Virus Corona Bisa Menginfeksi Usus Meski Tak Lagi di Saluran Pernapasan

8 September 2020 16:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi usus besar. Foto: Elionas2/Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi usus besar. Foto: Elionas2/Pixabay
ADVERTISEMENT
Pasien virus corona dapat memiliki infeksi berkepajangan di usus, menurut riset. Infeksi ini bahkan bisa hadir tanpa adanya gejala di sistem pencernaan (gastrointestinal) dari pasien yang mengalaminya.
ADVERTISEMENT
Menurut riset dari fakultas kedokteran Chinese University of Hong Kong, virus corona dapat terus menginfeksi dan bereplikasi di saluran pencernaan bahkan setelah tak ada lagi di saluran pernapasan. Penemuan yang telah diterbitkan dalam jurnal medis GUT pada Senin (7/9) itu pun memiliki implikasi dalam identifikasi dan penanganan kasus virus corona.
Virus corona SARS-CoV-2 sendiri diketahui menyebar melalui tetesan air liur (droplet) yang mengandung virus dari mulut dan hidung orang terinfeksi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Namun, sejak pekan pertama pandemi, para ilmuwan di China telah menemukan bahwa virus corona bisa menular lewat tinja orang terinfeksi.
Sebagai contoh, sebuah riset di provinsi Guangdong, China, pada Februari 2020 menemukan keberadaan virus corona di tinja 12 dari 28 pasien yang mereka teliti.
ADVERTISEMENT
Untuk memahami lebih lanjut mengenai aktivitas virus corona di saluran pencernaan pasien, para ilmuwan Chines University of Hong Kong mempelajari sampel tinja dari 15 pasien COVID-19.
Ilustrasi sakit perut. Foto: Shutterstock
Dari sampel tersebut, mereka menemukan adanya infeksi usus aktif pada tujuh pasien. Ilmuwan mencatat kalau beberapa di antara mereka tidak mengalami mual, diare, atau gejala pencernaan lainnya. Lebih lanjut, sebanyak tiga pasien terus menunjukkan infeksi virus corona di pencernaan mereka selama enam hari setelah sampel pernapasan mereka dinyatakan negatif COVID-19.
"Aktivitas virus aktif dan berkepanjangan di usus pasien COVID-19, bahkan tanpa adanya manifestasi saluran pencernaan dan setelah pemulihan, menyoroti pentingnya virus corona jangka panjang dan pengawasan kesehatan serta ancaman potensi penularan virus feses-oral," kata Siew Chien Ng, selaku associate director di Centre for Gut Microbiota Research, dalam keterangan persnya.
ADVERTISEMENT
Ng menambahkan, perawatan yang mengatur komposisi dan fungsi mikrobioma di usus harus dieksplorasi lebih lanjut. Sebab, para ilmuwan menemukan bahwa saluran pencernaan pasien virus corona kehilangan mikroba pelindung kesehatan usus dan perkembangbiakan mikroba penyebab penyakit.

Tes virus corona lewat tinja

Chinese University of Hong Kong sendiri telah memberikan tes feses gratis kepada para turis yang tiba di bandara Hong Kong sejak 29 Maret 2020 hingga 31 Agustus 2020. Setidaknya, mereka telah mengidentifikasi enam anak yang terinfeksi virus corona di antara lebih dari 2.000 sampel yang diuji.
Per Senin (7/9), mereka akan melakukan 2.000 tes COVID-19 per hari sebagai bagian dari deteksi orang tanpa gejala.
Menurut Francis K. L. Chan, dekan fakultas kedokteran Chinese University of Hong Kong sekaligus dan associate director di Centre for Gut Microbiota Research, tes corona lewat feses ini lebih cocok untuk anak-anak ketimbang tes swab PCR. Sebab, aktivitas infeksi dan replikasi virus corona bertahan lebih lama di dalam usus bayi dan anak-anak.
Salah satu warga saat diambil sampel swab di pusat pengujian komunitas untuk penyakit COVID-19 di Hong Kong. Foto: Anthony Kwan/REUTERS
Chan juga menambahkan, jumlah virus atau viral load dalam tinja bayi dan anak-anak kali lebih tinggi dibandingkan pada orang dewasa. Dalam artian ini, jumlah virus di saluran pencernaan bayi dan anak-anak bisa setara dengan viral load di sampel saluran pernapasan orang dewasa.
ADVERTISEMENT
"Spesimen feses lebih nyaman, aman dan non-invasif untuk dikumpulkan pada populasi anak dan dapat memberikan hasil yang akurat," kata Chan dalam siaran pers yang sama.
"Tes feses akurat dan aman, membuatnya cocok dan lebih efektif untuk skrining COVID-19 untuk kelompok orang tertentu," sambungnya.
Menurut laporan Bloomberg, beberapa regulator termasuk Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) sedang meninjau tes corona lewat tinja.