Tokek Gurun Ini Berkaki Jaring dan Bisa 'Glow in The Dark'

17 Januari 2021 11:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tokek berkaki jaring (Pachydactylus rangei) yang bisa menyala. Foto: David Protzel/YouTube
zoom-in-whitePerbesar
Tokek berkaki jaring (Pachydactylus rangei) yang bisa menyala. Foto: David Protzel/YouTube
ADVERTISEMENT
Seekor tokek gurun di Namibia punya keahlian berbeda dari spesies pada umumnya, di mana tubuhnya bisa menyala, bersinar hijau neon ketika terpapar cahaya bulan. Mekanisme macam ini belum pernah terlihat sebelumnya pada tokek.
ADVERTISEMENT
Tokek berkaki jaring (Pachydactylus rangei) punya kulit tembus pandang dengan ciri garis-garis kekuningan di sisi tubuh dan cincin di sekitar matanya. Garis-garis di tubuhnya akan menyala terang ketika terkena cahaya bulan.
Proses penyerapan sinar bulan menjadi cahaya bulan atau disebut fluoresensi telah ditemukan pada reptil dan amfibi lain. Cahaya itu dihasilkan dari tulang mereka atau sekresi kimiawi dari kulit. Bedanya, tokek berkaki jaring menghasilkan cahaya menggunakan sel pigmen kulit yang diisi dengan kristal guanin.
Sel-sel yang disebut iridofor sebelumnya telah dikaitkan dengan tampilan warna pada tokek dan kadal, namun ini adalah bukti pertama iridofor memungkinkan tokek bersinar di dalam kegelapan.
Tokek gurun alias Tokek berkaki jaring (Pachydactylus rangei). Foto: Wikipedia
Dijelaskan Animal Diversity Web (ADW), situs database satwa liar yang dikelola oleh University of Michigan, tokek berkaki jaring hidup di dasar sungai kering dan bukit pasir di gurun Namib. Hewan ini punya ukuran panjang 10 hingga 15 centimeter. Tokek menggunakan kakinya yang besar dan berselaput untuk menggali pasir halus dan mereka kebanyakan aktif di malam hari.
ADVERTISEMENT
Pada 2018, peneliti menemukan bunglon yang tulangnya bisa bersinar melalui kulit. Penemuan itu mendorong para ilmuwan untuk mencari reptil dan amfibi lain yang bisa bersinar dalam gelap.
David Prötzel, penulis utama studi yang juga kandidat doktoral di Bavarian State Collection of Zoology (ZSM) di Munich, terkejut ketika tokek P. rangei memancarkan cahaya hijau neon saat terpapar sinar UV. Para peneliti lalu menguji 55 sampel P. rangei dari ZSM di bawah sinar UV. Mereka menemukan bahwa fluoresensi terjadi pada semua tokek P. rangei.
Pada amfibi lain seperti katak pohon polkadot (Boana puncata), cahaya berasal dari bahan kimia yang bersirkulasi melalui sistem getah bening. Sementara bunglon dan kodok pelana dalam genus Brachycephalus menampilkan tulang bersinar melalui daerah tubuh dengan kulit sangat tipis.
ADVERTISEMENT
“Ternyata beberapa spesies lain, termasuk tokek, memiliki kulit yang cukup transparan sehingga fluoresensi tulang mereka dapat terlihat melalui sinar UV yang cukup kuat,” kata Scherz.
Tapi pada tokek berkaki jaring, cahaya hijau neon terang berasal dari iridofor. Tokek berkaki jaring adalah tokek pertama yang diketahui memiliki dua jenis iridofor: satu bercahaya, satu tidak. Cahaya yang dihasilkan iridofor lebih terang daripada cahaya dari tulang bunglon. Ini juga merupakan salah satu contoh fluoresensi paling terang pada hewan darat.
“Tanda bercahaya seperti itu di sepanjang tubuh bagian bawah dan di sekitar mata akan sangat terlihat oleh tokek lain, tetapi akan disembunyikan dari predator dengan titik pandang yang lebih tinggi, seperti burung hantu atau serigala," ujar Scherz.
ADVERTISEMENT