Tips Menjadikan Olahraga Teratur sebagai Budaya Hidup

8 Desember 2018 17:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Olahraga Santai. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Olahraga Santai. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kartini Rustandi, mengajak masyarakat Indonesia untuk melaksanakan gaya hidup yang lebih aktif. Ajakannya ini beralasan.
ADVERTISEMENT
Sebab, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang ia sampaikan, angka masyarakat Indonesia yang overweight meningkat dari 11,50 persen pada tahun 2013 menjadi 13,6 persen pada 2018.
Dalam rentang waktu yang sama, angka obesitas juga meningkat dari 14,80 persen menjadi 21,80 persen. Begitu pula angka kurang aktivitas fisik, ia meningkat dari 26,10 persen menjadi 33,50 persen.
drg. Kartini Rustandi (Foto: Zahrina Yustisia Noorputeri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
drg. Kartini Rustandi (Foto: Zahrina Yustisia Noorputeri/kumparan)
Untuk mengatasi permasalahan ini, Kemenkes sebenarnya sudah mencanangkan Gerakan Masyarakat Sehat (Germas). "Kita sudah mencanangkan Germas, (yakni gerakan) lakukan aktivitas fisik, diet seimbang, cek kesehatan," kata Kartini di acara media briefing 'Ayo Indonesia Bergerak' yang diadakan di Menteng, Jakarta, Jumat (7/12).
Khusus terkait aktivitas fisik, Kartini mengajak masyarakat untuk berolahraga secara rutin dan teratur, bahkan menjadikannya sebagai budaya, agar masyarakat merasa ada yang kurang saat belum melakukan olahraga yang cukup. Kepada orang-orang yang merasa sulit untuk berolahraga secara teratur, Kartini memberikan beberapa tips khusus.
ADVERTISEMENT
"Untuk menjadikan budaya, pertama dia harus tahu," kata Kartini. Tahu di sini artinya adalah mengetahui olahraga yang baik dan benar untuk diri sendiri. Olahraga yang dilakukan hendaknya mengikuti kemampuan dan kondisi fisik seseorang.
"Setelah dia tahu, dia harus internalisasi diri. Sekali (olahraga) aja enggak bisa, harus terus terus berulang, supaya masuk di alam bawah sadar kita."
Yoga. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Yoga. (Foto: Thinkstock)
Yang terakhir, Kartini menekankan pentingnya untuk memiliki dorongan agar tetap semangat berolahraga. "Olahraga seharusnya ada temannya. Itu membuat seseorang menjadi 'Oh ya, saya punya janji'," lanjut Kartini.
Kartini memberi contoh, di Kemenkes ada sebuah kelompok untuk para pegawainya yang ingin rutin berolahraga lari (jogging). Setiap ada anggota yang baru menambah jarak larinya, anggota tersebut akan melaporkan seberapa jauh mereka sudah melakukan berlari.
ADVERTISEMENT
"Support system itu penting. Kalau tidak ada di rumah, mau tidak mau kita harus cari. Contohnya klub atau kelompok tertentu yang mengingatkan."
Bersepeda. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Bersepeda. (Foto: Thinkstock)
Untuk mencegah rasa monoton saat berolahraga, Kartini juga menyarankan masyarakat agar mencari trigger (pemicu) yang bisa menarik diri untuk berolahraga. Misalnya yang sering melakukan olahraga lari, maka sesekali bisa melakukan kegiatan fun run seperti yang sekarang banyak digelar.
"Ini yang perlu terus menerus (dilakukan) sampai akhirnya jadi budaya," pungkas Kartini.