Uni Emirat Kirim Misi ke Mars, Penjelajahan Antariksa Pertama Negara Arab

16 Juli 2020 12:40 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Persiapan peluncuran Misi Uni Emirat Arab ke Mars. Foto: Twitter/@Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum
zoom-in-whitePerbesar
Persiapan peluncuran Misi Uni Emirat Arab ke Mars. Foto: Twitter/@Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum
Punya gedung pencakar langit tertinggi di dunia belumlah cukup bagi Uni Emirat Arab. Burj Khalifa masih kurang tinggi. Emirat ingin terbang menembus langit. Maka, negara kaya penghasil minyak di pesisir Teluk Persia itu menghimpun daya untuk membuat kendaraan penjelajah ruang angkasa.
Kini, 17 Juli 2020, Uni Emirat Arab akan meluncurkan misi antariksa ke Mars. Negara yang baru merdeka kurang dari setengah abad lalu dan punya luas wilayah kurang dari Provinsi Riau itu hanya butuh waktu enam tahun untuk membangun industri antariksanya dari nol.
“Kami ingin pengorbit itu sampai di Mars pada 2021, tahun peringatan kelahiran Uni Emirat Arab yang ke-50. Hope punya makna simbolis,” kata Omran Sharaf, Manajer Misi UEA ke Mars.
“Hope” yang dimaksud Sharaf adalah nama pengorbit yang dikirim UEA ke Mars. Hope akan menempuh perjalanan selama tujuh bulan sebelum sampai di orbit Mars. Bila semua berjalan lancar, Hope akan menjadi medium bagi para ilmuwan dunia untuk mempelajari atmosfer Mars secara lebih dalam.
“Misi ini menyiratkan ‘harapan’, seperti nama pengorbit itu sendiri. Jika sebuah negara kecil seperti kami bisa melakukan misi ke Mars ini, maka segalanya adalah mungkin,” kata Hasan Al Matroushi, Kepala Analisis dan Data Sains di Mohammed bin Rashid Space Centre, Dubai, seperti dilansir Space.com.
Misi ke Mars bukan soal mudah. “Anda tak bisa hanya berkata ‘Saya ingin pergi ke Mars’ atau ‘Saya akan membikin pesawat luar angkasa’. Anda harus benar-benar mempelajari caranya,” kata Ahmad Belhoul, Menteri Pendidikan Tinggi dan Kepala Badan Antariksa UEA—lembaga yang baru dibentuk pada 2014 bersama Misi UEA ke Mars.
Kesulitan sudah tampak sejak awal. Uni Emirat Arab bolong besar soal jumlah ilmuwan meski memiliki banyak insinyur dan teknisi. Negara itu lalu menggandeng veteran-veteran NASA untuk melatih insinyur-insinyur mereka. UEA juga bekerja sama dengan Laboratorium Atmosfer dan Fisika Antariksa di Universitas Colorado Boulder.
Ahli-ahli UEA dan AS bekerja sama erat pada setiap tahap pengembangan misi, mulai dari soal desain hingga manufaktur yang pengerjaannya dilakukan di Colorado dan Dubai.
“Saya belum pernah melihat ikatan kerja sama yang seperti ini sebelumnya,” kata Brett Landin, engineer di Universitas Colorado Boulder, kepada jurnal ilmiah Nature.
Ia bercerita, semula banyak orang meragukan keseriusan UEA dan menyangka negara kaya itu hanya ingin membeli jalan menuju luar angkasa. Namun yang terjadi kemudian tidak seperti itu. UEA mengirim insinyur-insinyurnya ke AS untuk belajar sungguhan, dan banyak di antara mereka yang rela berpisah dari keluarga demi mengejar mimpi bersama ke antariksa.
Bekerja bersama anak-anak muda Emirat yang antusias membuat Landin ikut bersemangat. “Ini hal menarik yang pernah saya lakukan sepanjang karier saya. Persahabatan kami akan berlangsung selamanya,” ujar veteran NASA yang terlibat dalam misi Mars Exploration Rovers.
Landin juga tercengang dengan komposisi wanita yang cukup besar dalam Misi Mars Emirat. Menurut Sarah Al Amiri, Kepala Operasi Sains dan Wakil Manajer Misi UEA ke Mars, 34 persen dari total personel dalam misi itu memang diisi perempuan.
Misi Uni Emirat Arab ke Mars diisi banyak personel perempuan. Foto: Twitter/@HopeMarsMission
Fatma Lootah, insinyur kimia yang menggarap spektrometer ultraviolet pada Misi Hope, berkata bahwa perempuan-perempuan Emirat yang bergabung dalam pertemuan-pertemuan internasional terkait misi itu awalnya terlihat sangat berbeda.
“Hijab kami membuat kami mencolok,” ujarnya. Namun itu sama sekali bukan soal. “Kami bagian dari tim ini,” imbuhnya.
Lootah berharap akan lebih banyak lagi lulusan sains yang bergabung dengan mereka. Mohammed bin Rashid Space Centre (MBRS) saat ini memiliki pegawai 200 orang, naik tiga kali lipat dibanding satu dekade lalu yang hanya 70 orang.
MBRS mengirim para penelitinya secara teratur ke luar negeri untuk belajar, dan membuka program magang bagi mahasiswa-mahasiswa di ranah ilmu terkait. Dan di tengah dorongan UEA kepada generasi mudanya untuk berkarier di bidang sains dan teknologi, sejumlah universitas di negeri itu membuka program sains dasar seperti fisika dan teknik antariksa.
Terang bahwa misi—dan ambisi—UEA ke Mars telah membangkitkan dan mendorong minat anak-anak muda Emirat terhadap subjek sains, teknologi, teknik, dan matematika. Pendaftaran pada jurusan-jurusan tersebut di berbagai universitas meningkat 12 persen per tahun, dengan kenaikan tertinggi pada pelajar perempuan. Dan pada 2030, UEA menargetkan memperbanyak tiga kali lipat lulusan doktornya.
Gairah keilmuan di kalangan pemuda-pemudi Emirat sejalan dengan peningkatan anggaran negara untuk pengembangan teknologi dan riset, dari 0,5 persen PDB pada 2011 menjadi 1,3 persen pada 2018.
Hazza Al Mansouri, astronaut pertama Uni Emirat Arab. Foto: AFP/Maxim Shipenkov
Demam antariksa menyebar ke penjuru UEA pada September 2019 ketika Hazza Al Mansouri menjadi astronaut Emirat pertama yang pergi ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Mantan pilot militer itu lolos seleksi program astronaut UEA-Rusia; menjalani pelatihan di Yuri Gagarin Cosmonaut Training Center, Moskow; dan meluncur dalam roket Soyuz milik Rusia menuju ISS untuk tinggal di sana selama delapan hari.
Lima bulan kemudian, Februari 2020, UEA mengumumkan akan memimpin konsorsium 11 negara Arab untuk membangun satelit pemantau iklim di Pusat Teknologi dan Sains Antariksa Nasional di Al Ain, Abu Dhabi. Sebelumnya, pada 2009, 2013, dan 2018, UEA juga membuat dan meluncurkan tiga satelit pemantau Bumi, bekerja sama dengan Korea Selatan—dan secara bertahap mengambil porsi lebih besar dalam proyek-proyek tersebut.
UEA berencana untuk terus mengejar mimpi mereka menjelajah antariksa. Ia pun akan membangun “Kota Sains Mars” di luar Dubai untuk mendorong riset dan edukasi—lengkap dengan hiburan—soal planet merah itu.
Mars. Foto: AlexAntropov86/Pixabay
Kenapa Uni Emirat Arab memilih Mars dan antariksa sebagai tujuan?
Sesungguhnya, antariksa bukanlah tujuan akhir Emirat. Yang terpenting bagi negeri penghasil minyak itu ialah mempersiapkan masa depan—perekonomian post-petroleum dengan setumpuk problem, mulai dari krisis lingkungan, energi, air, sampai makanan.
“Ini bukan sekadar tentang mencapai Mars. Ini tentang perubahan besar pola pikir,” kata Sharaf.
Misi ke Mars, ujarnya, jelas mempercepat transformasi yang dibutuhkan Emirat.
— Sarah Al Amiri