Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.3
Studi Sebut Operasi di Hari Jumat Lebih Berisiko Meninggal Dunia, Kenapa?
11 Maret 2025 16:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Bukan mitos atau takhayul, sebuah studi baru menemukan bahwa melakukan operasi di hari Jumat dikaitkan dengan peningkatan risiko komplikasi dan kematian dibandingkan dengan hari lain.
ADVERTISEMENT
“Di antara orang dewasa yang menjalani prosedur pembedahan, kemungkinan hasil pascaoperasi yang merugikan, termasuk kematian, rawat inap, dan komplikasi dalam jangka pendek dan panjang, meningkat sebesar 5 persen untuk pasien yang menjalani pembedahan sebelum akhir pekan (hari Jumat),” papar peneliti dalam studi yang terbit di jurnal JAMA Network Open.
“Efek akhir pekan ini terlihat di berbagai sub-spesialisasi, khususnya di antara pasien yang menjalani operasi elektif.”
Simpulan ini diambil berdasarkan kumpulan data yang sangat besar. Studi tersebut menganalisis 430.000 pasien di Ontario, Kanada, yang menjalani salah satu dari 25 prosedur pembedahan pada hari Senin atau Jumat antara tahun 2007 hingga 2009. Mereka melakukan penelitian secara mendalam dan menyeluruh.
“Kami mempelajari prosedur elektif dan darurat, menganalisis kontribusi spesifik faktor dokter (seperti usia, pengalaman, dll), dan melihat hasil jangka pendek (30 hari), jangka menengah [90 hari], dan jangka panjang (1 tahun) pada efek akhir pekan,” ujar Vatsala Mundra, peneliti klinis di Houston Methodist Urologi dan salah satu penulis penelitian kepada Gizmodo.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, operasi pada hari Jumat tampaknya lebih berisiko dibandingkan dengan hari lain, dan ini juga terlihat dalam banyak penelitian sebelumnya. Beberapa di antaranya menghasilkan perbedaan yang cukup mencolok.
Di Belanda, misalnya, sebuah studi tahun 2015 yang terbit di jurnal BMJ menemukan peningkatan 20 persen dalam mortalitas 30 hari untuk pasien yang menjalani operasi pada hari Jumat ketimbang hari Senin. Studi meta-analisis tahun 2018 terhadap lebih dari 8 juta pasien di seluruh dunia juga menemukan fakta bahwa operasi hari Jumat, 24 persen lebih mematikan daripada hari Senin.
Semua ini menimbulkan pertanyaan penting tentang, kenapa bisa begitu?
Menurut para peneliti, jawabannya mungkin cukup simpel. Ini ada hubungannya dengan jumlah staf rumah sakit yang masuk menjelang akhir pekan. Sebuah studi menemukan bahwa jumlah dokter, perawat, dan staf klinis lainnya berkurang cukup signifikan selama akhir pekan. Hal ini bisa berkontribusi dalam kegagalan penyelamatan. Karena kekurangan staf, ada kemungkinan staf rumah sakit tidak mendeteksi komplikasi akut di awal perkembangan, yang menyebabkan tingkat komplikasi yang lebih tinggi bagi pasien.
ADVERTISEMENT
Namun, masalahnya bukan hanya pada banyaknya staf yang hadir atau tidak. Dengan memperhitungkan karakteristik dokter, tim menemukan variabel pengganggu yang menarik. Pada hari Jumat, dokter bedah junior dengan pengalaman yang lebih sedikit sering kali lebih banyak berada di ruang operasi dibandingkan dengan hari Senin. Selain itu, akses mereka ke kolega atau dokter yang lebih senior juga berkurang menjelang akhir pekan.
Peneliti juga menduga, mereka yang bekerja di akhir pekan kemungkinan mengalami sejumlah kendala, salah satunya kurang mengenal pasien dibanding staf yang bekerja dan merawat pasien di hari sebelumnya.
Selain itu, ketersediaan untuk tes, alat, dan intervensi tertentu biasanya berkurang ketika menjelang akhir pekan. Staf yang kewalahan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk mendiagnosis dan merawat pasien, ditambah kurang mengenal kasus yang menjadi tanggung jawabnya. Ini semua menyebabkan risiko kematian lebih tinggi bagi pasien yang akan dioperasi pada hari Jumat.
ADVERTISEMENT
“Temuan kami menggarisbawahi perlunya pemeriksaan mendalam terhadap jadwal praktik bedah dan alokasi sumber daya saat ini,” tulis peneliti. “Penting bagi sistem perawatan kesehatan untuk menilai bagaimana fenomena ini dapat memengaruhi praktik mereka guna memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang sangat baik terlepas dari faktor hari.”
Bursa Efek Indonesia (BEI) membekukan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS). Hal ini dipicu oleh penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 5,02% ke 6.146.