Studi Baru Ungkap Ritual Sadis dan Brutal ‘Elang Darah’ Bangsa Viking

22 Desember 2021 11:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Viking Festival Catoira 2018 Foto: REUTERS/Miguel Vidal
zoom-in-whitePerbesar
Viking Festival Catoira 2018 Foto: REUTERS/Miguel Vidal
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bangsa Viking sering dikaitkan dengan serangkaian aksi kekerasan yang brutal, mulai dari menjarah hingga melakukan ritual sadis. Salah satu ritual kejam yang pernah dilakukan bangsa ini terungkap dalam sebuah studi terbaru.
ADVERTISEMENT
Sekitar abad ke-8 hingga ke-11, kelompok ini meninggalkan tanah Nordik untuk mencari harta dengan cara berdagang dan merampok di seluruh Eropa. Selain kapalnya yang khas, Viking juga terkenal dengan ritualnya yang kejam, salah satunya adalah ritual “blood eagle” atau elang darah, sebuah ritual berdarah yang dilakukan kepada para prajurit musuh paling mereka benci.
Dalam ritual ini, bangsa Viking melakukan beragam aksi sadis dan brutal, seperti mengukir punggung korban dan memotong tulang rusuk musuh dari tulang belakang, sebelum akhirnya paru-paru korban ditarik keluar melalui luka yang dihasilkan.
Disebut ritual elang darah karena ketika paru-paru manusia dikeluarkan dari tulang rusuk lalu terbentang, proses itu biasanya terlihat seperti kepakan sayap burung elang. Bagaimana ritual ini ditampilkan baru-baru ini tersaji dalam serial televisi Viking, game Assassins Creed: Valhalla, serta film horor Swedia keluaran 2019, Midsommar.
ADVERTISEMENT
Selama beberapa dekade, para peneliti menganggap ritual elang darah sebagai legenda, karena tidak ada bukti arkeologis dari ritual yang pernah ditemukan. Bahkan, bangsa Viking sendiri tidak menyimpan catatan ihwal ritual elang darah. Adapun catatan mereka hanya dituangkan dalam puisi lisan dan saga yang pertama kali ditulis berada-abad lalu.
Viking Festival Catoira 2018 Foto: REUTERS/Miguel Vidal
Jadi, ritual elang ini akhirnya dianggap sebagai mitos belaka, muncul akibat salah tafsir dari bait puisi rumit dan digembar-gemborkan oleh para penulis Kristen untuk mencitrakan penyerang Nordik sebagai orang-orang kafir yang biadab.
Namun, studi baru telah membuka fakta yang cukup mengejutkan. Alih-alih mempertanyakan, “apakah elang darah benar-benar terjadi?”, mereka justru bertanya, “Mungkinkah itu terjadi?”. Dan jawaban peneliti adalah, bisa jadi ya.

Studi baru

Sebelumnya, pengungkapan ritual elang darah hanya berfokus pada rincian catatan tekstual abad pertengahan tentang serangkaian penyiksaan. Namun dijelaskan dalam The Conversation, dengan menggunakan penelitian baru tentang anatomi dan fisiologi, ditambah analisis ulang terhadap catatan ritual abad pertengahan, para ilmuwan mulai menyelidiki apa efek ritual elang darah pada tubuh manusia.
ADVERTISEMENT
Peneliti menduga, jenis ujung tombak dari senjata Viking dapat digunakan sebagai alat untuk membuka dan membedah tulang rusuk dengan cepat dari belakang. Senjata itu terukir di monumen batu yang ditemukan di pulau Gotland Swedia, di mana ukiran menunjukkan sesuatu yang diduga kuat sebagai gambaran dari ritual elang darah atau eksekusi mati lainnya.
Ilustrasi paru-paru Foto: bykst
Peneliti bilang, meski ritual dilakukan dengan hati-hati, namun korban akan mati dengan sangat cepat. Oleh karena itu, ada kemungkinan korban sudah meninggal saat paru-paru dikeluarkan dari tulang rusuk. Bagaimanapun, ritual elang darah bangsa Viking sangat mungkin terjadi mengingat karakter mereka yang memang identik dengan kekerasan.
ADVERTISEMENT

Mengembalikan kehormatan yang hilang

Berdasarkan data arkeologi dan sejarah, ritual elang sesuai dengan apa yang diketahui tentang perilaku elit prajurit Viking. Mereka tidak segan-segan memamerkan mayat manusia dan hewan dalam ritual khusus, termasuk saat eksekusi mati.
“Studi kami secara khusus meneliti apa yang disebut penguburan menyimpang, seperti kerangka seorang wanita bangsawan berpakaian bagus yang dipenggal di Birka abad ke-10 dan kemudian dikubur dengan sisa-sisa kepalanya yang diselipkan antara lengan dan tubuhnya,” papar peneliti.
“Tulang rahang wanita yang hilang–mungkin hancur selama proses pemenggalan– diganti oleh rahang babi. Prajurit dari kalangan masyarakat ini juga terobsesi dengan reputasinya, dan bersedia dan berusaha keras untuk melindungi citra mereka.”
Elang darah tampaknya dilakukan pada orang-orang yang tak biasa, seperti pada tawanan perang yang telah membunuh prajurit Viking. Dalam kisah-kisah abad pertengahan, elang darah digambarkan sebagai cara Viking untuk mendapatkan kembali kehormatannya yang hilang karena kerabatnya dibunuh oleh lawan.
ADVERTISEMENT
“Terlebih lagi, kebrutalannya akan memastikan bahwa setiap orang yang mendengarnya akan tertarik untuk menceritakan kisah itu dengan semua detailnya yang mengerikan, seperti yang masih kita ceritakan hari ini.”