Studi Ungkap Organ Tubuh Tahanan di China Diambil Hidup-hidup

18 April 2022 17:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ginjal transplantasi. Foto: Foto: AP
zoom-in-whitePerbesar
Ginjal transplantasi. Foto: Foto: AP
ADVERTISEMENT
Sebuah studi mengungkap temuan yang mengejutkan. Penelitian ini menyinggung pengambilan organ tubuh dari para tahanan di China mungkin lebih mengerikan dari apa yang diketahui saat ini.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya organ tubuh yang diambil tanpa persetujuan. Mereka juga dieksekusi dalam keadaan masih hidup, ketika bagian-bagian penting dalam tubuhnya diambil buat diberikan ke orang lain. Ini semua telah ditulis oleh para dokter di jurnal ilmiah.
Sebagai catatan, saat ini dunia sedang kekurangan organ tubuh manusia guna kebutuhan transplantasi organ. Beberapa peneliti telah menemukan solusi dengan menciptakan jantung dan paru-paru buatan atau dengan rekayasa genetik babi untuk menghasilkan organ tubuh yang bisa ditransplantasi ke manusia. Bagaimanapun, keduanya adalah solusi terbaik saat ini.
Sementara di tempat lain, beberapa negara berupaya mendorong masyarakatnya untuk menjadi donor organ saat meninggal dunia dan menyumbangkan kepada orang lain. Pemerintah China sudah lama mengizinkan pengambilan organ dari penjahat yang dieksekusi mati, sebuah praktik yang sebenarnya dikutuk oleh dunia. Karena mendapat banyak kecaman, China akhirnya melarang praktik tersebut pada 2015.
ilustrasi operasi bedah. Foto: Shandong Yinfeng Life Science Institute
Namun, sebuah makalah riset yang terbit di American Journal of Transplantation menyajikan bukti baru bahwa dalam beberapa kasus pengambilan organ manusia situasinya jauh lebih mengerikan, dengan mana pelaku mengambil organ-organ tubuh yang masih hidup –setidaknya ketika operasi dimulai. Hal itu diungkap oleh mahasiswa PhD dari National University Australia, Matthew Robertson.
ADVERTISEMENT
Robertson menggunakan analisis statistik untuk mencari bukti pemalsuan data donor organ dalam daftar resmi China. Namun dalam prosesnya, dia menemukan sesuatu yang lebih buruk. Jurnal ilmiah yang ditulis dalam bahasa China menjelaskan bahwa pengambilan organ dilakukan pada pasien yang belum diketahui apakah otak mereka sudah mati atau tidak.
"Para ahli bedah menulis bahwa donor mati otak, tetapi menurut semua yang kita ketahui tentang ilmu kedokteran, mereka tidak mungkin mati otak karena tidak ada tes apnea yang dilakukan," kata Robertson kepada Medscape Medical News.
Dalam makalah dicatat, sebagian besar proses pengambilan organ yang dilakukan di China telah melanggar aturan penting etika transplantasi, salah satunya soal pengambilan organ tidak boleh membuat pendonor meninggal dunia.
com-Ilustrasi ginjal. Foto: Shutterstock
Robertson, bersama dengan Profesor Jacob Lavee dari Tel Aviv University, terus menggali informasi dan menemukan 71 makalah yang sama, yang dalam proses transplantasi pendonor tampaknya tidak diintubasi terlebih dahulu sebelum operasi dimulai. Ini mungkin hanya puncak gunung es, karena banyak dokter yang tidak akan mencatat perilaku seperti ini di jurnal.
ADVERTISEMENT
“Awalnya saya sangat tidak percaya dan bersikeras untuk mendapatkan terjemahan kedua dari bahasa Cina untuk mendukung pekerjaan Robertson.”
Ironisnya, proses mengerikan ini dilakukan di 56 rumah sakit di 15 provinsi di China. Makalah paling awal yang ditemukan Robertson berasal dari tahun 1980, dan yang terbaru dari tahun 2015.
Kasus ini belum menjadi perhatian publik karena hanya sedikit orang di luar China yang berminat membaca jurnal-jurnal yang terbit dalam bahasa China. Kalaupun ada yang membacanya, mereka kebanyakan melewatkan beberapa bagian penting dan hanya melihat kesimpulannya saja.
Sementara orang-orang yang membela praktik semacam itu berpendapat bahwa ketika seseorang melakukan kejahatan, maka semua haknya telah dihapus sehingga pelaku kejahatan pantas diambil organnya. Robertson bilang, kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan China, karena faktanya banyak orang yang datang dari luar China yang juga mendapatkan donor organ tersebut.
ADVERTISEMENT