Struktur Petirtaan Kuno Era Kerajaan Kediri Ditemukan di Gunung Klotok

2 Desember 2020 10:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas saat melakukan ekskavasi di lokasi penemuan petirtaan kuno di areal Gunung Klotok.  Foto: ANTARA FOTO/HO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas saat melakukan ekskavasi di lokasi penemuan petirtaan kuno di areal Gunung Klotok. Foto: ANTARA FOTO/HO
ADVERTISEMENT
Sejumlah arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB), Jawa Timur, menemukan struktur sumber air dari lokasi temuan petirtaan kuno di area Gunung Klotok, berada pada 536 meter di atas permukaan laut Kota Kediri.
ADVERTISEMENT
Petirtaan sendiri adalah pemandian suci yang sering digunakan oleh kalangan istana kerajaan. Saat ini, para ahli arkeologi dibantu oleh penduduk setempat sedang melakukan ekskavasi lokasi temuan petirtaan baru itu.
Lokasi petirtaan sendiri tertutup 1 meter di dalam tanah berpasir. Material diduga berasal dari letusan Gunung Kelud serta longsoran besar yang terjadi sekitar tahun 2004 di Gunung Klotok hingga menutupi struktur lebih dalam. Sementara progres ekskavasi baru mencapai 50 persen.
Progress-nya masih 50 persen. Kami sudah bisa baca pola petirtaan ini. Memiliki dua bilik, ukurannya tidak sama. Sisi utara lebih besar, sisi selatan ini lebih kecil,” ujar Nugroho Harjo Lukito, arkeolog BPCB Jawa Timur, seperti dikutip Antara.
Sudah satu pekan pihak BPCB melakukan ekskavasi atau pembongkaran dan pencatatan sisa-sisa arkeologis di lokasi temuan petirtaan. Beberapa sudut struktur masih tertimbun tanah sehingga belum bisa ditentukan berapa luas petirtaan.
Struktur petirtaan yang ditemukan di Gunung Klotok, Kediri, Jawa Timur. Foto: ANTARA FOTO/Asmaul Chusna
Sejauh ini, peneliti baru menemukan bagian tengah sebagai pembatas dua bilik yang memisahkan kedua struktur bangunan. Untuk arca atau patung yang umumnya ada di petirtaan juga masih belum ditemukan keberadaannya. Ia hanya menemukan fragmen bagian belakang Jaladwara
ADVERTISEMENT
Jaladwara adalah binatang mirip ikan, mulutnya menganga dan terdapat lubang. Bibir atasnya melingkar ke atas seperti belalai gajah yang diangkat. Pada bagian belakang makhluk itu terdapat ekor panjang yang berfungsi sebagai saluran air dan di tempatkan di sudut bangunan candi. Jaladwara ini sebenarnya berfungsi untuk menyalurkan air saat hujan.
Jaladwara biasanya ditempatkan di sisi dinding bilik, dengan posisi berada di tengahnya. Keempat sisi petirtaan yang selama ini pernah ditemukan juga sering memiliki Jaladwara. Jumlahnya, tergantung seberapa luas dimensi petirtaan yang dibangun.
Jaladwara tidak mengacu pada salah satu aliran Hindu atau Buddha, melainkan sebagai simbol kehidupan, kesuburan atau berkaitan dengan air.
Terkait kapan petirtaan itu dibangun, sampai saat ini arkeolog BPCB masih melakukan identifikasi dan penelitian. Namun, mereka menduga petirtaan ini berasal dari masa kejayaan Kerajaan Kediri karena pada zaman tersebut Kediri terkenal sebagai wilayah pembuat bangunan berkaitan dengan air dan petirtaan. Candi juga menjadi salah satu bangunan yang sering ditemukan di Kediri.
Ilustrasi Jaladwara. Foto: Dok. Kemendikbud
“Kami memperkirakan petirtaan ini cukup besar, dimensinya hampir 20 meter. Petirtaan ini juga punya kaitan atau korelasi dengan Gua Selomangleng dan Gunung Klotok. Candi Klotok merupakan tempat peribadatan dan tidak mengacu pada satu aliran melainkan pada leluhur yang dianggap bersemayam di atas Gunung,” kata Nugroho.
ADVERTISEMENT
“Artinya ada proses, prosedur untuk spiritual terutama di puncak gunung, Candi Klotok. Jadi ini fungsinya untuk penyucian diri sebelum melakukan peribadatan religi di Gunung Klotok.”
Lebih lanjut ia menjelaskan, petirtaan kebanyakan tidak jauh dari percandian. Posisinya di bawah percandian. Meski begitu, ada beberapa petirtaan yang tidak memiliki candi. Ini berkaitan dengan fungsi petirtaan itu sendiri yang tidak berkaitan dengan konteks penyucian diri.
Gunung Klotok sendiri dimanfaatkan oleh para resi. Tempat ini disebut wanasrama yang merupakan tempat belajar para resi muda hingga nantinya bisa menjadi resi yang mempunyai, dan meninggalkan keduniawian. Oleh karena itu, petirtaan di Gunung Klotok lebih sederhana, tidak ada hiasan yang mencolok dan indah.
Adapun air yang keluar dari petirtaan dinilai masih bagus karena bersumber dari mata air. Kendati debit air terlihat masih kecil. “Kalau untuk sekarang masih kecil karena distribusi air dari sumbernya itu terpencar dan banyak yang rusak. Jadi air ini mencari jalan sendiri-sendiri. Ini potensial sekali. Intake saluran di dalam terukur dan masih ada yang berfungsi dan tidak berfungsi,” ujar Nugroho.
ADVERTISEMENT