Unik! Kelinci Ini Terbiasa Jalan 'Handstand', Kok Bisa?

27 Maret 2021 14:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kelinci sauteur d'Alfort yang jalan handstand. Foto: Carneiro, et. al./PLOS Genetics
zoom-in-whitePerbesar
Kelinci sauteur d'Alfort yang jalan handstand. Foto: Carneiro, et. al./PLOS Genetics
ADVERTISEMENT
Tak semua jenis kelinci berjalan dengan melompat-lompat. Contohnya adalah jenis kelinci aneh ini, yang terbiasa jalan dengan dua kaki depannya menapak di tanah dan dua kaki belakangnya melayang di udara, alias ‘handstand’.
ADVERTISEMENT
Keunikan cara jalan hewan tersebut, yang merupakan jenis kelinci domestik sauteur d'Alfort, bukanlah berasal dari latihan. Sayangnya, cara jalan jenis kelinci itu adalah bentuk kecacatan yang disebabkan oleh mutasi gen yang ia miliki.
“Saya duga, jika itu terjadi pada manusia, Anda juga akan mendapatkan cacat dalam gerak,” kata Leif Andersson, peneliti biokimia dan mikrobiologi dari Universitas Uppsala di Swedia sekaligus anggota penulis studi kelinci tersebut, kepada New Scientist.
Cara jalan unik yang dimiliki kelinci sauteur d'Alfort sebenarnya telah tercatat oleh manusia sejak hampir 100 tahun lalu. Menurut laporan Science Magazine, dokter hewan Prancis mulai mengamati gaya berjalan aneh yang dimiliki kelinci sauteur d'Alfort pada 1935.
Kelinci jenis ini akan mengangkat kaki belakangnya ke atas kepala sembari menapakkan kaki depan di tanah, layaknya pemain sirkus.
ADVERTISEMENT
Menurut studi terbaru yang dipublikasi Andersson dan koleganya di jurnal PLOS Genetics, kelinci sauteur d'Alfort kehilangan kemampuan melakukan lompatan dengan dua kaki belakang, yang dikenal sebagai “saltatorial locomotion”. Kemampuan tersebut umumnya dimiliki semua binatang pelompat, seperti kelinci dan kanguru.
“Saat mereka berjalan lambat, Anda tidak dapat membedakannya dari kelinci biasa,” kata Miguel Carneiro dari Universitas Porto, Portugal, yang juga merupakan anggota peneliti.
Kelinci sauteur d'Alfort yang jalan handstand. Foto: Carneiro, et. al./PLOS Genetics
Namun, Carneiro menjelaskan, ketika kelinci sauteur d'Alfort mencoba untuk melaju lebih cepat dengan melompat, mereka terlalu banyak melenturkan kaki belakangnya pada waktu yang salah.
Untuk itu, kelinci mencoba untuk mengimbangi kekurangan mereka dengan berjalan hanya lewat kaki depan dan melengkungkan punggung mereka untuk menempelkan kaki belakang mereka ke udara.
ADVERTISEMENT
Dalam penelitiannya, para peneliti secara selektif membiakkan kelinci sauteur d'Alfort dan mengidentifikasi wilayah genom mereka yang berbeda dari kelinci lainnya. Wilayah genetik ini berisi 21 gen penyandi protein.
Para peneliti kemudian mengurutkan gen tersebut dan membandingkannya dengan jenis kelinci lain. Pada akhirnya, peneliti menemukan mutasi pada gen yang disebut RORB pada kelinci sauteur d'Alfort.
“Ini adalah satu-satunya mutasi yang sangat mencolok,” kata Andersson.
RORB sendiri sangat penting untuk pembentukan neuron sumsum tulang belakang yang menghubungkan sisi kiri dan kanan tubuh. Gen tersebut, kata peneliti, penting untuk mengkoordinasikan gerakan anggota tubuh.
Adapun dalam kasus kelinci sauteur d'Alfort yang baru lahir, peneliti menemukan bahwa neuron yang melintasi tubuh mereka tidak terbentuk dengan baik.
ADVERTISEMENT
Banyak gen lain yang pasti berperan dalam pergerakan dan gaya berjalan, dan pengaruhnya sering kali tidak kentara, kata Andersson. RORB adalah salah satu kasus langka di mana mutasi pada satu gen menghasilkan efek dramatis pada cara berjalan hewan.
“Saya terkesan bahwa penulis dapat mengidentifikasi mutasi gen tunggal,” kata Jeremy Dasen, ahli saraf di Universitas New York yang bukan bagian dari tim peneliti, kepada Science Magazine.