Tren Penderita Demam Berdarah di Dunia Naik, tapi di Indonesia Menurun

17 Juli 2018 15:51 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Demam berdarah (Foto: Thinstock)
zoom-in-whitePerbesar
Demam berdarah (Foto: Thinstock)
ADVERTISEMENT
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah momok mengerikan yang terus mengintai warga dunia setiap tahunnya. Menurut data dari Bayer, perusahaan global dengan kompetensi di bidang Life Science yang terkait kesehatan dan pertanian, selama 50 tahun terakhir jumlah penderita DBD di dunia telah meningkat hingga 30 kali lipat.
ADVERTISEMENT
Di Asia Tenggara sendiri, pada 2016 tercatat ada sekitar 15 juta kasus DBD dan 202.314 di antaranya terjadi di Indonesia. Namun demikian, menurut Suwito, Kepala Subdit Vektor Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tren penderita DBD di Indonesia telah menurun setiap tahunnya.
"Kecuali di empat provinsi, Aceh, Bali, Kaltim (Kalimantan Timur), dan Kalbar (Kalimantan Barat), tren penderita DBD menurun tiap tahunnya," ujarnya di acara Bayer Vector Control Expert Meeting di Jakarta, Selasa (17/7).
Subdit Vektor Kemenkes, Suwito. (Foto: Sayid Muhammad Mulki Razqa/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Subdit Vektor Kemenkes, Suwito. (Foto: Sayid Muhammad Mulki Razqa/kumparan)
Merujuk pada data yang ia paparkan, kejadian DBD di empat provinsi tersebut berada pada tingkat kejadian (Incidence Rate/IR) di atas 50 dari 100 ribu populasi.
Suwito menjelaskan, ada kemungkinan hal ini berhubungan dengan jumlah musim kemarau yang Indonesia alami. "Musim kemarau membuat tempat berkembang biak dan bertelurnya nyamuk penyebar DBD berkurang. Karena kalau musim hujan kan lebih banyak genangan air yang bisa jadi tempat bertelurnya nyamuk," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Jadi makin sering musim kemarau, bisa makin sedikit nyamuknya. Tapi ini masih kemungkinan karena berkembang biaknya nyamuk itu lebih bergantung pada keberadaan genangan air, bukan pada musim," tambahnya.
Melawan DBD
Selain menjelaskan mengenai tren penderita DBD yang menurun, Suwito juga mengajak masyarakat untuk sama-sama melawan DBD dengan cara mengontrol populasi nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD. "Kita belum memiliki obat dari DBD, jadi cara terbaik (melawan DBD) adalah melakukan kontrol vektor nyamuk," tutur Suwito.
Suwito menekankan pentingnya pencegahan dibanding pengobatan DBD, salah satunya melalui upaya pemberantasan sarang nyamuk. "Dengan melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) kita bisa mengurangi populasi nyamuk dewasa yang menyebarkan DBD. Ini kan lebih baik daripada baru bereaksi setelah ada korban," sarannya.
ADVERTISEMENT