Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Beberapa pekan lalu, sebuah gunung es seukuran dua kali luas Jakarta pecah di Kutub Selatan. Berkat pecahnya lapisan es itu, peneliti berhasil menemukan banyak hewan yang terjebak di bawah lapisan es itu sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Temuan spesies baru ini dihasilkan setelah sekelompok ilmuwan Jerman berlayar di celah sempit di antara pecahan gunung es A-74 dan Brunt Ice Shelf di Kutub Selatan . Gunung es A-74 sendiri pecah pada awal Maret 2021. Ia merupakan lapisan es terbesar yang pecah dalam 50 tahun terakhir di wilayah tersebut.
Setelah berjam-jam mengambil ribuan foto dan video di kedalaman 30 km di bawah laut, para peneliti berhasil menemukan sejumlah makhluk hidup di sana. Setidaknya, para peneliti melaporkan kalau mereka berhasil menemukan beberapa hewan tak bergerak seperti moluska, bintang laut, teripang.
Mereka juga setidaknya menjumpai lima spesies ikan dan dua spesies cumi-cumi.
"Gambar pertama dari dasar laut mengungkapkan tingkat keanekaragaman hayati yang menakjubkan di wilayah yang tertutup es tebal selama beberapa dekade," kata para peneliti dari Alfred Wegener Institute for Polar and Marine Research (AWI) di Bremerhaven, Jerman, dalam sebuah pernyataan resmi.
ADVERTISEMENT
Temuan para peneliti Jerman ini menambah daftar panjang temuan hewan tak bergerak yang hidup di bawah lapisan es Kutub Selatan.
Sebelumnya, pada 15 Februari 2021, sekelompok peneliti internasional juga menemukan sekelompok hewan aneh mirip spons, yang belum pernah diketahui manusia sebelumnya, hidup di Filchner-Ronne Ice Shelf, lapisan es kedua terbesar Kutub Selatan. Temuan spesies baru ini disadari para peneliti secara tidak sengaja.
Temuan hewan yang jadi misteri
Walaupun keduanya merupakan riset yang berbeda, ada kesamaan antara temuan para peneliti Jerman di sekitar A-74 dan temuan para peneliti internasional di Filchner-Ronne: mereka menemukan hewan yang tidak bergerak.
Sejauh ini, para peneliti memang sering menemukan beberapa hewan kecil yang aktif, seperti ikan, cacing, ubur-ubur, dan krill, jauh di bawah lapisan es.
ADVERTISEMENT
Namun, para peneliti sebelumnya tidak pernah menemukan organisme yang tidak bergerak yang bertahan hidup hanya dengan makanan yang jatuh ke atasnya. Ketidakhadiran hewan nonaktif sebelumnya di bawah lapisan es membuat banyak ilmuwan yakin bahwa kegelapan total bawah laut, kurangnya makanan, dan suhu -2 derajat celsius di sana terlalu berbahaya bagi hewan yang tidak bergerak.
Keanehan hewan tak bergerak di bawah lapisan es juga membuka pertanyaan tentang bagaimana mereka makan.
Hewan-hewan tak bergerak, termasuk karang dan spons, selalu bertengger di tempat mereka dan menunggu makanan datang. Biasanya, makanan mereka adalah fitoplankton, sejenis ganggang laut mikroskopis yang mengapung di lautan.
Nah, masalahnya, fitoplankton umumnya mengapung di bagian atas lautan, di mana airnya paling cerah, menurut para peneliti di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). Jadi, menemukan komunitas makhluk laut pemakan fitoplankton yang hidup jauh di bawah lapisan es Antartika adalah misteri , kalau tidak membingungkan.
ADVERTISEMENT
"Penemuan kami menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawabannya, seperti bagaimana mereka sampai di sana? Apa yang mereka makan? Berapa lama mereka berada di sana? Seberapa umum bongkahan batu ini menutupi kehidupan? Apakah ini spesies yang sama seperti yang kita lihat di luar lapisan es atau mereka spesies baru? Dan apa yang akan terjadi dengan komunitas ini jika lapisan es runtuh?” kata kata ahli biogeograf dan penulis utama studi Filchner-Ronne Ice Shelf, Huw Griffiths.
Namun, entah bagaimana, makanan hewan tak bergerak terseret puluhan kilometer di bawah rak es Kutub Selatan untuk memberi makan makhluk yang tinggal di bawah sana, menurut para peneliti AWI.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang ekosistem kawasan, tim peneliti AWI akan mengumpulkan sampel sedimen dari dasar laut, yang akan membantu mengungkap kandungan nutrisi air di sana.
ADVERTISEMENT