Studi: Kepiting Merasa Sakit saat Dimasak Hidup-hidup

3 Desember 2024 7:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepiting Crustacean Day. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepiting Crustacean Day. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang suka makan kepiting? Hewan krustasea ini ternyata bisa merasakan sakit, termasuk saat direbus hidup-hidup.
ADVERTISEMENT
Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti menyebut harus ada cara lain untuk mematikan kepiting sebelum dimasukkan ke air mendidih. Ini bisa menjadi cara yang tak terlalu menyiksa kepiting.
"Kami harus menemukan cara yang tak menyiksa untuk mematikan hewan bercangkang, jika kita ingin memakannya," ujar ahli zoofisiologi dari Universitas Gothenburg, Lynne Sneddon, dilansir Science Alert.
"Kami sekarang punya bukti mereka bisa merasakan reaksi sakit."
Teka-teki kepiting dan kaitannya terhadap merasakan sakit menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan dalam beberapa tahun. Studi terbaru di jurnal Biology mencatat, kepiting pantai menunjukkan tanda-tanda kecemasan saat menghadapi ancaman seperti sengatan listrik dan cahaya terang.
Mereka belajar menghindari rangsangan tersebut dari waktu ke waktu. Hal ini sesuai dengan prediksi bahwa krustasea dapat merasakan sakit. Namun, beberapa ilmuwan yang skeptis berpendapat bahwa ini hanyalah refleks.
Ilustrasi kepiting. Foto: Shutterstock
Pengenalan 'sadar' terhadap bahaya membutuhkan integrasi dari sistem saraf terpusat. Hal itulah yang kini telah ditunjukkan oleh para peneliti sebagai hal yang mungkin terjadi pada kepiting pantai.
ADVERTISEMENT
Dalam studi ini, peneliti merekam aktivitas sistem saraf kepiting menggunakan instrumen serupa dengan elektroensefalogram (EEG), yang merekam aktivitas listrik otak manusia dari tengkorak. Elektroda ditempatkan pada cangkang si hewan, dan para peneliti memulai uji nyeri standar yang digunakan pada vertebrata dan ikan.
Ketika sejenis cuka dengan tingkat keasaman bervariasi dioleskan ke jaringan lunak di sekitar tubuh beberapa kepiting, para ilmuwan dapat melihat reseptor rasa sakit di sistem saraf tepi yang memberi sinyal ke bagian otak.
Semakin tinggi konsentrasi asam, semakin besar respons dari sistem saraf pusat kepiting. Selain itu, saat kepiting ditusuk dengan rangsangan mekanis yang menyakitkan, alih-alih rangsangan kimia, sistem saraf pusat mereka menunjukkan respons amplitudo listrik yang lebih tinggi, meskipun dikodekan dalam pola yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Pada titik ini, belum jelas apakah respons otak itu disebabkan akibat dorongan mekanis tersebut disebabkan oleh sentuhan atau rasa sakit.
Ilustrasi makan kepiting. Foto: Shutterstock
Para penulis berharap temuan mereka dapat memberikan informasi mengenai praktik animal welfare untuk memastikan mereka tak tersiksa dengan sangat.
"Sudah menjadi rahasia umum bahwa semua hewan membutuhkan semacam sistem rasa sakit untuk mengatasi bahaya. Saya rasa kita tidak perlu menguji semua spesies krustasea, karena mereka memiliki struktur yang sama dan karenanya sistem sarafnya juga sama," kata ahli biologi Eleftherios Kasiouras dari Universitas Gothenburg.
"Kita dapat berasumsi bahwa udang, udang karang, dan lobster juga dapat mengirimkan sinyal eksternal tentang rangsangan menyakitkan ke otak mereka yang akan memproses informasi ini."
Studi ini dipublikasikan dalam Biology dengan judul 'Putative Nociceptive Responses in a Decapod Crustacean: The Shore Crab (Carcinus maenas)'
ADVERTISEMENT