Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Berdasarkan hasil penelitian geologi dan paleontologi, daerah Jampang dan Sukabumi yang kita lihat sekarang daratan dan perbukitan dulunya merupakan lautan. Bahkan beberapa wilayah merupakan lautan yang relatif dalam, bisa mencapai lebih dari 100 meter kedalamannya,” kata Dr. Aswan, peneliti geologi dan paleontologi Institute Teknologi Bandung (ITB), dalam acara Collection Talk edisi “Jejak Laut di Jampang Sukabumi” yang disiarkan secara virtual, Rabu (17/2).
Aswan menjelaskan, Sekitar 35 juta tahun hingga 5 juta tahun lalu Sukabumi merupakan wilayah lautan yang cukup dangkal. Ini terbukti dari ditemukannya fosil moluska atau kerang berusia 13 hingga 12 juta tahun di daerah Jampang dan wilayah lain di Sukabumi. Selain itu, ditemukan pula fosil hewan pada masa Miosen akhir hingga pliosen berupa tulang belakang paus purba dan gigi hiu megalodon .
“Hiu megalodon ini disebutkan bisa memiliki panjang mencapai 20 meter. Jadi, ikan paus yang tadi, kemungkinan adalah mangsa dari hiu megalodon,” kata Aswan.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan lebih rinci oleh peneliti Museum Geologi, Unggul Prasetyo Wibowo, Desa Gunung Sungging Surade, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, kemungkinan telah menjadi playground atau tempat bermain megalodon jutaan tahun lalu. Di Suradelah lokasi favorit megalodon berburu mangsa paus purba.
“Karena banyak fosil gigi megalodon ditemukan di kawasan ini. Dipastikan wilayah Gunung Sungging dan sekitarnya ini adalah salah satu tempat bermain megalodon pada masa itu,” ujar Unggul.
Gigi megalodon yang ditemukan di Surade memiliki ukuran sangat besar, bahkan menjadi yang terbesar dari banyak fosil serupa di Indonesia. Oleh masyarakat setempat, gigi megalodon disebut huntu gelap (gigi petir).
Megalodon sendiri termasuk ke dalam famili Otodontidae yang sudah punah, dan famili ini bercabang dari nenek moyang hiu putih pada zaman Kapur Awal. Sementara genusnya masih diperdebatkan. Sejumlah peneliti menggolongkan megalodon sebagai Carcharocles, Megaselachus, Otodus, atau Procarcharodon.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1989 di Saitama, Jepang, gigi fosil megalodon pernah ditemukan dengan keadaan hampir utuh. Dengan temukannya gigi tersebut, peneliti dapat memproyeksikan besar rahang megalodon dengan perkirakan lebar rangang mencapai 2,4 meter dan tinggi 3,7 meter.
Ilmuwan juga memproyeksikan bobot megalodon dengan perkiraan berat mencapai 48 hingga 70 ton atau sekitar 48.000 hingga 70.000 kilogram.
Aswan mengatakan, dalam geologi dan paleontologi, penemuan moluska dan fosil-fosil hewan laut berguna untuk menentukan lingkungan pengendapan. “Dalam geologi ini sangat penting sekali untuk kita mengetahui di mana batuan terbentuk. Dan ditemukannya moluska laut kita dapat meyakini bahwa jutaan tahun lalu Sukabumi merupakan lautan,” katanya.
***
Saksikan video menarik berikut ini: