Viral Foto Komodo Adang Truck di Pulau Rinca, Ini Kata LIPI

28 Oktober 2020 7:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Truck yang memasuki pulau Rinca Taman Nasional Komodo, diadang biawak komodo.  Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Truck yang memasuki pulau Rinca Taman Nasional Komodo, diadang biawak komodo. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah foto memperlihatkan truk melintas di depan seekor komodo beredar di media sosial beberapa waktu lalu. Potret tersebut lantas ramai dianalogikan gambaran komodo mengadang laju pembangunan proyek di habitat mereka.
ADVERTISEMENT
Usut punya usut, foto tersebut ternyata berlokasi di Resort Loh Buaya, Pulau Rinca. Wilayah tersebut masuk dalam kawasan Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur.
Menanggapi hal itu, peneliti herpetofauna di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Evy Ayu Arida, mempertanyakan apakah pembangunan yang dilakukan pemerintah memang sudah melalui tinjauan, kajian, atau penelitian atau belum.
“Saya belum mendapat pernyataan dari pemerintah apakah ini sudah melalui proses kajian atau penelitian. Mungkin pihak KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) sudah bekerja sama dengan PUPR (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) dan beberapa pihak lain untuk melakukan kajian dan akhirnya diputuskan memulai pembangunan,” kata Evy saat dihubungi kumparanSAINS, Selasa (27/10).
Pulau Komodo, NTT Foto: Shutter stock
Berdasarkan kunjungan terakhir Evy ke Pulau Rinca, memang ada banyak fasilitas yang perlu direnovasi, seperti bangunan, cafe, dan jembatan. Jadi, katanya, harus diklarifikasi lebih jelas, pembangunan apa yang dilakukan pemerintah di pulau tersebut.
ADVERTISEMENT
Terkait apakah pembangunan tersebut bisa mengganggu kelangsungan hidup komodo atau tidak, Evy menyebut harus ada kajian mendalam. KLHK, selaku pengelola, dan PUPR, selaku pembangun, harus melakukan kajian, dan hasil kajian tersebut perlu diketahui oleh masyarakat.
“Jadi, kita harus mendengar kajian itu, bagaimana positif dan negatifnya pada komodo. Harus ada kepastian, ada dokumen kajian dulu, sudah dicermati, sudah ada kajian, baru diputuskan untuk membangun, seharusnya seperti itu,” ujar Evy.

Konflik dengan manusia membuat komodo stres

Menurut Evy, sudah sejak lama komodo merasa terganggu sejak kehadiran manusia di habitat Komodo Nusa Tenggara Timur. Ini menyebabkan terjadinya konflik internal antara manusia dan komodo. Sebelumnya, sekitar 110 tahun yang lalu, pulau-pulau di NTT tidak dihuni manusia. Namun, pembangunan seperti perumahan dan perkampungan terjadi sangat pesat dalam 100 tahun terakhir.
Pengunjung melihat komodo di Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Hal ini menyebabkan terjadinya konflik antara komodo dan manusia. Ini terlihat adanya pemberitaan penyerangan komodo terhadap warga atau wisatawan. Kehadiran manusia di habitat komodo bisa membuat mereka stress.
ADVERTISEMENT
“Jadi komodo itu sudah mengalami gangguan sejak lama, dan masalah pembangunan saya tidak punya data, apakah pembangunan ini bisa mengganggu atau tidak. Tapi yang jelas habitat komodo sudah dirambah oleh manusia,” katanya.
Beruntung, sejauh ini populasi komodo masih terbilang stabil. Laporan sensus Taman Nasional Komodo dalam lima tahun terakhir menunjukkan tidak ada penurunan yang signifikan. Ini mungkin karena komodo memiliki sifat kanibal, di mana komodo jantan dewasa bisa memangsa komodo yang lebih kecil.
Komodo. Foto: Niken Nurani/kumparan
Tapi bagaimanapun, Evy mengaku pihaknya, dalam hal ini LIPI, belum dilibatkan dalam kajian pembangunan infrastruktur di Pulau Rinca sebagaimana yang dilakukan saat ini.
“Saya sampai saat ini belum mendapat undangan itu. Barangkali, bisa saja undangan itu belum dilayangkan atau konsultasi dengan tenaga ahli lain. Mereka mungkin melibatkan konsultan. Kalau saya pribadi belum mendapat kabar untuk terlibat dalam tim yang mengkaji,” ujar Evy.
ADVERTISEMENT

Reaksi KLHK

Berdasarkan penjelasan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), truk tersebut merupakan bagian dari pembangunan proyek geopark yang memiliki konsep “Jurassic Park”.
"Ada sekitar 15 ekor komodo yang berkeliaran di sekitar area pembangunan sarana dan prasarana di Loh Buaya," demikian penjelasan KLHK dalam akun Instagram resminya.
Mereka menegaskan, selama proses pembangunan sarana dan prasarana, satwa komodo diawasi oleh 10 petugas lapangan yang memastikan keamanan hewan tersebut.
Manajemen Taman Nasional Komodo menutup sementara Resort Loh Buaya untuk wisatawan. Penutupan dilakukan mulai Senin (26/10), hingga setidaknya 30 Juni 2021 dengan maksud mempercepat proses penataan sarana dan prasarana termasuk, pembangunan dermaga, pusat informasi wisata, jalan, jerambah, hingga penginapan di lokasi tersebut.
ADVERTISEMENT