Situs Gunung Padang Berumur 16.000 Tahun, Lebih Tua dari Piramida Giza

6 November 2023 7:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Situs Megalitikum Gunung Padang Foto: Instagram @mhusni.maulana
zoom-in-whitePerbesar
Situs Megalitikum Gunung Padang Foto: Instagram @mhusni.maulana
ADVERTISEMENT
Para arkeolog menemukan fakta terbaru soal usia situs megalitikum Gunung Padang, di Cianjur Jawa Barat. Usianya bukan 1.000 atau 2.000 tahun seperti dugaan peneliti di awal.
ADVERTISEMENT
Situs Gunung Padang memiliki konstruksi menyerupai piramida. Ia terbenam di bawah bukit di kedalaman hampir 30 meter.

Ada yang bisa tebak usia aslinya berapa?

Berdasarkan penanggalan radiokarbon terbaru dari para tim peneliti, konstruksi piramida dengan ratusan anak tangga yang dipahat dari lava andesit ini, berusia 16.000 tahun. Artinya, situs ini sudah ada sejak Zaman Es periode terakhir.
Situs Gunung Padang kemungkinan berusia 10.000 tahun lebih tua dari piramida Giza di Mesir dan Stonehenge yang populer di Inggris.
Para ahli telah menghabiskan waktu bertahun-tahun, hanya untuk memperdebatkan apakah struktur Gunung Padang ini benar-benar konstruksi buatan manusia atau hanya formasi geologi alami.
Antara tahun 2011 dan 2015, ahli geologi Danny Hilman Natawidjaja dari Badan Riset dan Inovasi Nasional Indonesia (BRIN) memimpin tim arkeolog, ahli geofisika, dan ahli geologi untuk mengungkap misteri kuno ini.
ADVERTISEMENT
Tim memanfaatkan radar canggih untuk mengambil citra bawah perrmukaan tanah. Natawidjaja dan tim mampu menyelidiki lapisan Gunung Padang hingga sedalam 30 meter. Lapisan terdalam ini kemudian disebut sebagai ‘Unit 4.’
Lokasi arkeologi Situs Gunung Padang. Foto: Archaeological Prospection/Natawidjaja, et al.
Lokasi arkeologi Situs Gunung Padang. Foto: Archaeological Prospection/Natawidjaja, et al.
“Studi ini dengan kuat menunjukkan bahwa Gunung Padang bukanlah sebuah bukit alami,” tulis para arkeolog di jurnal Archaeological Prospection dilansir Daily Mail.
Di inti piramida, tim menemukan apa yang mereka gambarkan sebagai struktur batu lava yang 'dipahat dengan cermat' dan 'masif' yang terbuat dari andesit: sejenis batuan beku berbutir halus.
Teknik penanggalan radiokarbon yang digunakan Natawidjaja dan kelompoknya dalam menentukan usia Unit 4, bergantung pada isotop radioaktif atom karbon. Isotop ini umum ditemukan di seluruh dunia untuk mengukur usia kehidupan 'berbasis karbon' yang sudah tua dan terawetkan.
ADVERTISEMENT
Untuk memastikan bahwa penanggalan radiokarbon mereka akurat, tim Natawidjaja sangat selektif memilih sampel tanah organik yang tepat dari inti bor dan dinding parit serta sampel yang tak tercemar akar vegetasi modern.
Area unit 4 kemungkinan berasal dari bukit lava alami. Bukit ini kemudian dipahat dan kemudian diselimuti secara arsitektural selama periode glasial terakhir, antara 16.000 hingga 27.000 tahun yang lalu.

Dibangun pakai tangan manusia?

Lokasi arkeologi Situs Gunung Padang. Foto: Archaeological Prospection/Natawidjaja, et al.
Lokasi arkeologi Situs Gunung Padang. Foto: Archaeological Prospection/Natawidjaja, et al.
Lokasi arkeologi Situs Gunung Padang. Foto: Archaeological Prospection/Natawidjaja, et al.
Lewat temuan ini, para peneliti sekarang percaya bahwa Gunung Padang dibangun selama ribuan tahun, dalam tahapan yang kompleks dan canggih. Setelah periode Zaman Es, Gunung Padang ditinggalkan oleh para pembangun pertamanya selama ribuan tahun.
Barulah sekitar tahun 7900–6100 SM pada fase berikutnya di atas lapisan unit 4 (unit 3), ada temuan bahwa konstruksi di bawahnya sengaja dikubur dengan timbunan tanah yang cukup besar.
ADVERTISEMENT
Berikutnya, lapisan pilar batu, tangga dan teras yang kemudian disebut unit 1 diketahui dibuat antara tahun 6000 dan 5500 SM. Lapisan terakhir paling puncak, selesai dibangun antara tahun 2000 dan 1100 SM.
“(Para perancang) Unit 3 dan Unit 2 di Gunung Padang pasti mempunyai keahlian pembatu yang luar biasa. (Ini) tak sejalan dengan budaya tradisional si para pemburu-pengumpul,” tulis Natawidjaja dan rekan-rekannya.
“Pendudukan Gunung Padang yang berlangsung lama dan terus-menerus (membuatnya) masuk akal untuk berspekulasi bahwa situs ini memiliki arti penting, menarik orang-orang kuno untuk berulang kali menempati dan memodifikasinya.”