Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Survei Sun Life Ungkap Dampak Finansial dan Mental pada Penderita Diabetes
14 November 2024 12:37 WIB
·
waktu baca 7 menitPenelitian terbaru yang dilakukan oleh Sun Life mengungkapkan biaya tersembunyi dari hidup dengan dimiliko oleh orang dengan diabetes tipe 2. Mereka pun menemukan dampaknya pada keuangan dan kesehatan mental masyarakat di Asia, menyoroti kebutuhan mendesak akan pendidikan, pencegahan, serta akses terhadap perawatan.
Survei Sun Life tersebut berjudul “Healthy Habits, Healthier Futures: Preventing Diabetes in Asia”. Mereka mewawancarai 3.647 orang di Indonesia, Hong Kong, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam mengenai kesadaran tentang faktor risiko diabetes , pengobatan, dan pencegahan.
Survei ini mencakup 600 orang yang saat ini hidup dengan diabetes tipe 2, sekaligus memberikan wawasan tentang kehidupan dengan kondisi ini. Sun Life telah mengikuti peningkatan kasus diabetes yang bersifat endemik dalam beberapa dekade terakhir.
Kondisinya, saat ini ada lebih dari 540 juta orang hidup dengan kondisi ini di seluruh dunia. Lebih dari 90 juta di antaranya berada di Asia Tenggara, yang jumlah orang dewasa dengan diabetes diperkirakan akan melonjak menjadi 152 juta pada tahun 2045. Ini membuat tantangan kesehatan masyarakat semakin serius. Pasalnya, diabetes tipe 2 juga merupakan jenis diabetes yang paling umum, mencakup sekitar 90 persen dari kasus global.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa meskipun jumlah kasus terus meningkat, hanya sedikit orang yang secara aktif mengambil langkah untuk menurunkan risiko mereka terkena diabetes. Sedikit pula yang mempelajari lebih lanjut tentang kondisi ini. Bagi mereka yang menderita diabetes, dampaknya tidak hanya bersifat fisik.
Dampak Finansial dan Kesehatan Mental Tersembunyi
Selain dampak fisik dari diabetes, kondisi ini memiliki biaya finansial yang signifikan, mencegah banyak orang mendapatkan perawatan kesehatan yang sesuai. Sepertiga (37 persen) dari mereka yang hidup dengan diabetes di Indonesia melaporkan dampak finansial yang parah atau signifikan dalam hidup mereka. Ada 81 persen orang yang tidak mampu secara konsisten membiayai perawatan yang sesuai.
Kekhawatiran finansial terkait diabetes bahkan lebih dominan dibandingkan kekhawatiran kesehatan. Sebanyak 74 persen non-diabetesi merasa sangat khawatir atau khawatir akan beban finansial yang mungkin terjadi akibat diagnosis diabetes tipe 2—menyoroti perlunya perlindungan asuransi kesehatan.
Penelitian ini juga mengungkapkan dampak kesehatan mental yang tersembunyi dari penyakit ini. Sekitar 63 persen penderita diabetes melaporkan dampak negatif pada kesehatan mental mereka setelah diagnosis.
Hal ini diperburuk oleh dampak sosial yang dialami di rumah dan di tempat kerja. Sebanyak 70 persen penderita diabetes merasa dihakimi oleh keluarga dan teman setelah didiagnosis dan 74 persen menghadapi penilaian atau prasangka di tempat kerja terkait kondisi mereka.
Chief Client Officer Sun Life Indonesia, Kah Jing Lee, mengatakan, beban fisik, mental, dan finansial dari diabetes bisa sangat besar. Jumlah penderita diabetes yang tidak mampu membiayai perawatan yang konsisten menunjukkan kebutuhan mendesak akan akses yang terjangkau ke pengobatan.
“Sebagai perusahaan asuransi, kami berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya pencegahan diabetes tipe 2 sedini mungkin melalui habituasi gaya hidup aktif dan sehat bagi generasi muda serta didukung dengan penyediaan akses olahraga bagi komunitas masyarakat yang membutuhkan,” ungkapnya.
Hanya Sedikit Penderita yang Lakukan Pencegahan
Meski risiko diabetes terus meningkat, tetapi hanya 47 persen dari populasi yang menjalani pemeriksaan tahunan dan 36 persen bahkan belum pernah melakukanya. Inilah yang menyebabkan diagnosis tak terduga.
Hanya sebagian kecil yang secara konsisten menjaga pola makan sehat, memantau berat badan dan gula darah, serta rutin berolahraga. Satu dari lima orang tidak memastikan anak-anak mereka mengonsumsi makanan sehat, dan 27 persen tidak mendorong anak-anak mereka untuk berolahraga.
Banyak orang kesulitan memahami informasi gizi. Sebanyak 31 persen kesulitan mengidentifikasi gula dan lemak tersembunyi dalam pola makan mereka. Sementara 23 persen kesulitan memahami dampak makanan tertentu pada kadar gula darah mereka.
Olahraga teratur, pola makan sehat, dan skrining dini memiliki kekuatan untuk mengurangi risiko diabetes. Sayangnya, ini bergantung pada peningkatan kesadaran.
Sejak 2012, Sun Life telah mengalokasikan lebih dari USD 53 juta untuk memerangi diabetes secara global melalui kemitraan strategis yang mendukung komunitas yang paling rentan. Melalui kemitraan lokal dengan rumah sakit, institusi medis, dan yayasan di seluruh wilayah, Sun Life menyediakan akses kesehatan.
Mulai dari pemeriksaan glukosa darah, nasihat nutrisi dan konseling, program olahraga, paket perawatan diabetes, hingga program edukasi lokal untuk anak-anak. Seluruh kegiatan ini dapat memberdayakan masyarakat dalam memantau risiko diabetes mereka.
Kurangnya Aktivitas Fisik Meningkatkan Risiko Diabetes
Penurunan aktivitas fisik, diperparah dengan kurangnya ruang olahraga yang aman, meningkatkan risiko diabetes di seluruh Asia. Lebih dari sepertiga (35 persen) responden di Indonesia melaporkan penurunan aktivitas fisik dalam lima tahun terakhir, dengan orang-orang muda lebih mungkin melaporkan penurunan ini.
Di antara mereka yang melaporkan kurangnya olahraga, 60 persen menyebutkan kurangnya akses ke ruang olahraga yang aman dan berkualitas di daerah mereka. Memiliki ruang olahraga yang mudah diakses sangat penting untuk menjaga masyarakat tetap aktif, sehat, dan terlibat.
Karena itulah, sejak 2023, Sun Life telah bermitra dengan yayasan perubahan sosial Beyond Sport untuk meluncurkan Hoops + Health, sebuah program komunitas yang mendorong aktivitas dan gaya hidup sehat melalui olahraga basket dengan meningkatkan akses komunitas ke fasilitas olahraga basket dan pelatih di seluruh Asia.
Hingga saat ini, Hoops + Health telah membantu lebih dari 14 ribu orang di komunitas yang membutuhkan untuk tetap aktif dan menikmati olahraga.
Menyoroti Pentingnya Edukasi tentang Diabetes
Mitos umum tentang kondisi ini masih banyak beredar, terutama terkait faktor risiko di kebanyakan orang Asia. Hampir satu dari tiga orang (46 persen) percaya bahwa diabetes tipe 2 hanya memengaruhi individu dengan kelebihan berat badan, 68 persen percaya bahwa diabetes hanya disebabkan oleh konsumsi gula berlebihan, dan 47 persen berpikir bahwa pengobatan diabetes selalu memerlukan suntikan insulin.
Survei ini juga menemukan bahwa para diabetesi memiliki kesadaran risiko yang rendah sebelum diagnosis mereka. Sebanyak 35 persen melaporkan mereka memiliki pemahaman yang buruk atau sangat buruk tentang kondisi tersebut sebelum diagnosis. Lebih dari sepertiga diabetesi (28 persen) percaya bahwa mereka berisiko rendah atau tidak mempertimbangkan risiko mereka sama sekali sebelum diagnosis. Bahkan hanya 13 persen orang yang percaya bahwa mereka berisiko tinggi.
Temuan ini menunjukkan bahwa kesalahpahaman tentang risiko dan penyebab diabetes dapat menghambat pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan, sehingga edukasi tentang topik ini menjadi sangat penting.
AVP Direktur Medis, Steven Ho mengatakan, penelitian ini menunjukkan bahwa sangat penting untuk menangani kesenjangan pengetahuan yang signifikan tentang diabetes. Mulai dari faktor risikonya, serta pentingnya diagnosis dini dan pencegahan.
“Dengan meningkatkan kesadaran dan membongkar mitos umum, kita dapat memberdayakan individu untuk membuat pilihan kesehatan yang lebih baik. Mengadopsi langkah pencegahan seperti menjalani pola makan yang lebih sehat, berolahraga secara teratur, dan memantau kadar gula darah dapat secara signifikan meningkatkan hasil kesehatan dan bahkan mengarah pada remisi,” jelas Steven Ho.
Kurangnya Pemahaman tentang Pengobatan Diabetes Tipe 2
Meskipun tidak ada obat, para profesional medis mengatakan banyak orang dapat membalikkan kondisi diabetes dalam waktu satu tahun setelah diagnosis melalui perubahan gaya hidup positif. Misalnya, pilihan makanan yang lebih sehat dan lebih banyak berolahraga.
Mengadopsi perubahan gaya hidup ini dapat menjaga kadar glukosa tetap normal tanpa perlu insulin. Namun, kesadaran tentang potensi membalikkan diabetes masih terbatas. Hanya setengah dari masyarakat umum yang percaya bahwa diabetes tipe 2 dapat dikelola tanpa obat-obatan.
Hanya sedikit penderita diabetes di Indonesia yang secara aktif mencoba memulihkan kondisi mereka. Sementara 91 persen penderita diabetes percaya bahwa remisi mungkin terjadi. Kebanyakan dari mereka tidak percaya hal itu dapat dicapai dalam waktu satu tahun meskipun banyak profesional medis menyarankan bahwa ini memungkinkan.
Memberdayakan masyarakat untuk secara efektif mengelola kondisi mereka memerlukan akses ke perawatan kesehatan dan nasihat medis, edukasi tentang strategi manajemen terbaru, dukungan perilaku untuk perubahan gaya hidup, serta pilihan makanan dan olahraga yang terjangkau dan mudah diakses.
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio