Susu Sapi di AS Positif Mengandung Partikel Virus Flu Burung H5N1, Aman Diminum?

28 April 2024 17:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sapi perah. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sapi perah. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (US Food and Drug Administration/FDA) menemukan pecahan virus flu burung H5N1 dalam sampel susu sapi yang dipasteurisasi. Temuan ini datang setelah flu burung mewabah di peternakan sapi perah di AS beberapa hari terakhir.
ADVERTISEMENT
Lembaga kesehatan itu melakukan pengujian sampel susu pasteurisasi sebagai tindak lanjut maraknya kasus flu burung di peternakan sapi perah. Hasilnya, positif mengandung fragmen virus H5N1.
FDA mengatakan partikel H5N1 tidak aktif dan tidak menimbulkan ancaman bagi konsumen. Proses pasteurisasi kemungkinan besar telah membunuh si virus, tapi tidak menghilangkan keberadaan pecahan virusnya.
Bersamaan dengan pengujian tersebut, FDA dan Departemen Pertanian AS (US Department of Agriculture) mengeklaim pasokan susu komersial saat ini aman. Mereka juga tengah berupaya mengalihkan dan menghancurkan susu dari sapi yang sakit.
“Sampai saat ini, kami belum melihat apa pun yang dapat mengubah penilaian kami bahwa pasokan susu komersial aman,” kata FDA dalam pernyataan resmi, dikutip dari IFLScience.
Ilustrasi peternakan sapi perah. Foto: ANTARA FOTO/Siswowidodo
Sementara itu, Federasi Produsen Susu Nasional (The National Milk Producers Federation) mengatakan partikel H5N1 di sampel susu pasteurisasi merupakan bukti virus telah mati. Tidak ada dampak terhadap kesehatan manusia.
ADVERTISEMENT
“Risiko penularan melalui telur dan susu kecil karena Anda harus melakukan kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Tapi lebih dari itu, proses pasteurisasi akan membunuh virus apa pun yang ada di sana,” jelas dr. Scott Roberts, asisten profesor penyakit menular di Yale School of Medicine, mengutip New York Post.
Pasteurisasi adalah proses memanaskan makanan pada suhu 60 sampai 70 derajat Celsius untuk sterilisasi kuman dan menghilangkan patogen, serta memperpanjang umur simpannya. Teknik ini pertama kali ditemukan oleh ahli mikrobiologi asal Prancis, Louis Pasteur.
Hampir semua susu yang diproduksi dan dijual di AS berasal dari peternakan mengikuti standar pasteurisasi yang ketat, dikenal sebagai Ordonansi Susu Pasteurisasi.
Sebagai virus yang sensitif terhadap panas, H5N1 akan nonaktif dengan teknik pasteurisasi standar secara teori. Namun, flu burung yang menginfeksi sapi merupakan isu kesehatan baru, mengingat saat ini belum ada penelitian efek samping pasteurisasi H5N1 pada susu sapi.
ADVERTISEMENT
"Mitra pemerintah AS telah bekerja dengan kecepatan tinggi dalam berbagai penelitian yang mengamati susu di seluruh tahap produksi –di peternakan, selama pemrosesan, dan di rak– menggunakan metodologi mapan yang sudah digunakan sebelumnya untuk memastikan efektivitas pasteurisasi terhadap patogen yang diketahui. Pekerjaan ini adalah prioritas utama," ujar FDA.
Ilustrasi pasteurisasi susu sapi. Foto: Shutterstock
Sebelumnya, pada akhir Maret 2024, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) melaporkan flu burung telah menyebar ke 33 peternakan sapi perah di delapan negara bagian AS.
Selain menginfeksi sapi untuk pertama kali, H5N1 juga dilaporkan menular ke seorang pekerja peternakan. Pria asal Texas itu menjadi orang kedua di AS yang didiagnosis mengidap flu burung, dengan gejala sangat ringan.
ADVERTISEMENT