Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Teori Evolusi Sebut Manusia Modern Pertama Muncul di Afrika, Ini Alasannya
16 Juni 2024 14:37 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Menurut studi, setiap orang di Bumi dapat menelusuri nenek moyang mereka hingga Afrika, tempat manusia modern (Homo sapiens) muncul 300.000 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Namun nenek moyang kita, Homo erectus jejaknya dapat ditelusuri di Afrika, Eropa, dan Asia. Keturunan H. erectus yakni Homo heidelbergensis juga tinggal di sana. Dari sini, H. heidelbergensis melahirkan tiga keturunan hominin berbeda: Neanderthal di Eurasia, Denisovan di Asia, dan manusia modern di Afrika.
Lalu, kenapa H. heidelbergensis melahirkan H. sapiens di Afrika?
“Itulah pertanyaan yang sangat bernilai,” kata Brenna Henn, ahli genetika populasi di University of California, Davis, sebagaimana dikutip Live Science.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kata Henn, pertama kita harus mengkaji proses evolusi pertama H. sapiens. Sebuah makalah yang terbit di jurnal Nature pada 1987 menelusuri semua DNA mitokondria manusia modern hingga akhirnya merujuk pada satu populasi di Afrika yang hidup antara 200.000 hingga 150.000 tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Namun, Henn dan ilmuwan lain menentang gagasan bahwa hanya satu populasi yang melahirkan manusia modern. Ketika manusia modern mulai muncul, nenek moyang H. sapiens menyebar hingga belasan populasi di seluruh Afrika. Afrika adalah benua besar dengan ekosistem sangat beragam sehingga populasi di sana harus beradaptasi dengan lingkungannya sendiri.
Dalam studi yang terbit di jurnal Nature per 2023, Henn dan rekannya menemukan kemungkinan dua dari populasi utama adalah pencetus H. sapiens. Mereka berhipotesis, meski hidup terpisah selama ribuan tahun, individu dari populasi ini sesekali masih berbaur dalam satu waktu, menciptakan populasi yang akhirnya menjadi Homo sapiens .
Menurut Henn, keanekaragaman ekologi di benua Afrika dan pencampuran populasi menjadi penyebab manusia modern berevolusi.
ADVERTISEMENT
“Karena Anda memiliki semua keragaman genetik atau perilaku, hal itulah yang memfasilitasi paket kompleks yang memungkinkan Homo sapiens menjadi seperti saat ini,” kata Henn.
Curtis Marean, seorang profesor paleoantropologi dan direktur asosiasi Institute of Human Origins di Arizona State University, mengatakan bahwa sampai sekarang para ilmuwan masih berbeda pendapat, ada yang percaya H. sapiens muncul dari satu populasi, ada juga yang menyetujui teori Henn yang menyatakan H. sapiens tercipta dari pencampuran populasi.
Namun menurut Marean, kedua teori ini lebih bisa diterima ketimbang teori mengatakan bahwa manusia berevolusi pada waktu yang sama di seluruh benua Afrika.
“Ini tidak sesuai dengan teori apa pun yang kita miliki tentang bagaimana evolusi terjadi,” katanya.
Marean sependapat dengan Henn bahwa luasnya wilayah Afrika menciptakan keragaman genetik, membuat manusia mengembangkan kognisinya ke tingkat yang lebih tinggi dan menciptakan hubungan sosial yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
“Semakin banyak variasi genetik yang kita miliki, semakin tinggi kemungkinan kita mengembangkan sesuatu yang menarik,” katanya.
Meski daratan Eropa dan Asia sangat besar, ia mengatakan iklim Afrika yang lebih hangat bisa memberikan keuntungan bagi H. sapiens. Periode glasial yang terjadi setiap 100.000 tahun akan membuat hominid Eurasia tertutup es. Sedangkan H. sapiens di Afrika akan kehilangan sedikit wilayah jelajahnya selama periode tersebut.
Dengan jangkauan yang lebih baik, H. sapiens memiliki banyak ruang untuk melakukan diversifikasi dan lebih banyak akses satu sama lain sehingga memungkinkan mereka memiliki variasi gen lebih banyak.
Marean menegaskan, semua ini masih bersifat teoritis dan masih banyak yang perlu diungkap, seperti populasi mana saja yang berkembang menjadi manusia modern, dan apakah bahasa berperan dalam perkembangan kognitif manusia modern?
ADVERTISEMENT
Dia berharap penelitian di masa depan bisa mengungkap lebih banyak pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.
“Studi tentang evolusi manusia adalah tentang bagaimana kita ada,” katanya.