Dari Shanghai, kita bisa menyaksikan kehidupan masyarakat terus berjalan. Ada yang hendak memulai kehidupan baru bersama pasangannya. Mereka sibuk berpose demi menyiapkan foto-foto jelang hari pernikahan, seperti dilaporkan Sky News.
Sejak pertengahan Februari hingga awal Maret, jumlah kasus penyakit yang dibawa oleh virus SARS-CoV-2 di China dilaporkan menurun. Johns Hopkins mencatat, kasus baru yang muncul tak sampai menyentuh angka 100.
Petugas medis daruruat China yang merawat pasien virus corona atau COVID-19 foto bersama sebelum meninggalkan Wuhan, Hubei, China. Foto: REUTERS/STR
Sky News merinci, pada 22 Maret China memperoleh 92 kasus baru COVID-19, enam kematian dan 505 orang dinyatakan telah negatif virus corona alias sudah sembuh.
ADVERTISEMENT
Amukan wabah corona di China membuat 81.397 warganya menderita COVID-19, di mana 4 persen dari mereka (3.265 jiwa) tak selamat. Sementara itu, 89 persen atau sebanyak 72.362 jiwa dinyatakan berhasil pulih.
Jauh dari China, Italia menjadi negara Eropa yang terdampak paling parah akibat virus corona. Tak main-main, ada 59.138 kasus COVID-19 yang muncul di sana.
Di China, kira-kira ada enam orang yang terinfeksi virus corona dari 100.000 populasi. Jumlah itu tak ada apa-apanya jika dibandingkan Italia yang menerima 98 kasus dari 100.000 populasi.
Tingkat kematian di Italia bahkan lebih tinggi melampaui China. Hanya 4 persen dari korban virus corona di China yang meninggal dunia, sementara di Italia tingkat kematiannya sudah berada di angka 9 persen. Dengan kata lain, ada 5.476 orang yang kehilangan nyawanya dalam kasus ini.
ADVERTISEMENT
12 persen dari penduduk Italia yang terinfeksi dinyatakan telah sembuh, yakni sebanyak 7.024 orang. Persentase ini jauh dari angka kesembuhan di China yang mencapai 89 persen.
Hanya dalam kurun waktu tiga pekan sejak kasus pertama dilaporkan pada 31 Januari, lonjakan jumlah kasus di Italia menggila. Pada 23 Februari saja, sudah ada 100 kasus lebih yang ditemukan di sana.
Ilustrasi Corona di Italia. Foto: Andreas SOLARO / AFP

Belajar dari China, kapan tepatnya negara menerapkan lockdown?

Pada 31 Desember lalu, Pemerintah China mengumumkan kasus pertama COVID-19 yang dipicu virus corona jenis baru.
Virus mematikan itu diyakini berasal dari pasar basah di Wuhan, yang terletak di provinsi Hubei. Kala itu, belum ditemukan bukti bahwa virus bisa dengan mudah disebarkan oleh manusia.
ADVERTISEMENT
11 hari kemudian, virus itu merenggut nyawa seorang pria berusia 61 tahun, yang menderita tumor perut dan penyakit hati kronis. Kondisinya memburuk dan akhirnya meninggal setelah tertular penyakit COVID-19.
Terhitung sejak 20 Januari, penyakit menular itu telah menyebar ke pusat kota Beijing dan Shenzhen. Barulah pada 23 Januari, otoritas setempat mengeluarkan kebijakan lockdown di Wuhan dan kota-kota lain di Provinsi Hubei.
China menerapkan aturan yang ketat dalam memerangi virus SARS-CoV-2. Upaya ini mendapat pujian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Langkah pemerintah dinilai proaktif dalam menangani virus secara langsung setelah sebelumnya dikritik perihal transparansi dan karena terlalu menyepelekan risiko penyakit.
Dua orang warga usai menjalani perawatan di Pusat Perawatan Medis Wuhan, China. Foto: AFP/NOEL CELIS
Langkah-langkah yang dilakukan China untuk memerangi virus termasuk membangun fasilitas perawatan kesehatan ekstra untuk merawat pasien yang sakit. Mereka juga menggunakan teknologi untuk membantu para penyelidik menangani bagaimana virus itu menyebar, ke mana ia menyebar, dan memastikan pembatasan perjalanan dipatuhi oleh semua orang, juga penutupan area publik.
ADVERTISEMENT
Upaya lain - diakui oleh penulis Dr Bruce Aylward dan Dr Wannian Liang yang menulis laporan untuk WHO - termasuk dukungan dari masyarakat kepada mereka yang sakit, staf rumah sakit tambahan yang dipekerjakan dan pasokan yang diberikan, uji klinis awal, dan membuka kembali sekolah dan kantor dengan cepat untuk meningkatkan perekonomian.
Kini, kota-kota di sekitar Wuhan mulai melonggarkan aturan di sekitar area isolasi sosial mereka, tepat di saat jumlah kasus harian menurun dan pemulihan meningkat.
Akhir pekan lalu, pihak berwenang setempat mengizinkan penduduk di Wuhan kembali bekerja, asalkan mereka tidak menderita demam. Para pejabat optimistis wilayah mereka secara perlahan akan kembali pulih. Transportasi umum kabarnya juga akan kembali dibuka untuk publik.
ADVERTISEMENT
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!