Vaksin HIV Buatan Peneliti Harvard Sudah Diuji Coba pada Manusia

9 Juli 2018 17:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vaksin (Foto: AFP/GEORGES GOBET)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaksin (Foto: AFP/GEORGES GOBET)
ADVERTISEMENT
Tim peneliti dari Harvard Medical School berhasil melakukan suatu terobosan terbaru dalam bidang vaksin HIV. Vaksin hasil eksperimen mereka telah berhasil mencapai tahap bisa diuji cobakan pada manusia.
ADVERTISEMENT
Dilansir Newsweek, studi atas vaksin tersebut telah dipublikasikan di jurnal The Lancet. Dalam studi tersebut, para peneliti menciptakan suatu vaksin baru dengan menggabungkan berbagai macam bagian dari beberapa virus HIV yang berbeda. Cara pembuatan vaksin tersebut dikenal dengan sebutan vaksin gaya mosaik.
Para peneliti berharap, vaksin ini dapat menyebabkan terjadinya reaksi imun tubuh terhadap melawan virus HIV. Pada vaksin yang telah berada pada tahap pertama uji klinis ini, peneliti lebih fokus kepada virus HIV-1, yang merupakan jenis paling banyak ditemukan.
Dr. Dan Barouch, Profesor Kedokteran di Harvard Medical School sekaligus pemimpin studi, menjelaskan bahwa dirinya sangat optimis atas hasil temuan mereka.
Namun demikian ia juga menekankan bahwa banyak tantangan yang dihadapi sebelum vaksin bisa digunakan secara luas oleh masyarakat.
Pencegahan dan pengendalian HIV-AIDS (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)
zoom-in-whitePerbesar
Pencegahan dan pengendalian HIV-AIDS (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)
ADVERTISEMENT
Jalannya studi
Untuk menguji vaksin tim peneliti mengumpulkan 400 orang dewasa penderita HIV berusia antara 18 hingga 50 tahun dari 12 klinik di Afrika sebelah selatan, Afrika sebelah timur, Thailand, dan juga AS.
Para peserta studi secara acak diberikan satu dari tujuh kombinasi vaksin, dan ada juga peserta yang tidak diberikan vaksin sebagai kelompok kontrol pembanding.
Hasilnya adalah semua kombinasi vaksin memulai terjadinya respons anti HIV pada para peserta. Selain itu dalam studi paralel terhadap monyet rhesus ditemukan bahwa vaksin mosaik memberikan 67 persen perlindungan pada para monyet.
Kini para peneliti juga sudah melakukan uji coba vaksin untuk kedua kalinya yang diikuti oleh 2.600 orang peserta di Afrika sebelah selatan dengan tujuan menguji keamanan serta keefektifan vaksin ini.
ADVERTISEMENT
Sekarang para peneliti tengah menunggu hasil dari uji kedua tersebut untuk mengetahui apakah vaksin ini tak hanya menyebabkan munculnya reaksi imun tapi juga secara aktif dapat melindungi seseorang dari HIV.
Studi sebelumnya
Sebelum studi ini, satu-satunya vaksin HIV yang pernah diuji cobakan pada manusia dan memberikan efek positif adalah vaksin yang diuji di Thailand pada 2009.
Vaksin tersebut dapat mengurangi tingkat infeksi pada manusia hingga 31 persen. Namun para peneliti mengambil kesimpulan bahwa vaksin tidak begitu efektif untuk digunakan masyarakat luas.
"Kami secara berhati-hati tetap optimistik, namun kami juga perlu berhati-hati dalam menginterpretasi data yang ada," ujar Barouch.
"Kita belum mengetahui apakah perlindungan yang ditemukan pada monyet juga berarti bahwa akan ada perlindungan yang sama pada manusia," tambahnya lagi.
ilustrasi obat antivirus HIV. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi obat antivirus HIV. (Foto: Thinkstock)
Ia juga menjelaskan bahwa tantangan untuk membuat vaksin HIV sangatlah besar.
ADVERTISEMENT
"Hanya uji efikasi klinis yang bisa menilai apakah vaksin bisa melindungi manusia. Namun sejauh ini datanya terlihat menjanjikan dan kami dengan bangga melaporkan adanya respons dari sistem imun," kata Barouch.
Kesulitan lainnya adalah, virus HIV memiliki variabel yang berbeda satu sama lainnya, dan juga tingginya tingkat latensi viral atau kecepatan "tidur" dari virus HIV.
Barouch mengatakan pembuatan vaksin dengan gaya mosaik dapat membantu mengatasi masalah tingginya variabel dari virus HIV yang ada. Sementara masalah latensi viral bisa diakali dengan membuat vaksin yang bisa bereaksi cepat untuk mencegah seorang individu terinfeksi.
"Sekarang memang ada proses penting yang terjadi, namun ada juga tantangan besar (mengembangkan vaksin)," imbuh Barouch