Viral Video WhatsApp Dr. Johan Denis Dkk Sebut Vaksin Berbahaya, Benarkah?

18 Desember 2020 6:37 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Potongan video viral di WhatsApp yang menampilkan Dr. Johan Denis mengklaim vaksin corona tidak aman. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Potongan video viral di WhatsApp yang menampilkan Dr. Johan Denis mengklaim vaksin corona tidak aman. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Sejumlah pengguna WhatsApp di Indonesia tengah diramaikan dengan pesan berantai yang berisikan video yang membahas tentang kebohongan pandemi virus corona dan vaksin yang tidak aman. Durasi video beredar sekitar 02.38 menit.
ADVERTISEMENT
Video viral itu sebenarnya berisikan testimoni dari beberapa dokter dan ahli yang mengungkap pandangannya terhadap pandemi corona dan vaksin. Setidaknya ada tiga dokter dan satu jurnalis kesehatan dalam video tersebut.
Para dokter yang memberikan testimoni di antaranya Dr. Johan Denis yang mengaku sebagai dokter umum dengan spesialisasi homeopati di Belgia. Lalu, Dr. Daniel Cullum mengaku ahli Chiropractic di Amerika Serikat.
Dua lainnya ada Moritz Von Der Borg mengeklaim sebagai jurnalis kesehatan dari Jerman dan Dr. Anna Fierlafijn mengaku sebagai doktor umum di Belgia. Orang-orang ini memberikan mengeklaim bahwa pandemi virus corona adalah tipuan dan bagian dari konspirasi untuk mengendalikan masyarakat.
Petugas medis membawa pasien virus corona dari ambulans menuju rumah sakit S Thomas di London, Inggris. Foto: REUTERS/Hannah McKay
Tidak hanya itu, mereka kompak menyatakan vaksin corona tidak aman dan bahkan bisa mengubah DNA seseorang. Ini adalah pernyataan yang salah. Sekaligus bagian dari infodemik, yakni informasi tidak benar terkait pandemi virus corona yang dihadapi saat ini.
ADVERTISEMENT
kumparan akan membedah beberapa pernyataan yang disampaikan dalam video dengan fakta yang benar. Berikut penelusurannya.

Pandemi virus corona adalah palsu dan mirip influenza

Di pembukaan video Dr. Johan Denis menyebutkan bahwa pandemi virus corona adalah palsu. Kemudian, virus corona disamakan dengan flu musiman yang tidak cukup berbahaya.
"Itu adalah pandemi palsu. Virus corona dalam hal kematian dan penularan sebanding dengan flu musiman, dan saya menolak tindakan tidak proporsional yang diambil pemerintah," kata Denis.
Potongan video viral di WhatsApp yang menampilkan Dr. Johan Denis mengklaim virus corona sama seperti flu. Foto: Istimewa
Ini tidak benar. Cek fakta Reuters menjelaskan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus corona telah diidentifikasi oleh otoritas China pada 7 Januari 2020. Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah nama virus penyebab penyakit COVID-19.
Pandemi virus corona bukanlah tipuan. Ini adalah wabah global yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2. Berdasarkan data John Hopkins University, hingga 18 Desember 2020, jumlah kasus positif virus corona telah mencapai 74 juta secara global dengan angka kematian hingga 1,6 juta.
ADVERTISEMENT
WHO dalam keterangannya pada 17 Maret 2020 menegaskan bahwa influenza dan COVID-19 disebabkan oleh virus yang berbeda. Perbedaan penting antara kedua virus itu terletak pada kecepatan penularan virus, subjek menular virus, serta kelompok rentan terdampak virus tersebut.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, Influenza (flu) dan COVID-19 adalah penyakit pernapasan yang menular, tetapi disebabkan oleh virus yang berbeda. COVID-19 disebabkan oleh infeksi virus corona baru dan flu disebabkan oleh infeksi virus influenza.
Selain itu, COVID-19 menyebar lebih mudah daripada flu dan menyebabkan penyakit yang lebih serius pada beberapa orang.

Vaksin corona tidak aman

Selanjutnya, Dr. Johan Denis dalam video juga menyatakan bahwa vaksin corona tidak terbukti aman atau efektif. Vaksinasi dapat berefek panjang dan mengubah DNA manusia. Hal ini menyebabkan ketakutan untuk melakukan vaksinasi.
ADVERTISEMENT
"Vaksin ini tidak terbukti aman. Ini telah dikembangkan dengan cepat. Kami tidak tahu apa efek jangka panjangnya. Ini membutuhkan lebih banyak penyelidikan. Tidak ada terburu-buru atau darurat," jelasnya.
Potongan video viral di WhatsApp yang menampilkan Dr. Johan Denis mengklaim vaksin corona tidak aman. Foto: Istimewa
Faktanya, dilaporkan oleh The New York Times, vaksin biasanya membutuhkan penelitian dan pengujian bertahun-tahun sebelum mencapai klinik, tetapi pada tahun 2020, para ilmuwan berlomba untuk menghasilkan vaksin virus corona yang aman dan efektif dalam waktu singkat.
Para peneliti saat ini sedang menguji 63 vaksin dalam uji klinis pada manusia, dan 18 telah mencapai tahap akhir pengujian. Setidaknya 85 vaksin praklinis sedang diselidiki secara aktif pada hewan.
Saat ini, vaksin dari Pfizer-BioNTech dan Moderna telah menunjukkan tingkat kemanjuran dan dapat mencegah lebih dari 90 persen orang tertular virus corona dalam uji klinis fase 3.
ADVERTISEMENT
Vaksin dari Pfizer-BioNTech bahkan sudah mendapatkan izin penggunaan darurat di Amerika Serikat dan Kanada. Dua negara tersebut memiliki angka kematian akibat COVID-19 cukup besar di dunia.
Selain itu, vaksin Moderna sedang dalam tahap peninjauan FDA untuk digunakan di AS. Sementara, vaksin Sinovac dalam tahap uji klinis fase 3 di Indonesia.
Baik FDA dan BPOM tidak akan merilis izin penggunaan sebelum sampai lulus tes keamanan akhir. Mereka tidak akan menurunkan standar keamanan meskipun kebutuhan untuk mendapatkan vaksin corona cepat dan mendesak saat ini.
Seorang dokter menyuntikkan vaksin corona kepada perawat di Rumah Sakit Universitas Louisville, Louisville, Kentucky, AS, Senin (14/12). Foto: Bryan Woolston/REUTERS

Vaksin corona bisa ubah DNA manusia

Ada satu pernyataan Dr. Johan Dennis dalam video yang menyatakan vaksin corona berbahaya dan dapat merusak DNA manusia bila digunakan saat ini.
ADVERTISEMENT
"Itu mungkin mengubah DNA Anda. Ini tidak dapat diubah dan tidak dapat diperbaiki untuk semua generasi masa depan. Sebuah eksperimen kemanusiaan. Saya tidak akan mau divaksin, pasien saya atau orang yang saya cintai. Kami bukan kelinci percobaan," ungkap Denis.
Kabar soal vaksin dapat merusak DNA sebelumnya telah beredar luas. Namun, tidak ada satu pun yang dapat membuktikan kebenarannya. Fakta yang ditemukan berdasarkan laporan BBC adalah vaksin virus corona tidak akan mengubah DNA manusia.
Potongan video viral di WhatsApp yang menampilkan Dr. Johan Denis mengklaim vaksin corona bisa ubah DNA. Foto: Istimewa
Tiga ilmuwan independen mengatakan kepada BBC, beberapa vaksin yang baru dibuat, termasuk yang sekarang disetujui di Inggris, vaksin Pfizer-BioNTech, menggunakan fragmen materi genetik virus atau messenger RNA.
"Menyuntikkan RNA ke dalam tubuh seseorang tidak akan berpengaruh pada DNA sel manusia," kata Prof Jeffrey Almond dari Universitas Oxford.
ADVERTISEMENT
Vaksin bekerja dengan memberikan instruksi pada tubuh untuk menghasilkan protein yang ada di permukaan virus corona. Sistem kekebalan kemudian belajar mengenali dan memproduksi antibodi yang melawan protein.
Laporan Deutsche Welle, juga mengatakan secara umum, tidak ada vaksin yang dapat memodifikasi DNA manusia secara genetik. Dalam hal efek samping, Moderna mengatakan analisis interimnya menggunakan data yang disediakan oleh Data and Safety Monitoring Board tidak melaporkan masalah keamanan yang signifikan.
Hoaxbuster soal vaksin corona dapat mengubah DNA manusia. Foto: Facebook/@coconuthealth
"Sebuah tinjauan dari efek samping yang diminta menunjukkan bahwa vaksin secara umum dapat ditoleransi dengan baik. Mayoritas efek samping ringan atau sedang dalam tingkat keparahan," jelas pernyataan Moderna.
Beberapa efek samping vaksin Moderna yang dilaporkan, termasuk kelelahan (9,7 persen), sakit kepala (4,5 persen), nyeri (4,1 persen) dan kemerahan di tempat suntikan (2,0 persen). Vaksin Pfizer-BioNTech telah melaporkan temuan serupa, kelelahan pada 3,8 persen dan sakit kepala pada 2,0 persen pasien yang diuji.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini.
ADVERTISEMENT