Teleskop NASA Tangkap Fenomena Semburan Gas Biru di Luar Angkasa, Apa Itu?

8 September 2021 13:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fenomena semburan gas biru di luar angkasa, Herbig-Haro atau HH111. Foto: ESA/Hubble & NASA, B. Nisini
zoom-in-whitePerbesar
Fenomena semburan gas biru di luar angkasa, Herbig-Haro atau HH111. Foto: ESA/Hubble & NASA, B. Nisini
ADVERTISEMENT
Teleskop luar angkasa Hubble menangkap fenomena semburan gas biru meledak dari awan debu di luar angkasa. Pemandangan ini terjepret di konstelasi Orion oleh lensa Wide Field Camera 3 (WFC3) di teleskop yang dioperasikan lembaga antariksa AS, NASA.
ADVERTISEMENT
Fenomena luar angkasa yang terbilang langka itu, kata NASA, dikenal sebagai Herbig-Haro. Khusus objek yang terekam oleh NASA, yang fotonya dirilis pada Jumat (3/9), namanya HH-111. Jaraknya sekitar 1.300 tahun cahaya dari Bumi.
Dr. Brad Tucker dari Universitas Nasional Australia menjelaskan, Herbig-Haro juga disebut sebagai momen kelahiran sistem bintang.
"Di pusat Anda memiliki apa yang kami sebut protobintang — di mana gas dari bintang sebelumnya telah runtuh menjadi bintang bayi baru," jelas Dr. Brad Tucker dari Universitas Nasional Australia, seperti dikutip ABC.
Objek baru itu berputar dengan cepat dan saat proses tersebut terjadi, ia mengeluarkan aliran gas terionisasi (gas yang ekstra panas sehingga semua elektronnya terlepas) — dari kutub utara dan selatannya.
ADVERTISEMENT
Gas itu kemudian bergerak keluar melalui awan debu di pembibitan bintang. Saat bergerak lebih jauh, ia mulai menyebar dengan cara yang sama seperti manusia bernapas di pagi yang dingin.
"Saat gas ini menyebar ke daerah sekitarnya, ia mulai bercampur dan menyebar di daerah itu dan mulai menciptakan apa yang kita sebut bow shock (kejutan busur)," tambah Tucker. Proses inilah yang terlihat jelas pada ujung objek.

Herbig-Haro Fenomena Langka Luar Angkasa

Meski kelahiran bintang begitu spektakuler, objek-objek luar angkasa yang ditangkap teleskop Hubble sulit dikenali. Sebagai permulaan, mereka hanya bertahan selama 10.000 – 20.000 tahun.
"Kedengarannya seperti waktu yang lama, tetapi dalam skema astronomi itu sebenarnya kerangka waktu yang singkat untuk sesuatu yang ada," jelas Tucker.
ADVERTISEMENT
Selain itu, objek yang ditangkap juga tidak terlalu terang karena banyaknya cahaya yang diserap debu sehingga hanya bisa kelihatan jika berada dalam jarak dekat. "Kami tidak dapat melihatnya di galaksi lain. Anda hanya melihatnya di Bima Sakti," ujarnya.
Teleskop Hubble digunakan ilmuwan dari NASA untuk mengumpulkan data astronomi. Foto: NASA
Diluncurkan 31 tahun yang lalu, masa hidup teleskop Hubble akan segera berakhir. Apalagi, akhir-akhir ini ia mengalami beberapa masalah teknis.
Penggantinya, teleskop James Webb, baru akan diluncurkan pada November atau Desember 2021. Teleskop ini akan memiliki kapasitas inframerah yang lebih besar daripada Hubble, tetapi kemampuan visualnya tidak sebanyak pendahulunya.
Artinya, gambar objek seperti HH-111 akan terlihat berbeda daripada yang ditangkap teleskop Hubble, dengan lebih banyak detail di awan debu namun kurang pada definisi visualnya.
ADVERTISEMENT