Virus Nipah Bisa Jadi Ancaman Pandemi Berikutnya Setelah Corona

27 Januari 2021 8:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona. Foto: NEXU Science Communication/via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona. Foto: NEXU Science Communication/via REUTERS
ADVERTISEMENT
Pandemi virus corona memang belum berakhir. Namun, para ilmuwan sudah mengkhawatirkan akan munculnya pandemi virus baru yang tidak kalah bahayanya dari corona. Salah satunya virus Nipah (NiV).
ADVERTISEMENT
Peneliti senior di Red Cross Emerging Infectious Disease-Health Science Centre di Thailand, Supaporn Wacharapluesadee, sudah bergerak mencari ancaman pandemi berikutnya, bahkan ketika dunia masih bergulat dengan COVID-19. Sebagai catatan, Wacharapluesadee dan timnya berhasil mendeteksi kasus pertama COVID-19 di luar China.
Wacharapluesadee, yang merupakan ahli virus, telah menganalisis banyak sampel spesies hewan, termasuk kelelawar yang menjadi inang bagi banyak varian virus corona. Hasilnya, ia dan tim menemukan bahwa kelelawar bisa menimbulkan ancaman baru, penyakit mematikan lainnya yang dapat menular ke manusia atau zoonosis seperti halnya COVID-19.
Wilayah Asia yang tropis dan memiliki keanekaragaman hayati merupakan rumah bagi kumpulan besar patogen, sehingga meningkatkan kemungkinan munculnya virus dan penyakit menular yang baru. Meningkatnya populasi manusia dan tingginya kontak antara manusia dengan hewan liar di kawasan ini juga meningkatkan faktor risiko.
Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) menyemprotkan cairan disinfektan di Museum Nasional, Jakarta, Sabtu (5/12). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
Salah satu yang menjadi perhatian adalah virus Nipah. Tingkat kematian yang disebabkan virus Nipah dilaporkan mencapai 75 persen dan saat ini belum ada vaksin. Sementara dunia fokus pada COVID-19, para ilmuwan bekerja keras untuk memastikan itu tidak menyebabkan pandemi berikutnya.
ADVERTISEMENT
"Ini menjadi perhatian utama karena tidak ada pengobatan ... dan tingkat kematian yang tinggi disebabkan oleh virus ini," kata Wacharapluesadee kepada BBC.
Ada beberapa alasan mengapa virus Nipah begitu seram. Masa inkubasi penyakit yang disebabkan oleh virus ini dilaporkan selama 45 hari dalam satu kasus. Berarti ada banyak kesempatan bagi inang yang terinfeksi, bahkan tidak sadar mereka sakit, sehingga dapat menyebarkannya.
Menurut catatan WHO, virus Nipah dapat menular ke manusia dari hewan (seperti kelelawar atau babi), makanan yang terkontaminasi, dan juga dapat ditularkan langsung dari manusia ke manusia.
Seseorang yang terinfeksi virus Nipah mungkin mengalami gejala pernapasan, termasuk batuk, sakit tenggorokan, kelelahan, radang otak, pembengkakan otak yang dapat menyebabkan kejang dan kematian. Ini adalah penyakit yang ingin dicegah oleh WHO agar tidak menyebar.
Kelelawar. Foto: Wikimedia Commons

Wabah Virus Nipah di masa lalu

Virus Nipah pertama kali teridentifikasi pada 1999, ketika terjadi wabah di kalangan peternak babi di Malaysia. Tidak ada wabah baru yang dilaporkan di Malaysia sejak tahun tersebut.
ADVERTISEMENT
Wabah virus Nipah juga pernah ditemukan di Bangladesh pada 2001 hingga 2011, dengan 196 orang dilaporkan terinfeksi dan 150 orang meninggal akibat virus tersebut. Penyakit ini juga telah diidentifikasi secara berkala di India bagian timur.
Kelelawar buah dari keluarga Pteropodidae disebut sebagai inang alami dari virus Nipah. Negara yang menjadi habitat mamalia terbang itu berisiko muncul kasus infeksi virus Nipah, seperti Kamboja, Ghana, Indonesia, Madagaskar, Filipina, dan Thailand.
Infeksi virus Nipah dapat didiagnosis dengan riwayat klinis selama fase akut dan fase penyembuhan penyakit. Tes identifikasi utama yang digunakan adalah reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) dari cairan tubuh dan deteksi antibodi melalui enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
Tes lain yang digunakan adalah uji polymerase chain reaction (PCR), dan isolasi virus dengan kultur sel.
Ilustrasi PCR. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan

Belum ada obat dan vaksin virus Nipah

WHO menjelaskan, saat ini belum ada obat atau vaksin khusus untuk infeksi virus Nipah, meskipun mereka telah mengidentifikasinya sebagai penyakit prioritas dalam WHO Research and Development Blueprint. Perawatan suportif intensif direkomendasikan untuk mengobati komplikasi pernapasan dan neurologis yang parah.
ADVERTISEMENT
Dengan tidak adanya vaksin, satu-satunya cara untuk mengurangi atau mencegah infeksi pada orang adalah dengan meningkatkan kesadaran tentang faktor risiko dan mendidik masyarakat tentang langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi paparan virus Nipah.
Misal, tutup kontak fisik dengan orang yang terinfeksi virus Nipah. Cuci tangan secara teratur harus dilakukan setelah merawat atau mengunjungi orang yang sakit akibat infeksi virus ini.
Hindari juga kontak dengan babi yang terinfeksi. Ketika membangun peternakan babi baru, pertimbangan harus diberikan untuk keberadaan kelelawar buah di daerah tersebut dan pakan babi dan kandang babi harus dilindungi dari kelelawar jika memungkinkan.