Studi: 1,5 Juta Anak di Dunia Kehilangan Anggota Keluarga Akibat Covid

22 Juli 2021 8:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak trauma. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak trauma. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Studi yang diterbitkan di jurnal The Lancet menyebut bahwa sekitar 1,5 juta anak di seluruh dunia telah kehilangan anggota keluarganya, termasuk ayah, ibu, kakek, nenek atau kerabat lain mereka yang meninggal akibat COVID-19.
ADVERTISEMENT
Dari jumlah tersebut, lebih dari 1 juta anak harus kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya akibat corona selama 14 bulan pertama pandemi melanda dunia. Sementara 500.000 anak lainnya harus kehilangan nenek dan pengasuh mereka yang tinggal satu rumah.
Untuk mengestimasi jumlah anak yang kehilangan orang tua, nenek dan pengasuh karena Covid, para peneliti menggunakan metode perhitungan matematika yang pernah digunakan oleh UNAIDS Reference Group on Estimates, yakni modeling and Projections untuk menghitung jumlah anak yatim piatu yang kehilangan orang tua akibat AIDS.
Peneliti menganalisis data kematian karena COVID-19 di 21 negara. Analisis mencakup kasus COVID-19 yang dilaporkan antara 1 Maret 2020 dan 30 April 2021, dan lonjakan jumlah kematian karena corona selama periode waktu yang sama.
ADVERTISEMENT
Temuan menunjukkan bahwa setidaknya 1.134.000 anak harus kehilangan ibu, ayah, dan nenek/kakek yang menjadi wali mereka karena terinfeksi corona. Dari jumlah tersebut, diperkirakan 1.042.000 anak kehilangan ibu atau ayah, atau bahkan keduanya. Secara keseluruhan, 1.562.000 anak diperkirakan kehilangan orang tua atau wali karena Covid.
Foto udara warga berziarah di dekat pusara keluarganya di area pemakaman khusus COVID-19 di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (15/7/2021). Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
Adapun negara dengan anak kehilangan orang tua tertinggi sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Pada April 2021, para peneliti memperkirakan anak yatim piatu di India meningkat tajam sebanyak 8 kali lipat (43.139) dibandingkan dengan Maret 2021 (5.091). Data juga menunjukkan, kematian lebih besar menyasar pria dibandingkan wanita, terutama di usia senja. Secara keseluruhan, anak yang kehilangan ayah lima kali lebih banyak ketimbang kehilangan ibu.
"Untuk setiap dua kematian akibat COVID-19 di seluruh dunia, satu anak ditinggalkan untuk menghadapi kematian orang tua atau pengasuh. Pada 30 April 2021, 1,5 juta anak ini telah menjadi korban tragis yang terabaikan dari 3 juta kematian akibat COVID-19 di seluruh dunia, dan jumlah ini hanya akan meningkat seiring perkembangan pandemi,” kata Dr Susan Hillis, salah satu penulis utama studi dari Tim Respons COVID-19 Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.
ADVERTISEMENT
“Temuan kami menyoroti kebutuhan mendesak untuk memprioritaskan anak-anak ini dan berinvestasi dalam program dan layanan berbasis bukti untuk melindungi dan mendukung mereka saat ini dan untuk terus mendukung mereka selama bertahun-tahun ke depan.”
Rambut dua orang anak yang ditata dengan bentuk virus corona di Kibera, Nairobi. Foto: AP Photo/Brian Inganga
Anak-anak yang kehilangan orang tua atau pengasuhnya ini berisiko mengalami efek buruk dalam jangka pendek dan panjang pada kesehatan, keselamatan, kesejahteraan seperti peningkatan risiko penyakit, kekerasan fisik, kekerasan seksual dan kehamilan remaja.
Sebelum pandemi, diperkirakan ada 140 juta anak yatim piatu di seluruh dunia. Anak-anak ini punya risiko lebih besar mengalami masalah kesehatan mental, kemiskinan, dan kekerasan fisik, emosional, dan seksual. Mereka berisiko lebih besar melakukan bunuh diri atau mengembangkan penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, kanker, atau stroke.
ADVERTISEMENT
Para peneliti menyerukan agar segera melakukan tindakan untuk mengatasi dampak kematian pengasuh pada anak-anak ke dalam rencana respons COVID-19.
“Pandemi tersembunyi yatim piatu adalah keadaan darurat global, dan kita tidak bisa menunggu besok untuk segera melakukan tindakan. Pandemi COVID-19 di luar kendali mengubah kehidupan anak-anak yang ditinggalkan secara tiba-tiba dan selamanya,” kata Dr Seth Flaxman, salah satu penulis studi dari Imperial College London, Inggris.
“Kami sangat perlu mengidentifikasi anak-anak di balik angka-angka ini dan memperkuat sistem pemantauan sehingga setiap anak dapat diberikan dukungan yang mereka butuhkan untuk berkembang."