Studi: Gempa Bumi Bisa Picu Munculnya Bongkahan Emas Raksasa

5 September 2024 12:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi emas. Foto: MIKE MANIATIS/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi emas. Foto: MIKE MANIATIS/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Studi baru yang dilakukan para ilmuwan di Australia mengungkap bagaimana bongkahan emas bisa muncul di terumbu karang dan bawah tanah. Ini ternyata ada kaitannya dengan gempa bumi.
ADVERTISEMENT
Di bawah tekanan ratusan megapascal dan suhu yang sangat panas, air yang keluar dari kedalaman kerak Bumi membawa gas, logam, dan mineral terlarut ke permukaan setiap kali terjadi gempa dan getaran seismik.
Sebagaimana diketahui, lapisan silikon dioksida yang terkristalisasi di bawah tanah adalah lahan subur untuk penambang emas. Meski mekanisme dasar di balik terbentuknya emas telah dipahami sejak lama, namun bagaimana detailnya emas itu muncul belum diketahui dengan jelas.
Penelitian baru dari para ilmuwan Australia’s Monash University, CSIRO, dan Australian Nuclear and Technology Organisation menentang pandangan yang selama dipegang tentang bagaimana emas muncul.
“Meski teori ini diterima secara luas, teori ini tidak sepenuhnya menjelaskan pembentukan bongkahan emas besar, mengingat konsentrasi emas dalam cairan ini sangat rendah,” ujar Chris Voisey, geolog di Monash University.
ADVERTISEMENT
Sebagai suatu unsur, emas tidak mudah larut dalam air sehingga jarang ditemukan dalam bongkahan besar. Sejumlah proses geologi dan biologi dapat menyebabkan bijih emas terkumpul dalam jumlah besar di beberapa lokasi.
Namun, tidak ada satu pun yang menjelaskan mengapa partikel emas bisa mengendap di dalam balok kuarsa, terkumpul dalam bongkahan yang cukup besar. Dari sini, timbul pertanyaan, apakah emas dan kuarsa memiliki hubungan lebih erat daripada yang dibayangkan sebelumnya.
Ilustrasi investasi emas. Foto: Shutter Stock

Bagaimana bongkahan emas terbentuk akibat gempa

Setiap kali terjadi getaran pada kerak Bumi, lapisan kuarsa akan berderak akibat arus statis ketika tegangan muncul dan elektron kembali seimbang. Lonjakan muatan ini tak akan bergerak terlalu jauh karena kuarsa adalah bahan yang terisolasi.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, emas merupakan konduktor listrik yang baik sehingga muncul kemungkinan bahwa reaksi elektrokimia dalam lapisan kuarsa bisa berfungsi sebagai katalis, menarik cukup banyak emas dari larutan di titik konsentrasi melalui siklus getaran kecil yang muncul berulang.
“Frekuensi gelombang seismik gempa bumi sangat bervariasi berdasarkan kekuatan dan komposisi batuan, tetapi berkisar dari 1 hertz hingga lebih dari 20 hertz,” jelas Voiset kepada Science Alert. “Masing-masing gelombang ini dapat mendistorsi kristal kuarsa dan menyebabkan tegangan piezoelektrik terbentuk, yang berpeluang mengurangi emas dari larutan di dekatnya.”
Untuk menguji teori bahwa goncangan bisa menyebabkan butiran emas bertambah besar, para peneliti menempatkan 12 ubin kuarsa kecil yang dipotong dari kristal alami ke dalam larutan emas berair.
ADVERTISEMENT
Setengah dari lempengan tersebut kemudian digoyangkan 20 kali per detik selama satu jam untuk meniru gempa kecil yang menghasilkan tegangan antara 0,4 dan 1,4 volt. Setengah lainnya dibiarkan karena bertindak sebagai kontrol.
Diterbitkan di jurnal Nature GeoScience, hasil analisis menggunakan mikroskop elektron mengungkap butiran emas berukuran mikrometer terbentuk pada ubin yang bergoyang. Sementara pada ubin kontrol, butiran emas tidak muncul. Artinya, jika merujuk pada temuan ini, aktivitas tektonik kemungkinan bisa membuat benih emas terkonsentrasi atau terkumpul menjadi emas yang lebih besar.
Namun menurut peneliti, pembentukan emas akibat guncangan ini akan memakan waktu jauh lebih lama jika diterapkan di dunia nyata. Mengingat gempa hanya terjadi sesekali saja. Kendati dalam skala waktu geologis, proses ini bisa berlangsung relatif cepat. Tanpa tambahkan tekanan kuarsa, sulit untuk menjelaskan bagaimana emas bisa terkumpul dalam endapan.
ADVERTISEMENT