Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Suku Bajo, Manusia dengan Genetik Penyelam Pertama di Dunia
20 April 2018 11:50 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Suku Bajo hidup di berbagai wilayah perairan di Asia Tenggara, termasuk di utara dan timur Kalimantan, Sulawesi, selatan Filipina, hingga Malaysia.
ADVERTISEMENT
Mereka hidup secara nomaden, mengelilingi laut di atas perahu tradisional mereka, dan menggantungkan hidup dari laut.
Menurut National Geographic , orang Bajo mampu bertahan di dalam air hingga 13 menit dan mencapai kedalam yang cukup ekstrem, yaitu 60 meter. Kemampuan mereka untuk berenang dalam waktu lama tanpa bantuan alat pernapasan dan alat selam modern sempat membuat ilmuwan bingung dan kagum atas kemampuan istimewa suku Bajo tersebut.
Baru-baru ini, sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Cell menunjukkan rahasia dari para pengembara laut tersebut dan bagaimana mereka bisa menyelam tanpa memerlukan bantuan dari alat selam.
Jurnal tersebut membuktikan bahwa berkat adaptasi, orang Bajo memiliki organ yang membuat mereka mampu untuk menahan napas cukup lama di dalam air. Orang Bajo ternyata memiliki limpa yang lebih besar daripada ukuran normal yang dimiliki manusia. Limpa mereka kemudian bertindak sebagai "tabung oksigen" dengan menyimpan lebih banyak oksigen untuk darah mereka.
ADVERTISEMENT
"Selama ribuan tahun, orang Bajo telah tinggal di rumah perahu, bepergian dari satu tempat ke tempat lain di perairan Asia Tenggara dan hanya sesekali ke daratan. Semua yang mereka butuhkan, mereka dapatkan dari laut," kata salah satu penulis studi, Melissa Ilardo, dari University of Copenhagen, dikutip dari BBC .
Dr Ilardo membawa mesin ultrasonografi portabel ke wilayah tempat tinggal suku Bajo di Indonesia dan meminta izin untuk memeriksa limpa mereka.
Hasilnya menunjukkan baik itu penyelam maupun orang yang bukan penyelam dari suku Bajo memiliki limpa berukuran yang sama. Hal ini menunjukkan kalau perubahan ukuran limpa bukan hanya terjadi pada para penyelam.
Dan ketika limpa orang Bajodibandingkan dengan suku tetangga mereka, Saluan, terlihat kalau limpa orang Bajo rata-rata lebih besar 50 persen. Orang Saluan sendiri bertahan hidup dengan cara bertani.
ADVERTISEMENT
Tim ini juga dapat menemukan dasar genetik yang menyebabkan perbedaan ukuran limpa. Mereka membandingkan genom (komplemen total DNA dalam inti sel manusia) dari suku Bajo, Saluan, dan Han Cina, untuk daerah-daerah yang telah berada di bawah seleksi alam.
Hasil dari "pemindaian seleksi" ini menunjukkan adanya 25 situs dalam genom yang berbeda secara signifikan pada orang Bajo jika dibandingkan dengan kelompok lain. Perbedaan inilah yang membuat ukuran limpa orang Bajo menjadi lebih besar.
"Ini adalah contoh bagus tentang bagaimana manusia dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar mereka, tetapi mungkin ada beberapa persoalan medis dalam hal ini. Sudah banyak yang mempelajari adaptasi hipoksia, adaptasi terhadap kadar oksigen yang rendah," kata Rasmus Nielsen, salah satu peneliti dari University of California, Berkeley.
ADVERTISEMENT