Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Ilmuwan di China melakukan uji eksperimen vaksin virus corona SARS-CoV-2 yang mereka kembangkan pada monyet. Hasilnya, monyet itu kebal dan terlindungi dari infeksi virus corona penyebab COVID-19 tersebut.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, penelitian vaksin ini akan berlanjut ke uji klinis pada manusia. Untuk menentukan apakah vaksin ini juga ampuh pada manusia atau tidak.
Meskipun baru sebatas percobaan kepada hewan dan dipublikasikan lewat jurnal pracetak yang belum ditinjau sejawat, terobosan vaksin COVID-19 eksperimental ini dipuji oleh para ilmuwan, sebagaimana dikutip Live Science.
“Jadi ini adalah data praklinis ‘serius’ pertama yang saya lihat untuk kandidat vaksin yang sebenarnya,” ujar Florian Krammer, seorang profesor di Departemen Mikrobiologi di Icahn School of Medicine, Mount Sinai, lewat unggahan di Twitter, pada 22 April.
Sebelum diuji pada manusia sehat, vaksin virus corona SARS-CoV-2 memang harus melewati uji praklinis pada hewan. Vaksin eksperimental ini menunjukkan hasil yang menjanjikan pada monyet rhesus sebelum diuji coba pada manusia. Menurut laporan peneliti vaksin pada jurnal bioRxiv, monyet rhesus tersebut kebal terhadap virus corona usai disuntik vaksin. Vaksin ini dikembangkan oleh Sinovac Biotech yang berbasis di Beijing, China.
ADVERTISEMENT
Dalam tahap selanjutnya, vaksin akan diujicobakan kepada 144 orang sehat untuk menguji keamanan dan efektivitas vaksin, serta efek sampingnya. Vaksin kemudian akan memasuki tahap uji efikasi terhadap lebih dari 1.000 orang tambahan. Menurut Meng Weining, Direktur Senior Sinovac Biotech, uji efikasi bertujuan melihat apakah vaksin memicu respons kekebalan tubuh yang memadai.
Vaksin buatan Sinovac mengandung versi tidak aktif dari SARS-CoV-2. Dengan memasukkan virus yang tidak aktif ke dalam tubuh, vaksin semestinya bisa mendorong sistem daya tahan tubuh untuk membangun antibodi yang menargetkan patogen tanpa memicu infeksi.
Menurut laporan peneliti, ketika diberikan kepada tikus dan monyet rhesus, vaksin memicu produksi antibodi tersebut.
“Ini teknologi kuno,” tulis Krammer, dalam utas Twitter-nya. Menurutnya, metode pembuatan yang telah dilakukan sejak lama oleh para ilmuwan menjadikan vaksin mudah dibuat.
ADVERTISEMENT
“Yang paling saya sukai adalah bahwa banyak produsen vaksin, juga di negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah, dapat membuat vaksin semacam itu,” ujar Krammer, dalam wawancara dengan majalah Science.
Untuk menguji apakah antibodi yang dihasilkan vaksin akan menetralkan SARS-CoV-2, tim peneliti mengumpulkan sampel dari tikus dan memaparkan antibodi itu pada 10 strain SARS-CoV-2 yang berbeda dalam tabung reaksi. Strain berbeda dari SARS-CoV-2 pada awalnya diambil sampel dari pasien di China, Italia, Spanyol, Swiss, dan Inggris, dan mewakili "sampai batas tertentu, populasi yang beredar" dari SARS-CoV-2.
Hasil injeksi antibodi menunjukkan vaksin mampu menetralkan berbagai strain, menunjukkan bahwa vaksin tersebut dapat "menunjukkan aktivitas netralisasi yang kuat terhadap strain SARS-CoV-2 yang beredar di seluruh dunia," tulis tim peneliti.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.