Thermo Gun Tidak Bahaya untuk Otak: Ini Bedanya Infrared dan Laser

21 Juli 2020 17:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas sekolah memeriksa suhu tubuh siswa menggunakan termometer non kontak saat sosialisasi di Sekolah Tunas Global, Depok. Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
zoom-in-whitePerbesar
Petugas sekolah memeriksa suhu tubuh siswa menggunakan termometer non kontak saat sosialisasi di Sekolah Tunas Global, Depok. Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
ADVERTISEMENT
Awal pekan ini, masyarakat kembali diganggu dengan kabar bohong mengenai bahaya termometer gun atau thermo gun untuk otak manusia. Hoaks tersebut disampaikan oleh ekonom Ichsanuddin Noorsy dalam sebuah video wawancara YouTube dengan Helmy Yahya yang berjudul 'Obrolan Dengan Ichsanuddin Noorsy ini Paling Bergizi Selain Obrolan dengan Bossman Sontoloyo'.
ADVERTISEMENT
Dalam video berdurasi 1 jam 3 menit itu, Ichsannudin menyebut bahwa thermo gun bukanlah alat untuk memeriksa suhu tubuh manusia. Dia pun mempertanyakan bahaya bagi otak macam apa yang dihasilkan dari aktivitas pengecekan suhu tubuh melalui thermo gun.
"Kalau mau periksa (suhu tubuh) saya, periksa di sini (bagian tangan). Karena termometer itu dipakai untuk memeriksa kabel panas. Lasernya dipakai untuk memeriksa kabel panas bukan untuk periksa temperatur manusia, kata dia. "Kepala kita ditembak laser, kita tidak tahu dampak kerusakan pada struktur otak. Saya tidak mau."
Menanggapi isu tersebut, tim pakar dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengklarifikasi bahwa tidak benar thermo gun bisa merusak otak karena laser.
Tim pakar yang terdiri dari Prasandhya Astagiri Yusuf, S.Si, M.T., Ph.D, dr. Anindya Pradipta Susanto, B.Eng, MM, Ir. Muhammad Hanif Nadhif, S.T, dan Muhammad Satrio Utomo, M.Sc itu menjelaskan, thermo gun adalah salah satu jenis termometer inframerah (infrared), bukan laser.
Pamdal DPR melakukan pengecekan suhu tubuh pengunjung untuk cegah corona. Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan
"Alat thermogun dengan laser hanya ditemui untuk keperluan pengukuran temperatur di industri, bukan untuk medis," kata mereka dalam keterangan yang diterima kumparanSAINS, Selasa (21/7).
ADVERTISEMENT
Tim pakar FKUI menjelaskan, termometer inframerah berbeda dengan termometer raksa atau termometer digital yang menggunakan prinsip rambatan panas secara konduksi. Sebab, termometer inframerah itu menggunakan prinsip rambatan panas melalui radiasi.
Untuk cara kerjanya sendiri, termometer inframerah menangkap radiasi inframerah dari permukaan tubuh. Setelah ditangkap, energi dari permukaan tubuh itu kemudian diubah menjadi energi listrik sebelum nantinya ditampilkan dalam angka digital temperatur derajat celcius pada thermo gun.
Nah, radiasi inframerah sendiri adalah jenis energi radiasi yang tidak terlihat oleh mata manusia, tetapi kita bisa merasakannya sebagai panas seperti suhu tubuh. Dalam hal ini, thermo gun tidak memancarkan inframerah, tetapi justru menerima radiasi inframerah dari tubuh manusia.
Infografik Fakta-Fakta Thermo Gun. Foto: kumparan

Laser

Lantas, apa itu laser? Laser sendiri adalah singkatan dari light amplification by stimulated emission of radiation atau amplifikasi cahaya melalui pancaran terstimulasi. Dalam hal ini, laser merupakan alat untuk memancarkan panjang gelombang cahaya mulai dari cahaya biasa, inframerah, hingga ultraviolet. Melalui laser, cahaya dipancarkan dengan satu warna (monokromatik) dan memiliki keandalan utama berkas cahaya yang koheren, di mana biasanya digunakan sebagai penunjuk (pointer) sesuatu.
ADVERTISEMENT
Beberapa contoh pemanfaatan laser adalah laser pointer untuk presentasi, pembaca/penulis CD/DVD, hingga pemotong jaringan pada prosedur pembedahan. Energinya tentu akan disesuaikan dengan fungsinya, di mana semakin besar energi laser akan semakin destruktif.
Ilustrasi termometer air raksa dan termometer digital. Foto: Shutter Stock
Adapun dalam penggunaanya bagi termometer industri, laser tersebut berfungsi sebagai penunjuk (pointer) untuk ketepatan arah. Tim pakar menjelaskan, laser di termometer industri punya energi yang kecil dan tidak ada kaitan langsung dengan fungsi pengukuran temperatur.
"Sama halnya dengan laser pointer, laser ini tidak ada efek berbahaya untuk otak, tapi jangan sampai menembak ke mata secara langsung karena dapat merusak retina. Yang jelas, penggunaan thermo gun industri untuk mendeteksi temperatur tubuh manusia tidak tepat karena bukan peruntukannya," kata tim pakar.
ADVERTISEMENT
"Sebagai kesimpulan, alat thermo gun untuk skrining temperatur seseorang bekerja dengan menerima pancaran inframerah dari benda, bukan dengan memancarkan radiasi apalagi laser," sambung mereka.
Tim pakar menambahkan, mereka berharap penggunaan thermo gun secara luas di tempat-tempat publik seperti pusat perbelanjaan, perkantoran, dan layanan transportasi publik disertai dengan SOP yang jelas.
Petugas sekolah memeriksa suhu tubuh sejumlah siswa menggunakan termometer non kontak saat sosialisasi di Sekolah Tunas Global, Depok. Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Menurut mereka, termometer ini cocok untuk skrining gejala demam COVID-19 karena hanya perlu “ditembak” ke arah dahi tanpa perlu kontak/bersentuhan langsung dengan kulit. Dengan cara demikian, orang yang melakukan pemeriksaan bisa mengurangi risiko paparan virus corona jika benar orang yang diperiksa telah terinfeksi virus.
Tentu, thermo gun bukanlah alat serba guna yang dapat mengetahui secara pasti apakah seseorang telah terinfeksi virus atau tidak. Sebab, ada orang tanpa gejala yang tidak menunjukkan tanda-tanda telah terinfeksi virus corona, seperti demam.
ADVERTISEMENT
Namun, thermo gun berguna sebagai skrinning atau diagnosis tahap awal. Jika seseorang punya suhu tubuh di atas rata-rata atau sedang demam, ia perlu diperiksa lebih lanjut apakah dia telah terinfeksi virus corona atau tidak.