Ulah Manusia, Kutub Utara Akan Alami Musim Panas tanpa Es dalam Waktu Dekat

19 Juni 2020 14:37 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gambar NASA menunjukkan Franz Josef Land. Penemuan lima pulau baru di Rusia. Foto: NASA/Jaros and AS
zoom-in-whitePerbesar
Gambar NASA menunjukkan Franz Josef Land. Penemuan lima pulau baru di Rusia. Foto: NASA/Jaros and AS
ADVERTISEMENT
Selama bertahun-tahun, Samudra Arktik di Kutub Utara memiliki sifat yang sama dan stabil. Laut tersebut ditutupi es selama musim dingin karena suhu di bawah nol derajat yang membekukan air. Sedangkan di musim panas, es di laut tersebut akan mencair karena suhu yang agak hangat.
ADVERTISEMENT
Namun, kestabilan itu bakal segera terganggu karena kerusakan iklim yang disebabkan oleh manusia. Studi terbaru dari Universitas Hamburg menunjukkan, Laut Arktik di Kutub Utara kemungkinan besar akan kehilangan lapisan es selama musim panas sebelum tahun 2050. Ini adalah waktu yang terbilang dekat.
Dalam studi yang dipublikasi jurnal Geophysical Research Letters tersebut, para peneliti hendak mensimulasikan evolusi es laut Kutub Utara di masa depan melalui 40 pemodelan iklim yang berbeda. Pemodelan yang disebut sebagai Coupled Model Intercomparison Project Phase 6 (CMIP6) itu terdiri dari beberapa generasi terbaru dari model iklim global, dan mencakup sejumlah skenario hipotetis yang berbeda.
"Model CMIP6 mensimulasikan penyebaran besar ketika daerah es laut Kutub Utara diprediksi turun di bawah 1 juta km persegi, sehingga Samudra Arktik praktis bebas es laut," tulis para penulis dalam laporan mereka.
ADVERTISEMENT
"Namun, mayoritas yang jelas dari semua model, dan model-model yang paling menangkap evolusi yang diamati, memproyeksikan bahwa Arktik akan menjadi bebas es laut secara praktis pada bulan September sebelum tahun 2050 dengan emisi CO2 antropogenik di masa depan kurang dari 1.000 gigaton CO2 di atas 2019 di semua skenario,” sambung mereka.
Ilustrasi kutub utara, Arktik Foto: Dok. US Navy
Keseluruhan wilayah Samudra Arktik yang ditutupi oleh es sendiri telah berkurang dengan cepat selama beberapa dekade terakhir, menurut para peneliti. Perubahan tersebut secara substansial dapat mempengaruhi ekosistem dan iklim Arktik.
Lapisan es laut Arktik adalah tempat perburuan dan habitat bagi beruang kutub dan anjing laut. Selain itu, lapisan es ini juga menjaga Kutub Utara tetap dingin dengan memantulkan sinar matahari.
ADVERTISEMENT
Menurut para peneliti, seberapa cepat Samudra Arktik akan kehilangan lapisan es di masa depan sangat tergantung pada emisi karbon dioksida di masa depan. Jika emisi berkurang dengan cepat, hilangnya lapisan es sepanjang tahun hanya akan terjadi sesekali.
Dengan emisi yang lebih tinggi, Samudra Arktik akan kehilangan lapisan es-nya di sepanjang tahun. Oleh karena itu, manusia memiliki dampak besar pada seberapa sering Kutub Utara kehilangan lapisan es lautnya, dengan cara mengurangi pemanasan global.
"Jika kita mengurangi emisi global dengan cepat dan secara substansial, dan dengan demikian menjaga pemanasan global di bawah 2 derajat Celsius relatif terhadap tingkat pra-industri, es laut Kutub Utara akan tetap hilang di musim panas bahkan sebelum 2050,” kata Dirk Notz, yang memimpin kelompok penelitian es laut di Universitas Hamburg. “Ini benar-benar mengejutkan kita.”
ADVERTISEMENT