Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Tarzan dari Suku Amazon Terakhir yang Hidup Sendiri di Hutan Meninggal Dunia
1 September 2022 7:02 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Anggota terakhir suku Amazon yang hidup sendiri di dalam hutan bak seorang Tarzan dikabarkan meninggal dunia. Tubuhnya ditemukan di tempat tidur gantung yang dihiasi bulu.
ADVERTISEMENT
Selama 26 tahun atau kurang lebih 9.500 hari, pria tanpa nama itu mengisolasi dirinya di dalam hutan, tak pernah berbicara, dan berkomunikasi dengan manusia manapun. Orang-orang menjuluki si Tarzan Amazon ini dengan sebutan Man of the Hole (Manusia Lubang), karena telah membuat puluhan lubang di tanah untuk tempat tinggal, bersembunyi, hingga berburu.
Namun pada 27 Agustus 2022, pejabat di Badan Urusan Adat Brasil (Funai) mengumumkan bahwa si Tarzan Amazon itu meninggal dunia karena penyebab alami.
"Dia melambangkan kekerasan dan kekejaman mengerikan yang dilakukan pada masyarakat adat di seluruh dunia atas nama kolonisasi dan keuntungan, tetapi juga perlawanan mereka," kata Fiona Watson, direktur penelitian dan advokasi Survival International, sebuah organisasi global yang bekerja untuk melindungi masyarakat adat.
ADVERTISEMENT
"Kita hanya bisa membayangkan kengerian apa yang dia saksikan dalam hidupnya, dan kesepian setelah sisa sukunya terbunuh, tetapi dia dengan gigih menolak semua upaya kontak, dan menjelaskan bahwa dia hanya ingin dibiarkan sendiri."
Penampakan Manusia Lubang terakhir suku Amazon yang bertahan hidup sendiri di hutan bisa dilihat di video ini:
Pada 1970-an, suku pedalaman Amazon menjadi sasaran pembantaian berdarah. Mereka tinggal di hutan Amazon Brasil barat, di Wilayah Adat Tanaru di negara bagian Rondônia yang berbatasan dengan Bolivia.
Tanpa perlindungan dari pemerintah, kelompok Man of the Hole diracun dan dibunuh secara brutal oleh orang-orang yang punya kepentingan di sana, seperti para penambang, peternak, petani, dan penebang hutan.
Pada awal 1990-an, hanya tujuh anggota suku yang tersisa. Enam orang kemudian dibantai pada 1995 oleh penambang ilegal. Ironisnya, para pembunuh tak pernah diproses secara hukum.
ADVERTISEMENT
Butuh waktu satu tahun bagi Funai menyadari ada satu orang suku Amazon yang masih hidup. Dari sini, Funai terus mengawasi gerak-gerik si Manusia Lubang.
Pada 1998, akses menuju wilayah Manusia Lubang sangat dibatasi oleh pejabat Brasil. Funai berhasil melacak keberadaan Manusia Lubang pada 2009, mereka menemukan selongsong peluru di tanah serta tanda-tanda kerusakan pada pos Funai yang biasa digunakan staf mengawasi si Manusia Lubang.
Setelah beberapa kali mencoba melakukan komunikasi dengan Manusia Lubang, hasilnya tetap nihil. Funai akhirnya memutuskan untuk meninggalkan pria tersebut.
Kini, setelah Man of the Hole meninggal dunia, organisasi seperti Survival dan OPI, Observatory for the Human Rights of Uncontacted and recent-Contacted Peoples, telah meminta perlindungan permanen dari Wilayah Adat Tanaru kepada pemerintah setempat. Mereka ingin menganggap apa yang dilakukan pada suku pedalaman Amazon adalah genosida pribumi dan menentang tindakan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Gerakan Pribumi di Brasil dan Survival akan melakukan segala kemungkinan untuk memastikan itu tidak terjadi."
Saat ini penduduk Brasil berada dalam masalah serius. Pembantaian masyarakat pribumi di Brasil meningkat hingga 61 persen, atau ada sekitar 182 orang masyarakat suku pedalaman yang dibunuh pada 2020. Peningkatan ini terjadi karena sejak Bolsonaro menjabat sebagai presiden Brasil pada 2019 lalu, dia mendukung pembukaan lahan hutan Amazon dengan dalih untuk keuntungan negara.
Jika ini berlanjut, tidak menutup kemungkinan masyarakat pribumi di Brasil akan hilang, seiring dengan kepunahan hutan dan hewan-hewan yang ada di dalamnya. Seperti suku Manusia lubang yang kini tinggal nama.