Tinggi Orang Belanda yang Dikenal Jangkung Kini Menyusut, Bikin Ilmuwan Bingung

30 September 2021 17:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi warga Belanda di Amsterdam. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi warga Belanda di Amsterdam. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Selama bertahun-tahun, Belanda telah memegang gelar sebagai negara dengan orang tertinggi di planet ini. Tetapi, studi baru menunjukkan bahwa rata-rata tinggi orang Belanda menyusut, hingga membuat bingung para ilmuwan.
ADVERTISEMENT
Dengan tinggi pria lebih dari 182 sentimeter dan 163 sentimeter untuk wanita, Belanda masih merupakan populasi dengan masyarakat tertinggi di dunia. Namun, grafik pertumbuhan badan selama beberapa dekade di negara tersebut tampaknya terhenti.
Menurut data badan statistik Belanda Centraal Bureau voor de Statistiek (CBS), berdasarkan riset terhadap 719 ribu warga Belanda berusia 19 hingga 60 tahun, rata-rata perempuan Belanda yang lahir pada 2001 lebih pendek 0,5 sentimeter dibanding wanita yang lahir pada 1980. Sedangkan untuk pria, penurunannya mencapai 1 sentimeter dengan periode yang sama.
Lembaga statistik itu menambahkan, faktornya mungkin berkaitan dengan peningkatan imigrasi kelompok populasi baru, di mana masyarakat yang pindah ke Belanda umumnya memiliki tubuh yang lebih kecil dibandingkan rata-rata orang Belanda. Mereka kemudian memiliki keturunan yang cenderung lebih kecil juga.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, penelitian ini juga menunjukkan bahwa penurunan tinggi badan turut dialami orang tua dan kakek-nenek lahir di Belanda. Artinya, warga Belanda tanpa latar belakang migrasi juga mengalami tren serupa.
Overtourism di Amsterdam Foto: Shutter Stock

Kenapa tinggi badan orang Belanda yang dikenal jangkung bisa menyusut?

Sejumlah hipotesis penyebab penurunan tinggi tubuh manusia warga Belanda diungkap oleh para peneliti yang masih bingung dan belum yakin, seperti meningkatnya konsumsi makanan tidak sehat atau pergeseran pola makan dari daging ke nabati. Teori mereka ini tentu masih bersifat spekulatif yang perlu didukung dengan penelitian lanjutan.
Sementara Majid Ezzati, ahli kesehatan lingkungan global dari Imperial College di London, Inggris, mengatakan butuh data tambahan selama beberapa tahun lagi untuk mengkonfirmasi tren tersebut. Jika memang ada penurunan, ia berpendapat nutrisi mungkin menjadi penyebabnya.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, program susu sekolah Belanda dianggap sebagai salah satu alasan populasi penduduk di sana tumbuh begitu tinggi dalam beberapa dekade terakhir. Namun, ada perubahan pola dalam beberapa tahun terakhir, saat permintaan terhadap makanan cepat saji meningkat pesat.
Ezzati sendiri belum yakin apakah gizi buruk terbatas pada demografi tertentu, atau kurangnya nutrisi mencerminkan penurunan tinggi badan manusia. Ia juga masih ragu migrasi menjadi faktor penyebabnya.
Ilustrasi makanan yang mengandung nutrisi makro dan mikro. Foto: Shutterstock
Sementara Gert Stulp, ahli dari fakultas ilmu perilaku dan sosial di University of Groningen, Belanda, mengatakan teori yang ada saat ini hanya spekulatif. Ia juga menyinggung perubahan tinggi badan yang serupa juga terjadi di Amerika Serikat, dengan makanan cepat saji (fast food) mungkin menjadi faktornya.
ADVERTISEMENT
“Diet mungkin telah berubah,” kata Stulp, seperti dikutip The Guardian. “Mungkin diet dalam beberapa tahun terakhir memiliki lebih sedikit nutrisi penting untuk pertumbuhan. Ini diyakini menjadi alasan mengapa orang Amerika menyusut; diet yang lebih buruk, lebih banyak kalori, tetapi lebih sedikit nutrisi.”